Kematian I Ketut Pasek Mas, asal banjar Kawan, Desa Patemon, Seririt, Buleleng, ini bikin shock keluarganya.
Di mata keluarga, mendiang dikenal sebagai pria yang polos. Tak menyangka, dia punya musuh dan tega menghabisinya.
NI KADEK NOVI FEBRIANI, Denpasar
KEMATIAN I Ketut Pasek Mas membuat shock kerabatnya di Denpasar. Sebelum aparat kepolisian datang, jenazah korban ditutupi koran-koran dan kardus.
Tak ada yang berani menyentuh jasadnya. Yang ada hanya warga setempat yang melihat dari kejauhan. Pria 46 tahun itu meninggal di tempat parkir Kantor Titipan Kilat (TIKI), di Jalan Letda Regug, Denpasar, sekitar pukul 13.30 Rabu kemarin (26/9).
Sebagian besar warga sekitar atau pegawai Titipan Kilat (TIKI) tidak ada yang mengetahui kejadian sadis itu.
Korban ditemukan dalam kondisi tersungkur dengan bagian dadanya bersimbah darah. Korban terlihat masih mengenakan seragam juru parkir PD Parkir Kota Denpasar, dan terlihat mengenakan sepatu warna hitam.
Hanya saja topinya yang dipakai ditemukan berpisah dari jasadnya. Topi kesayangan itu posisinya berada di bagian barat, sekitar dua meter dari jenazah.
Saat jenazah sedang diidentifikasi pihak kepolisian, tiba-tiba Ketut Srideli, kakak kandung korban menangis histeris melihat adik kandungnya sudah terbujur kaku.
Srideli pun harus dibawa kedua rekannya untuk keluar tempat kejadian. Ini karena polisi masih mengidentifikasi jenazah.
Saat ditemui Jawa Pos Radar Bali, Srideli tak menduga Ketut Pasek meninggal dengan cara mengenaskan. Dia mengatakan bahwa Pasek biasanya bekerja saat shift siang.
Yaitu mulai dari pukul 14.00. Selain itu juga, yang dia ketahui adiknya memang memiliki masalah keluarga.
Diceritakan, Ketut Pasek bercerai dengan istrinya beberapa bulan lalu. Sedangkan anak satu-satunya , seorang perempuan masih kelas 1 SD dibawa oleh istrinya.
“Kasihan adik saya. Dapat tiyang sube ramai. (dapat saya sudah ramai). Dia orangnya sangat polos. Anaknya sekarang dibawa ibunya,” imbuhnya sambil menangis.
Srideli mengaku adiknya sudah lama kerja sebagai tukang parkir. Namun, baru sekitar satu tahun dia ditempatkan bekerja di kantor TIKI.
Ditemui di tempat terpisah, kakak kandung korban, Wayan Suarta, yang ditemui di depan Forensik RS Sanglah ini mengatakan bahwa terakhir bertemu dengan Ketut Pasek di Hari Raya Galungan lalu.
Sudah beberapa bulan lalu. Dikatakan, Ketut Pasek hanya sempat menceritakan masalah hubungan dengan istrinya, yang sedang tidak harmonis.
Suarta menuturkan bahwa Pasek dan istrinya sudah pisah ranjang sejak enam bulan lalu. Sedang ada masalah bahtera rumah tangganya.
Dia tengah dalam kondisi galau. Karena permasalahan rumah tangga itu, Pasek pun berpindah-pindah tempat tinggal.
Pasek didesak untuk bercerai dengan istrinya, karena melihat hubungannya yang tidak mungkin dipertahankan.
“Saya tidak tahu adik saya tinggal di mana. Sejak pisah dengan istrinya, dia suka pindah-pindah kos. Adik saya itu sifatnya kayak bencong.
Nggak mungkin dia macam-macam. Dia juga tertutup. Cuma curhat sama saya saja masalah istrinya,” ucapnya.
Suarta mengaku tak memiliki firasat apa-apa tentang adik kandungnya itu. Namun, sekitar empat hari lalu, Ia memimpikan almarhum ibunya.
“Saya tiga hari lalu mimpi ketemu ibu saya. Ibu saya sudah meninggal,” ujarnya. ini, jenazah masih dititipkan di RS Sanglah, karena keluarga menunggu hasil dari kepolisian untuk tindak lanjutnya.
Pihak keluarga juga masih berunding terkait pemakaman korban. Yakni, terkait upacara jenazah, antara ngaben atau hanya dikubur.
“Semua masih shock di rumah. Masih dirembukkan. Yang jelas kami juga masih menunggu kepolisian apakah diotopsi dan kapan bisa dibawa pulang. Ya kemungkinan besok pulang (hari ini). Tapi masih menunggu kepolisian lah,” tukasnya.
Karena rasa terpukulnya ini, Suarta dan keluarga korban meminta pelaku dihukum seberat-beratnya. Karena menurutnya, jika sudah dibunuh, berarti ada unsur kesengajaan.
Mereka juga mengetahui, pelaku sudah ditangkap. Suarta meminta agar pelaku mendapat hukuman yang setimpal.
Pantauan Jawa Pos Radar Bali, salah seorang mantan pejabat Pemerintah Provinsi Bali, I Ketut Rochineng, juga datang ke RS Sanglah melihat jenazah Ketut Pasek dan menemui pihak keluarga yang sedang berduka.
Ternyata Ketut Pasek memiliki hubungan saudara dengan Rochineng. Saat ditemui Jawa Pos Radar Bali, Rochineng enggan berkomentar banyak.
Dia hanya menjawab bahwa korban itu adalah keponakannya. “Wah, tanya langsung, ya. Itu adalah keponakan saya,” jawabnya. Namun dia segera bergegas masuk ke mobilnya.
Sementara itu, korban dilakukan pemeriksaan luar di RS Sanglah mulai pukul 15.40. Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah,
dr. Dudut Rustyadi mengatakan bahwa dari hasil dari pemeriksaan itu ditemukan beberapa luka tusuk yang tersebar. Yakni pada dada, perut dan tangan.
Untuk tindakan selanjutnya, masih menunggu aparat kepolisian. “Biasanya diotopsi pada kasus seperti ini,” pungkasnya.