25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 8:53 AM WIB

Asyik Nonton, Lupa Jualan

Oleh : Dahlan Iskan

Di Amerika petani kedelai mengeluh berat. Di negara bagian North Dakota, mengancam tidak lagi memilih Partai Republik. Harga kedelai turun 19 persen.

Di Tiongkok perusahaan telekomunikasi terbesarnya ZTE bingung. Tidak dapat lagi pasokan suku cadang dari Amerika. Padahal itu suku cadang utama: chips. Semua perusahaan IT Amerika dilarang memasok ZTE. Selama tujuh tahun. Padahal stok suku cadang itu tinggal dua bulan.

Di Amerika peternak susu di negara bagian Wiscounsin pada pusing. Harga susu merosot. Banyak peternak berencana tutup usaha. Jual peternakannya. Tiongkok mengenakan bea masuk tinggi untuk kedelai dan produk susu. Padahal pasok kedelai dan susu terbesarnya dari Amerika.

Di Tiongkok ZTE dianggap melanggar. Kirim barang ke Iran. Negara yang lagi diberi sanksi oleh Amerika. Ini bencana bagi ZTE. Terutama jangka pendek ini. Ambisi ZTE untuk menjadi yang pertama di dunia terancam gagal: meluncurkan 5G di tahun 2020.

Perang dagang tidak akan dimenangkan salah satu. Bisa-bisa dua-duanya rugi. Begitulah hukumnya.

Tapi ekonomi Amerika lagi baik-baiknya. Saat ini. Terutama oleh kebijakan potong pajak Presiden Donald Trump. Yang gila-gilaan itu. Dari 32 persen tinggal 21 persen. Investasi mengalir masuk. Modal kembali pulang ke AS. Minggu lalu ada iklan satu halaman di koran utama: ground breaking pabrik kertas baru. Kertas jenis corugated. Untuk box kirim barang itu. Senilai Rp 25 triliun. Industri kotor pun mulai berani kembali pulang.

Perusahaan Amerika tidak perlu lagi bukan kantor di negara lain. Seperti di Singapura. Yang tujuannya, dulu, hanya untuk hindari pajak tinggi di negaranya. Jenis kantor seperti itu tidak ada lagi urgensinya.

Dolar AS terus menguat. Sampai rupiah ikut termehek-mehek. Di saat ekspor kita loyo. Dan impornya sesemangat 45.

Ekonomi Tiongkok juga sangat baik. Kwartal pertama tahun ini tumbuh 6,8 persen. Dalam waktu dekat ini Perdana Menteri India ke Tiongkok. Sampai dua kali. Negara berpenduduk 1,3 miliar itu mulai mesra dengan negara berpenduduk 1,1 miliar. Dua negara bertetangga. Yang ekonominya sama-sama lagi baik.

Tiongkok juga lagi mesra dengan tetangganya di utara: Rusia. Bahkan juga dengan Jerman. Tiongkok kelihatannya seperti lagi menggalang kekuatan ekonomi baru. Di luar Amerika.

Tapi di Tiongkok ZTE sangat sulit jangka pendek ini.

Dan di Amerika harga alumunium sudah naik drastis: 20 persen.

Maka kemarin Gedung Putih bikin kejutan: kirim delegasi tingkat tinggi ke Beijing. Dipimpin oleh menteri keuangan, Steven Mnuchin dan perwakilan dagang Robert Lighthizer.

Persoalan ZTE tentu menjadi salah satu agenda dari pihak Tiongkok. Sedang persoalan nilai tukar yuan terhadap dolar akan jadi agenda dari pihak Amerika.

Hukuman tujuh tahun bagi ZTE itu bisa saja justru membuat Tiongkok bangkit. Bikin chips sendiri. Tapi  perlu waktu. Hanya waktu. Dana tidak ada masalah. Sanksi itu bisa saja bikin Tiongkok lebih kuat. Seperti Iran. Menjadi satu-satunya negara Islam yang mampu bikin turbin. Akibat tidak bisa mendapat pasok turbin dari negara barat. Saya pernah mengunjungi pabriknya. Tapi ZTE perlu solusi cepat. Dalam dua bulan ini harus ada jalan keluar.

Amerika juga masih punya problem berat. Akan sulit keluar dari difisit anggaran. Bahkan bisa jadi terus membesar. Budaya menabung tetap lemah. Masyarakatnya boros. Belanja lebih besar dari pendapatan. Meniru kebiasaan negaranya:  APBN-nya selalu defisit. Bagi mereka yang penting masih dipercaya: untuk ngutang.

Bagaimana kita?

Tentu kita tidak boleh hanya jadi penonton. Memang asyik melihat orang berkelahi. Bisa lupa berbuat sesuatu. Apalagi menontonnya sambil memihak. Bisa lebih asyik. Bisa lebih…. pinjam judul lagu Ikke Nurjanah … ‘’Terlena’’. Bayangkan betapa  hambarnya menonton sepakbola. Kalau hati kita tidak memihak salah satunya.

Maka jangan keasyikan menonton. Kita bisa selalu cari kesempatan. Jualan kacang atau manisan. Di stadion peperangan itu. Bilang saja ini manisan kesukaan Trump. Untuk penjualan di penonton Amerika. Bilang saja ini manisan favorit Xi Jinping agar laris di barisan pendukung Tiongkok.

Jualan. Jualan. Jualan. Termasuk jualan durian. Jangan hanya menonton.

Membeli karcis pula.(dis)

Oleh : Dahlan Iskan

Di Amerika petani kedelai mengeluh berat. Di negara bagian North Dakota, mengancam tidak lagi memilih Partai Republik. Harga kedelai turun 19 persen.

Di Tiongkok perusahaan telekomunikasi terbesarnya ZTE bingung. Tidak dapat lagi pasokan suku cadang dari Amerika. Padahal itu suku cadang utama: chips. Semua perusahaan IT Amerika dilarang memasok ZTE. Selama tujuh tahun. Padahal stok suku cadang itu tinggal dua bulan.

Di Amerika peternak susu di negara bagian Wiscounsin pada pusing. Harga susu merosot. Banyak peternak berencana tutup usaha. Jual peternakannya. Tiongkok mengenakan bea masuk tinggi untuk kedelai dan produk susu. Padahal pasok kedelai dan susu terbesarnya dari Amerika.

Di Tiongkok ZTE dianggap melanggar. Kirim barang ke Iran. Negara yang lagi diberi sanksi oleh Amerika. Ini bencana bagi ZTE. Terutama jangka pendek ini. Ambisi ZTE untuk menjadi yang pertama di dunia terancam gagal: meluncurkan 5G di tahun 2020.

Perang dagang tidak akan dimenangkan salah satu. Bisa-bisa dua-duanya rugi. Begitulah hukumnya.

Tapi ekonomi Amerika lagi baik-baiknya. Saat ini. Terutama oleh kebijakan potong pajak Presiden Donald Trump. Yang gila-gilaan itu. Dari 32 persen tinggal 21 persen. Investasi mengalir masuk. Modal kembali pulang ke AS. Minggu lalu ada iklan satu halaman di koran utama: ground breaking pabrik kertas baru. Kertas jenis corugated. Untuk box kirim barang itu. Senilai Rp 25 triliun. Industri kotor pun mulai berani kembali pulang.

Perusahaan Amerika tidak perlu lagi bukan kantor di negara lain. Seperti di Singapura. Yang tujuannya, dulu, hanya untuk hindari pajak tinggi di negaranya. Jenis kantor seperti itu tidak ada lagi urgensinya.

Dolar AS terus menguat. Sampai rupiah ikut termehek-mehek. Di saat ekspor kita loyo. Dan impornya sesemangat 45.

Ekonomi Tiongkok juga sangat baik. Kwartal pertama tahun ini tumbuh 6,8 persen. Dalam waktu dekat ini Perdana Menteri India ke Tiongkok. Sampai dua kali. Negara berpenduduk 1,3 miliar itu mulai mesra dengan negara berpenduduk 1,1 miliar. Dua negara bertetangga. Yang ekonominya sama-sama lagi baik.

Tiongkok juga lagi mesra dengan tetangganya di utara: Rusia. Bahkan juga dengan Jerman. Tiongkok kelihatannya seperti lagi menggalang kekuatan ekonomi baru. Di luar Amerika.

Tapi di Tiongkok ZTE sangat sulit jangka pendek ini.

Dan di Amerika harga alumunium sudah naik drastis: 20 persen.

Maka kemarin Gedung Putih bikin kejutan: kirim delegasi tingkat tinggi ke Beijing. Dipimpin oleh menteri keuangan, Steven Mnuchin dan perwakilan dagang Robert Lighthizer.

Persoalan ZTE tentu menjadi salah satu agenda dari pihak Tiongkok. Sedang persoalan nilai tukar yuan terhadap dolar akan jadi agenda dari pihak Amerika.

Hukuman tujuh tahun bagi ZTE itu bisa saja justru membuat Tiongkok bangkit. Bikin chips sendiri. Tapi  perlu waktu. Hanya waktu. Dana tidak ada masalah. Sanksi itu bisa saja bikin Tiongkok lebih kuat. Seperti Iran. Menjadi satu-satunya negara Islam yang mampu bikin turbin. Akibat tidak bisa mendapat pasok turbin dari negara barat. Saya pernah mengunjungi pabriknya. Tapi ZTE perlu solusi cepat. Dalam dua bulan ini harus ada jalan keluar.

Amerika juga masih punya problem berat. Akan sulit keluar dari difisit anggaran. Bahkan bisa jadi terus membesar. Budaya menabung tetap lemah. Masyarakatnya boros. Belanja lebih besar dari pendapatan. Meniru kebiasaan negaranya:  APBN-nya selalu defisit. Bagi mereka yang penting masih dipercaya: untuk ngutang.

Bagaimana kita?

Tentu kita tidak boleh hanya jadi penonton. Memang asyik melihat orang berkelahi. Bisa lupa berbuat sesuatu. Apalagi menontonnya sambil memihak. Bisa lebih asyik. Bisa lebih…. pinjam judul lagu Ikke Nurjanah … ‘’Terlena’’. Bayangkan betapa  hambarnya menonton sepakbola. Kalau hati kita tidak memihak salah satunya.

Maka jangan keasyikan menonton. Kita bisa selalu cari kesempatan. Jualan kacang atau manisan. Di stadion peperangan itu. Bilang saja ini manisan kesukaan Trump. Untuk penjualan di penonton Amerika. Bilang saja ini manisan favorit Xi Jinping agar laris di barisan pendukung Tiongkok.

Jualan. Jualan. Jualan. Termasuk jualan durian. Jangan hanya menonton.

Membeli karcis pula.(dis)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/