Saat Idul Fitri hari kedua (6/6), seorang pria asal Negeri Pizza menginjakkan kakinya dan roda motornya secara harfiah di Pulau Dewata.
Itu adalah akhir perjalanan seorang Matteo Nani yang sudah dilakoninya terhitung sejak November 2018 hingga Juni 2019.
ALIT BINAWAN, Denpasar
KURANG lebih sepekan yang lalu, saya teringat jika ada pria asal Italia yang menunggangi kuda besi miliknya seorang diri untuk menjelajah Eropa – Asia dengan tujuan akhirnya adalah Bali.
Saat itu juga, saya langsung menghubungi Matteo melalui pesan singkat di instagram miliknya bernama @matthew_on_the_road untuk meminta waktu bertemu.
Tidak sampai hitungan jam, direct message (DM) tersebut langsung dibalas oleh Matteo. Pria asal kota kecil bernama Rimini, Italia, tersebut langsung mengiyakan ajakan untuk bertemu disebuah café di Jalan Bumbak.
Ketika tiba disana, motor yang membawanya ke Bali ditungganginya. Namanya juga orang Italia, tentu yang dicari selain pizza adalah kopi. Saat disana, dia memilih kopi Americano.
Saya tentu beruntung sempat mewawancarai Matteo secara langsung karena keesokan harinya, dia sudah bertolak menuju kampung halamannya yang telah ditinggalkan selama tujuh bulan terakhir.
Yup, untuk sampai ke Bali, Matteo, melintasi Italia, Yunani, Turki, Iran, Pakistan, India, Mongolia, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Laos, Malaysia, dan Singapura.
Dari jauh sekilas motor tersebut mirip dengan Kawasaki Versys-X 250, BMW R 1200 GS, atau Honda CRF 1000 L Africa Twin.
Tapi, ketiga motor tersebut memiliki tahun produksi cukup anyar. Menariknya, motor yang dibawa oleh Matteo adalah produksi tahun 2003 berjenis Honda Transalp XL 650 V.
“Motor ini saya beli second pada tahun 2009. Tahu sendiri saya beli dalam kondisi second,” ucapnya lantas tertawa.
Selain itu, dia suka memilih motor yang tidak terlalu banyak perangkat elektroniknya seperti motor zaman now.
Dia tidak mau terlalu kewalahan jika terjadi masalah di perjalanan meskipun dia menceritakan jika ada beberapa kendala dalam perjalanannya.
“Sebenarnya motor ini sangat mudah dalam perbaikan meskipun saya sempat memiliki masalah ban bocor. Karburator motor saya juga sempat bermasalah di India dan Jakarta,” ucapnya.
Motornya dipenuhi oleh sticker dari komunitas motor dari berbagai negara yang dilewatinya selama tujuh bulan perjalan ke Bali.
Yang menarik, apa alasannya dia memilih Indonesia dan Bali tepatnya sebagai perhentiannya? Bagi Matteo, alasannya sederhana. Indonesia adalah negara yang sangat ingin dikunjunginya sejak lama.
Tapi, dia enggan untuk mengatakan kapan tepatnya. Banyak hal-hal baru yang ditemukan Matteo dengan tunggangan yang telah dimodifikasi sedemikian rupa seperti pergantian
ban model dual purpose, menambahkan dua gas tank cadangan yang masing-masing bisa menampung 2,5 liter bensin, dan dua pannier (keranjang kotak disamping kiri-kanan motor) tersebut.
“Ini yang menarik. Saya tiba di Aceh saat pertama kali bulan Puasa dan tiba di Bali tepat saat berakhirnya bulan Puasa. Orangnya ramah-ramah. Mereka semua sangat baik. Alam di Bali membuat saya jatuh cinta,” terangnya.
Meskipun tidak mengeluh, tetapi dia sempat berbicara mengenai padatnya jalanan di Pulau Jawa terutama di Jakarta.
Selain itu dia juga berbicara mengenai jalanan yang sedikit kurang bagus dari Jakarta menuju Bali dengan melewati Bogor, Cilacap, Jogjakarta, dan Malang.
“Kamu tahu, orang-orang diluar sana lebih mengenal Bali daripada Indonesia. Jadi bisa saya simpulkan Bali itu adalah negara didalam negara. hahaha,” ucapnya.
Di Bali selama kurang lebih delapan hari, dia selalu berpetualang dengan Grigina. Dia juga sempat mengunjungi Pura Uluwatu dan Pura Besakih. “Saya baru pertama kalinya kesana,” bebernya.
Itu bukan nama dari istri atau kekasihnya karena dia mengaku masih single. Nama itu adalah milik dari motornya.
Cukup unik memang, tetapi itulah yang biasa dilakukan oleh orang Italia. Mereka sudah terbiasa memberi nama kepada motornya sendiri.
Grigina sendiri berarti Si Kelabu Kecil. “Bukan saya saja yang menamakan motor dengan nama perempuan, tapi semua warga Italia.
Ini berbeda dari orang Rusia yang menamakan kendaraannya dengan nama laki-laki. Mungkin mereka ingin terlihat kuat,” terangnya tertawa.
Dia juga sedikit kaget ketika berada di Indonesia. Sangat banyak motor berjenis skutik berkeliaran di jalannan.
“Agak susah berkendara terutama di Bali karena jalannya sedikit sempit. Ada dua pannier membuat kurang leluasa bermanuver.
Beda dengan yang banyak disini. Oh ya, saya juga sering melihat Vespa disini. Itu membuat saya kagum,” terangnya.
Perjalanan Matteo tidak hanya berhenti sampai di Bali saja. Sang pacar alias Grigina sang motor kesayangannya tidak ikut dibawa ke Italia.
Motornya tersebut dititipkan ditempat temannya bernama Mario Lorio dikawasan Bumbak. “Grigina sudah saya lepas peralatan elektorniknya.
Saya tahu biaya untuk membawa pulang motor saya cukup mahal dan kebetulan juga teman menawarkan agar Grigina dititipkan
dirumahnya,” ucap pria yang mengaku tidak terlalu suka dengan sepakbola meskipun negaranya adalah negara sepakbola itu.
Pada bulan Oktober, dia akan kembali lagi ke Bali untuk melakukan perjalanan kembali. Dia akan kembali ke Jakarta untuk bertemu temannya yang menjadi seorang chef bernama Michele Cuozzo.
Tapi, dia juga berencana untuk menjelajahi Nusa Tenggara sebelum motor tersebut menjelajah Australia.
Selama perjalanan sejauh 35 ribu km, Matteo tahu apa yang terjadi diluar sana tanpa melihat bagaimana pendapat orang yang mengatakan bahwa beberapa negara yang dikunjungi cukup berbahaya.
Sebaliknya, Matteo bertemu dengan para saudara satu aspal dijalanan berbagai negara. “Intinya, jangan pernah takut dengan apa yang belum pernah kita coba. Just the ride, and hit the road. Ci vediamo dopo,” tutupnya. (*)