26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 4:07 AM WIB

Ngetop di Media Sosial, Kini Jadi Objek Wisata Swafoto Kaum Milennial

Menyulap lahan persawahan tadah hujan jadi taman bunga; itulah yang dilakukan I Wayan Dika. Kini objek wisata itu menjadi terkenal berkat media sosial.

 

JULIADI, Tabanan

HARI semakin senja. Pengunjung taman bunga matahari di agro wisata yang berlokasi di Banjar Batanyuh Belayu, Marga, Tabanan, semakin ramai.

Kebanyakan mereka yang datang tidak lain hanya untuk mengabadikan gambar bunga matahari yang mekar di areal lahan seluas 10 are.

Sebagian besar mereka yang datang kalangan remaja dan anak muda. “Saya tidak menduga taman bunga matahari akan ramai dikunjungi warga.

Awalnya kami belum berani membuka menjadi agro wisata. Tetapi karena keburu viral di media sosial. Kemudian banyak yang datang.

Akhirnya dibuka sebagai agro wisata,” ujar Wayan Dika, pencetus taman bunga matahari saat ditemui Minggu (28/10) kemarin.

Awalnya dirinya ingin menanam bunga potong untuk keperluan dan kebutuhan hotel di lahan milik orang tuanya yang dalam kondisi tidak produktif.

Lahan tadah hujan, bergantung pada musim penghujan. Tetapi setelah bertemu dengan kawan-kawannya sesama alumni SMK 1 Tabanan, muncul ide untuk menanam bunga matahari.

“Saya coba menanam bunga matahari selama 4 bulan lalu. Terus berkembang hingga saat ini jadi agro wisata dan ramai dikunjungi warga,” ungkap pria berusia 48 tahun ini. 

Selama 4 bulan tanam bunga matahari terjadi pertentangan dan penolakan dari orang tua. Mengapa harus menanam bunga? Mengapa  tidak menanam cabai, terong, dan yang lebih menghasilkan. Hasilnya pun lebih menjanjikan.

Namun, Wayan Dika tetap bersikukuh dan berkeyakinan bahwa taman bunga ini ramai akan kunjungi masyarakat.

“Seperti apa yang ada di taman bunga matahari di Magelang,” ujar pria lulusan SMK 1 Tabanan, ini.  

Dia pun melajar menanam bunga matahari dari youtube dan pengalaman ilmu bertani dari orang tua yang notabene sebagai petani.

Mulai dari pembibitan, proses tanam hingga bunga tersebut mekar. Kini jumlahnya sudah mencapai ribuan.

“Kami berencana memperluas areal lahan tanam bunga. Yang awal hanya 10 are diperluas jadi 35 are. Dengan jenis bunga yang ditanam nanti bunga celosia, bunga sedap malam dan bunga gemitir.

Bahkan kami saat ini sedang mempersiapkan 50 jenis bunga untuk Valentine Day nantinya di tahun 2019,” terangnya.

Pengunjung rata-rata yang datang kalangan remaja. Anak muda. Mulai dari Badung, Denpasar, Nusa Penida hingga Jembrana. Mereka tahu tentang taman bunga ini dari medsos.

“Saya tidak tahu siapa yang memviralkannya. Rata-rata pengunjung 250 orang sampai 500 orang per hari,”  papar Dika.

Untuk tiket masuk ke agro wisata ini hanya Rp 5 ribu. Sebagai besar hasil tiket masuk pihaknya gunakan untuk keperluan taman bunga.

Perbaikan fasilitas yang ada. Mengingat belum ada fasilitas di agro wisata ini. Dituturkan Dika, menariknya bunga matahari

yang dia kembangkan ini sempat diminta untuk keperluan pelaksanaan International Monetary Fund (IMF)-World Bank (WB) belum lama ini.

“Saya menolak, karena bunga yang saya taman baru tumbuh mekar. Mungkin saat pelaksanaan IMF untuk dijadikan hiasan taman,” bebernya.

Tidak hanya itu, dengan adanya agro wisata ini perekonomian masyarakat desa berkembang. Karena beberapa makanan dan kuliner dari pedagang yang ada di desa juga jadi dibeli pengunjung.  

Sementara, Kadek Trisna Dewi, seorang gadis remaja asal Denpasar yang datang bersama dengan temannya. Sengaja mengunjungi taman bunga matahari. Untuk sekadar ingin ber- selfie ria.

“Tahu ada taman bunga matahari dari instagram teman,” ucapnya. Dengan membayar tiket Rp 5 ribu, sudah bisa sepuasnya berfoto di taman bunga matahari.

“Hanya, sayangnya Cuma satu jenis bunga. Mungkin pengelola dapat menambah jenis bunga yang lain,” ungkapnya.(*)

Menyulap lahan persawahan tadah hujan jadi taman bunga; itulah yang dilakukan I Wayan Dika. Kini objek wisata itu menjadi terkenal berkat media sosial.

 

JULIADI, Tabanan

HARI semakin senja. Pengunjung taman bunga matahari di agro wisata yang berlokasi di Banjar Batanyuh Belayu, Marga, Tabanan, semakin ramai.

Kebanyakan mereka yang datang tidak lain hanya untuk mengabadikan gambar bunga matahari yang mekar di areal lahan seluas 10 are.

Sebagian besar mereka yang datang kalangan remaja dan anak muda. “Saya tidak menduga taman bunga matahari akan ramai dikunjungi warga.

Awalnya kami belum berani membuka menjadi agro wisata. Tetapi karena keburu viral di media sosial. Kemudian banyak yang datang.

Akhirnya dibuka sebagai agro wisata,” ujar Wayan Dika, pencetus taman bunga matahari saat ditemui Minggu (28/10) kemarin.

Awalnya dirinya ingin menanam bunga potong untuk keperluan dan kebutuhan hotel di lahan milik orang tuanya yang dalam kondisi tidak produktif.

Lahan tadah hujan, bergantung pada musim penghujan. Tetapi setelah bertemu dengan kawan-kawannya sesama alumni SMK 1 Tabanan, muncul ide untuk menanam bunga matahari.

“Saya coba menanam bunga matahari selama 4 bulan lalu. Terus berkembang hingga saat ini jadi agro wisata dan ramai dikunjungi warga,” ungkap pria berusia 48 tahun ini. 

Selama 4 bulan tanam bunga matahari terjadi pertentangan dan penolakan dari orang tua. Mengapa harus menanam bunga? Mengapa  tidak menanam cabai, terong, dan yang lebih menghasilkan. Hasilnya pun lebih menjanjikan.

Namun, Wayan Dika tetap bersikukuh dan berkeyakinan bahwa taman bunga ini ramai akan kunjungi masyarakat.

“Seperti apa yang ada di taman bunga matahari di Magelang,” ujar pria lulusan SMK 1 Tabanan, ini.  

Dia pun melajar menanam bunga matahari dari youtube dan pengalaman ilmu bertani dari orang tua yang notabene sebagai petani.

Mulai dari pembibitan, proses tanam hingga bunga tersebut mekar. Kini jumlahnya sudah mencapai ribuan.

“Kami berencana memperluas areal lahan tanam bunga. Yang awal hanya 10 are diperluas jadi 35 are. Dengan jenis bunga yang ditanam nanti bunga celosia, bunga sedap malam dan bunga gemitir.

Bahkan kami saat ini sedang mempersiapkan 50 jenis bunga untuk Valentine Day nantinya di tahun 2019,” terangnya.

Pengunjung rata-rata yang datang kalangan remaja. Anak muda. Mulai dari Badung, Denpasar, Nusa Penida hingga Jembrana. Mereka tahu tentang taman bunga ini dari medsos.

“Saya tidak tahu siapa yang memviralkannya. Rata-rata pengunjung 250 orang sampai 500 orang per hari,”  papar Dika.

Untuk tiket masuk ke agro wisata ini hanya Rp 5 ribu. Sebagai besar hasil tiket masuk pihaknya gunakan untuk keperluan taman bunga.

Perbaikan fasilitas yang ada. Mengingat belum ada fasilitas di agro wisata ini. Dituturkan Dika, menariknya bunga matahari

yang dia kembangkan ini sempat diminta untuk keperluan pelaksanaan International Monetary Fund (IMF)-World Bank (WB) belum lama ini.

“Saya menolak, karena bunga yang saya taman baru tumbuh mekar. Mungkin saat pelaksanaan IMF untuk dijadikan hiasan taman,” bebernya.

Tidak hanya itu, dengan adanya agro wisata ini perekonomian masyarakat desa berkembang. Karena beberapa makanan dan kuliner dari pedagang yang ada di desa juga jadi dibeli pengunjung.  

Sementara, Kadek Trisna Dewi, seorang gadis remaja asal Denpasar yang datang bersama dengan temannya. Sengaja mengunjungi taman bunga matahari. Untuk sekadar ingin ber- selfie ria.

“Tahu ada taman bunga matahari dari instagram teman,” ucapnya. Dengan membayar tiket Rp 5 ribu, sudah bisa sepuasnya berfoto di taman bunga matahari.

“Hanya, sayangnya Cuma satu jenis bunga. Mungkin pengelola dapat menambah jenis bunga yang lain,” ungkapnya.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/