29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:29 AM WIB

Tumor Timbul Lantaran Tahi Lalat Dibibir Alami Infeksi

Penyakit tumor tidak pandang bulu. Dapat menyerang siapa pun. Semua golongan usia. Tanpa memandang jenis kelamin dan ras tertentu. Penyakit inilah yang sedang dialami seorang wanita asal Desa O,o Kecamatan O,o, Dompu, NTB, Poarba, yang divonis idap tumor ganas di bagian mulut stadium 3.

 

JULIADi, Denpasar

IBU Poarba, 68, dua tahun lebih harus berperang melawan tumor ganas di bagian mulutnya. Mulai dari pengobatan alternatif hingga pengobatan medis dijalaninya untuk sembuh dari penyakit tumor yang dideritanya. 

Saat ditemui di ruangan tunggu poliknik bedah RS Sanglah Selasa, (29/8) kemarin, wanita kelahiran Desa O,o Dompu, NTB tampak dalam kondisi lemah.

Dia duduk berjam-jam lama hanya untuk menunggu antrian. Dia ditemani oleh keponakannya yakni Buhari, 45.

Wanita yang akrab dipanggil ibu Po ini cara bicara tak normal. Maklum, setengah bagian mulutnya sudah habis digerogoti oleh penyakit tumor. Bersuara pun tak jelas dan sulit untuk dimengerti. 

Ibu Po datang berobat kemoterapi ke RS Sanglah. Buhari tampak setia menemani bibinya. Sembari menunggu antrian Buhari bercerita tentang penyakit tumor yang diderita bibinya.

Penyakit tumor ganas di bagian mulut yang dialami bibinya dulu hanya berbentuk tahi lalat kecil yang berada di atas bibir.

Tapi, karena gatal terus digaruk. Tak hanya itu saja, bibinya terbiasa dengan hidup tidak bersih. Sehingga timbul infeksi.

Tahi lalat yang kecil terus berkembang dan mengalami pembengkakan. Ditambah lagi tidak diobati dan tidak diperiksa ke rumah sakit.

Mengapa tidak periksa ke rumah sakit? Apalagi kalau bukan karena keterbatasan biaya. Penyakit ini pun terus menyebar dan parah hingga saat ini dan menggerogoti bagian mulut bibinya.

“Saya baru tahu bahwa penyakit yang diderita bibi itu tumor,” ucap pria yang bekerja sebagi petani desa.

Dikatakan Buhari memang di kampungnya banyak warga penderita penyakit tumor. Terutama menyerang warga yang sudah berusia tua.

Sekitar 9 sampai 10 warga terserang tumor. Penyebabnya mungkin karena pola hidup tidak sehat dan bersih.

Kemudian faktor lingkungan dan keturanan. Bibinya merupakan keturunan ke empat dari keluarganya yang terserang penyakit tumor. 

Berobat ke RS Sanglah, Denpasar hingga menyeberangi dua pulau dibantu oleh pihak yayasan. Memang biaya rumah sakit ditanggulangi oleh BPJS kesehatan.

Namun untuk biaya perjalanan ke Bali, makan dan lainnya dibantu oleh pihak yayasan. “Yayasan yang membantu kami bernama We Save,” kata Buhari.

Saat ini bibinya menjalani rawat jalan yakni kemoterapi. Hasil lab medis RS Sanglah bibi sudah divonis mengidap tumor ganas stadium 3.

Untuk harapan sembuh dari penyakit ini kemungkinan kecil. Karena beberapa sel dan saraf sudah terserang.  “Saya khawatirkan tumor ganas itu menjalar luas ke bagian otak,” imbuhnya.

Penyakit tumor tidak pandang bulu. Dapat menyerang siapa pun. Semua golongan usia. Tanpa memandang jenis kelamin dan ras tertentu. Penyakit inilah yang sedang dialami seorang wanita asal Desa O,o Kecamatan O,o, Dompu, NTB, Poarba, yang divonis idap tumor ganas di bagian mulut stadium 3.

 

JULIADi, Denpasar

IBU Poarba, 68, dua tahun lebih harus berperang melawan tumor ganas di bagian mulutnya. Mulai dari pengobatan alternatif hingga pengobatan medis dijalaninya untuk sembuh dari penyakit tumor yang dideritanya. 

Saat ditemui di ruangan tunggu poliknik bedah RS Sanglah Selasa, (29/8) kemarin, wanita kelahiran Desa O,o Dompu, NTB tampak dalam kondisi lemah.

Dia duduk berjam-jam lama hanya untuk menunggu antrian. Dia ditemani oleh keponakannya yakni Buhari, 45.

Wanita yang akrab dipanggil ibu Po ini cara bicara tak normal. Maklum, setengah bagian mulutnya sudah habis digerogoti oleh penyakit tumor. Bersuara pun tak jelas dan sulit untuk dimengerti. 

Ibu Po datang berobat kemoterapi ke RS Sanglah. Buhari tampak setia menemani bibinya. Sembari menunggu antrian Buhari bercerita tentang penyakit tumor yang diderita bibinya.

Penyakit tumor ganas di bagian mulut yang dialami bibinya dulu hanya berbentuk tahi lalat kecil yang berada di atas bibir.

Tapi, karena gatal terus digaruk. Tak hanya itu saja, bibinya terbiasa dengan hidup tidak bersih. Sehingga timbul infeksi.

Tahi lalat yang kecil terus berkembang dan mengalami pembengkakan. Ditambah lagi tidak diobati dan tidak diperiksa ke rumah sakit.

Mengapa tidak periksa ke rumah sakit? Apalagi kalau bukan karena keterbatasan biaya. Penyakit ini pun terus menyebar dan parah hingga saat ini dan menggerogoti bagian mulut bibinya.

“Saya baru tahu bahwa penyakit yang diderita bibi itu tumor,” ucap pria yang bekerja sebagi petani desa.

Dikatakan Buhari memang di kampungnya banyak warga penderita penyakit tumor. Terutama menyerang warga yang sudah berusia tua.

Sekitar 9 sampai 10 warga terserang tumor. Penyebabnya mungkin karena pola hidup tidak sehat dan bersih.

Kemudian faktor lingkungan dan keturanan. Bibinya merupakan keturunan ke empat dari keluarganya yang terserang penyakit tumor. 

Berobat ke RS Sanglah, Denpasar hingga menyeberangi dua pulau dibantu oleh pihak yayasan. Memang biaya rumah sakit ditanggulangi oleh BPJS kesehatan.

Namun untuk biaya perjalanan ke Bali, makan dan lainnya dibantu oleh pihak yayasan. “Yayasan yang membantu kami bernama We Save,” kata Buhari.

Saat ini bibinya menjalani rawat jalan yakni kemoterapi. Hasil lab medis RS Sanglah bibi sudah divonis mengidap tumor ganas stadium 3.

Untuk harapan sembuh dari penyakit ini kemungkinan kecil. Karena beberapa sel dan saraf sudah terserang.  “Saya khawatirkan tumor ganas itu menjalar luas ke bagian otak,” imbuhnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/