26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 5:29 AM WIB

Puas Ketika Melihat Anak Muda Lebih Kreatif

Menjadi teman bagi anak muda yang memiliki bakat sastra, seni dan budaya ada kepuasan tersendiri bagi Wayan Udiana.

Tidak perlu ada pemberian materi berlimpah, cukup bakat terasah dan lebih produktif berkarya sudah lebih dari cukup.

 

M. BASIR, Negara

USIANYA sebenarnya sudah tidak muda lagi, pada 2 Desember mendatang genap 52 tahun. Tetapi dari gaya penampilannya, usianya seperti masih berkepala tiga.

Itulah sekilas penilaian banyak orang mengenai I Wayan Udiana, atau yang dikenal dengan panggilan Nano Da Kansas, penggiat sastra di Jembrana yang banyak melahirkan anak-anak muda berbakat di bidang sastra, seni, musik dan teater.

Sambil membuatkan kopi untuk pelanggan, Nanoq menceritakan masa-masa sulit saat mendirikan sebuah komunitas kecil bernama Kertas Budaya bersama sejumlah anak muda Jembrana yang fokus belajar sastra, puisi dan teater.

“Awalnya hanya beberapa orang, yang punya ketertarikan dengan dunia sastra,” ujarnya. Kelompok kecil ini tidak hanya wadah untuk belajar sastra puisi, cerpen dan teater.

Seiring perkembangan, kemudian mengakomodir anak muda dibidang musik. Karena pada intinya, di bentuknya komunitas ini sebagai wadah bagi anak muda untuk mengasah bakatnya, memilki pemikiran yang maju dan menjadi pribadi yang kritis.

“Semua kami himpun, untuk belajar bersama,” ungkapnya. Rumah yang juga tempat usahanya saat ini menjadi tempat untuk aman bagi anak muda Jembrana terutama pelajar untuk belajar bersama.

Tidak hanya untuk belajar sastra dan kesenian, tidak sedikit pelajar yang datang ke rumahnya untuk belajar pelajaran sekolah.

Dengan hanya menjadi penjual kopi, menurutnya, memang tidak banyak materi yang bisa diperoleh, tetapi dengan banyaknya anak-anak muda yang belajar bersama di tempatnya merupakan kepuasan tersendiri.

Tidak hanya membimbing, ketika kelompok yang dibinanya akan ada pentas undangan ke luar daerah, dia merogoh kantongnya sendiri untuk biaya kegiatan.

“Saya senang bergaul dengan anak muda. Kesenangan itu yang ngak bisa diukur dengan uang, “ujarnya.

Sejumlah grup yang dilahirian dari tangan dingin Nanoq, diantaranya grup musik Badai di Atas Kepalanya, Gita Gitaran Kala Senja Mulai Tamaran dan Pensil Warna. 

Grup musik terakhir merupakan grup musik yang mayoritas cewek. Selain itu, ada teater grup Sola Grasia, Tanpa Nama, dan Bali Experimental Teater.

” Banyak juga komunitas di sekolah-sekolah yang belajar bersama disini,” ujarnya. Meski tempat latihan sederhana dan dengan modal seadanya, kelompok-kelompok musik yang mengaransemen musikalisasi puisi dan teater yang dibina Nanoq sudah pernah pentas diberbagai daerah di Bali, Jawa, NTT dan NTB.

Menurutnya, apresiasi dari masyarakat sangat bagus, sehingga sering mengisi di sejumlah tempat.

Bahkan dalam waktu dekat, grup musiknya akan mengisi sebuah acara di Bandung, Jawa Barat.

Menurut Nanoq, anak muda sekarang semestinya lebih produktif dengan fasilitas yang semakin mudah. Misalnya fasilitas canggihan teknologi saat ini, semestinya digunakan untuk mengeksplorasi bakat, potensi kemampuan diri.

Karena dia melihat anak muda sekarang hanya sebatas memakai teknologi untuk sesuatu yang tidak berguna.

Melihat kecenderungan anak muda sekarang, Nanoq menilai anak muda sekarang seakan tercerabut dari akar budayanya sendiri.

Selain itu, sistem membelenggu kreatifitas anak muda, sehingga membuat anak muda tidak produktif dan tidak kritis.

Karena itu, Nanoq yang lebih suka disebut sebagai teman anak muda yang ingin mengembangkan bakat dan potensi diri, mengajak anak muda di Jembrana lebih produktif dengan kreativitasnya.

Orang tua, lanjutnya, juga punya peran dengan melibatkan anaknya pda semua kegiatan sosial.

Kemudian di lingkungan sekolah, anak-anak harus lebih kritis pada sistem di dalam eksak maupun kurikulum.

“Pemerintah juga harus memberikan fasilitas yang memadai buat anak muda,” jelasnya.

Menjadi teman bagi anak muda yang memiliki bakat sastra, seni dan budaya ada kepuasan tersendiri bagi Wayan Udiana.

Tidak perlu ada pemberian materi berlimpah, cukup bakat terasah dan lebih produktif berkarya sudah lebih dari cukup.

 

M. BASIR, Negara

USIANYA sebenarnya sudah tidak muda lagi, pada 2 Desember mendatang genap 52 tahun. Tetapi dari gaya penampilannya, usianya seperti masih berkepala tiga.

Itulah sekilas penilaian banyak orang mengenai I Wayan Udiana, atau yang dikenal dengan panggilan Nano Da Kansas, penggiat sastra di Jembrana yang banyak melahirkan anak-anak muda berbakat di bidang sastra, seni, musik dan teater.

Sambil membuatkan kopi untuk pelanggan, Nanoq menceritakan masa-masa sulit saat mendirikan sebuah komunitas kecil bernama Kertas Budaya bersama sejumlah anak muda Jembrana yang fokus belajar sastra, puisi dan teater.

“Awalnya hanya beberapa orang, yang punya ketertarikan dengan dunia sastra,” ujarnya. Kelompok kecil ini tidak hanya wadah untuk belajar sastra puisi, cerpen dan teater.

Seiring perkembangan, kemudian mengakomodir anak muda dibidang musik. Karena pada intinya, di bentuknya komunitas ini sebagai wadah bagi anak muda untuk mengasah bakatnya, memilki pemikiran yang maju dan menjadi pribadi yang kritis.

“Semua kami himpun, untuk belajar bersama,” ungkapnya. Rumah yang juga tempat usahanya saat ini menjadi tempat untuk aman bagi anak muda Jembrana terutama pelajar untuk belajar bersama.

Tidak hanya untuk belajar sastra dan kesenian, tidak sedikit pelajar yang datang ke rumahnya untuk belajar pelajaran sekolah.

Dengan hanya menjadi penjual kopi, menurutnya, memang tidak banyak materi yang bisa diperoleh, tetapi dengan banyaknya anak-anak muda yang belajar bersama di tempatnya merupakan kepuasan tersendiri.

Tidak hanya membimbing, ketika kelompok yang dibinanya akan ada pentas undangan ke luar daerah, dia merogoh kantongnya sendiri untuk biaya kegiatan.

“Saya senang bergaul dengan anak muda. Kesenangan itu yang ngak bisa diukur dengan uang, “ujarnya.

Sejumlah grup yang dilahirian dari tangan dingin Nanoq, diantaranya grup musik Badai di Atas Kepalanya, Gita Gitaran Kala Senja Mulai Tamaran dan Pensil Warna. 

Grup musik terakhir merupakan grup musik yang mayoritas cewek. Selain itu, ada teater grup Sola Grasia, Tanpa Nama, dan Bali Experimental Teater.

” Banyak juga komunitas di sekolah-sekolah yang belajar bersama disini,” ujarnya. Meski tempat latihan sederhana dan dengan modal seadanya, kelompok-kelompok musik yang mengaransemen musikalisasi puisi dan teater yang dibina Nanoq sudah pernah pentas diberbagai daerah di Bali, Jawa, NTT dan NTB.

Menurutnya, apresiasi dari masyarakat sangat bagus, sehingga sering mengisi di sejumlah tempat.

Bahkan dalam waktu dekat, grup musiknya akan mengisi sebuah acara di Bandung, Jawa Barat.

Menurut Nanoq, anak muda sekarang semestinya lebih produktif dengan fasilitas yang semakin mudah. Misalnya fasilitas canggihan teknologi saat ini, semestinya digunakan untuk mengeksplorasi bakat, potensi kemampuan diri.

Karena dia melihat anak muda sekarang hanya sebatas memakai teknologi untuk sesuatu yang tidak berguna.

Melihat kecenderungan anak muda sekarang, Nanoq menilai anak muda sekarang seakan tercerabut dari akar budayanya sendiri.

Selain itu, sistem membelenggu kreatifitas anak muda, sehingga membuat anak muda tidak produktif dan tidak kritis.

Karena itu, Nanoq yang lebih suka disebut sebagai teman anak muda yang ingin mengembangkan bakat dan potensi diri, mengajak anak muda di Jembrana lebih produktif dengan kreativitasnya.

Orang tua, lanjutnya, juga punya peran dengan melibatkan anaknya pda semua kegiatan sosial.

Kemudian di lingkungan sekolah, anak-anak harus lebih kritis pada sistem di dalam eksak maupun kurikulum.

“Pemerintah juga harus memberikan fasilitas yang memadai buat anak muda,” jelasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/