31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 11:10 AM WIB

Diramaikan Seniman Tato 14 Negara, Limbah Jarum Tato Jadi Polemik

DENPASAR – Bali Tatto Expo akan kembali digelar dan telah memasuki tahun keempat setelah pertama kali digelar tahun 2016 silam.

Mengambil tempat di Bali Creative Industry Centre, Jalan WR Supratman, Denpasar, acara ini akan resmi dibuka Kamis (23/5) hari ini hingga Sabtu (25/5) mendatang.

Ferry selaku penggagas sekaligus panitia Bali Tattoo Expo menuturkan, seiring perjalanan waktu, tujuan expo ini pun bergeser salah satunya adalah karena perkembangan industri tato Bali yang sedemikian pesat.

Industri yang semakin lama semakin besar ini membutuhkan seniman tato yang juga semakin banyak, sehingga tenaga kerja terserap dari berbagai daerah di Indonesia ke Bali.

“Selama expo berlangsung, pada setiap harinya panitia menggelar kontes dengan beragam kategori. Kontes dalam expo ini tidak bersifat wajib untuk diikuti oleh peserta. Jadi, boleh tidak boleh tidak,” tutur Ferry kemarin.

Untuk peserta tato artisnya sendiri berasal dari Semarang, Jakarta, Bandung, Manado, Malaysia, Spanyol, Australia, Tiongkok, Nepal, Singapura, Korea, Swis, Prancis, Russia, India, Taiwan, dan Vietnam.

Disinggung mengenai jumlah artis tatonya sendiri, kata Ferry, pihaknya tidak menghitung jumlah artis tatonya. Ini lantaran, dalam satu boot bisa dipakai dua sampai tiga artis tato.

“Jadi, kami hanya menghitung dari ketersediaan boot saja, untuk jumlah total boot mencapai 136, lima di antaranya boot tato tradisional,” jelasnya.

Ketika ditanya pembuangan limbah jarum tato yang telah dipakai, Ferry mengakui untuk limbah jarum tato tersebut masih menjadi polemik di kalangan artis tato hingga saat ini.

Di Bali, misalnya, jarum tato yang masuk dalam kategori limbah B2 itu belum terkelola dengan baik. Di Bali sendiri selama ini diakui tersedia sub kontainer, ketika sudah penuh, limbah ini akan di oper ke RS Sanglah.

Namun RS Sanglah sendiri belum ada tempat penampungan. “Di Bali masih kurang pengelolaan limbah jarum tatonya, dan industri ini memang belum dilirik banget,” tutur Ferry.

Berkaca pada pengelolaan limbah tato di luar negeri, limbah jarum tato terkelola dengan baik. Karena memang industri tato sendiri dikenakan pajak, dan terkoneksi dengan baik dengan pemerintahan.

Sementara di Indonesia, koneksi antara industri tato dengan pemerintah belum terjalin dengan baik.

“Cukup lama kami menginginkan koneksi itu, Cuma selama ini hanya sebatas membahas SOP tato saja. Kami akui, ini memang masih menjadi permasalahan utama para tato artis,” tandasnya. 

DENPASAR – Bali Tatto Expo akan kembali digelar dan telah memasuki tahun keempat setelah pertama kali digelar tahun 2016 silam.

Mengambil tempat di Bali Creative Industry Centre, Jalan WR Supratman, Denpasar, acara ini akan resmi dibuka Kamis (23/5) hari ini hingga Sabtu (25/5) mendatang.

Ferry selaku penggagas sekaligus panitia Bali Tattoo Expo menuturkan, seiring perjalanan waktu, tujuan expo ini pun bergeser salah satunya adalah karena perkembangan industri tato Bali yang sedemikian pesat.

Industri yang semakin lama semakin besar ini membutuhkan seniman tato yang juga semakin banyak, sehingga tenaga kerja terserap dari berbagai daerah di Indonesia ke Bali.

“Selama expo berlangsung, pada setiap harinya panitia menggelar kontes dengan beragam kategori. Kontes dalam expo ini tidak bersifat wajib untuk diikuti oleh peserta. Jadi, boleh tidak boleh tidak,” tutur Ferry kemarin.

Untuk peserta tato artisnya sendiri berasal dari Semarang, Jakarta, Bandung, Manado, Malaysia, Spanyol, Australia, Tiongkok, Nepal, Singapura, Korea, Swis, Prancis, Russia, India, Taiwan, dan Vietnam.

Disinggung mengenai jumlah artis tatonya sendiri, kata Ferry, pihaknya tidak menghitung jumlah artis tatonya. Ini lantaran, dalam satu boot bisa dipakai dua sampai tiga artis tato.

“Jadi, kami hanya menghitung dari ketersediaan boot saja, untuk jumlah total boot mencapai 136, lima di antaranya boot tato tradisional,” jelasnya.

Ketika ditanya pembuangan limbah jarum tato yang telah dipakai, Ferry mengakui untuk limbah jarum tato tersebut masih menjadi polemik di kalangan artis tato hingga saat ini.

Di Bali, misalnya, jarum tato yang masuk dalam kategori limbah B2 itu belum terkelola dengan baik. Di Bali sendiri selama ini diakui tersedia sub kontainer, ketika sudah penuh, limbah ini akan di oper ke RS Sanglah.

Namun RS Sanglah sendiri belum ada tempat penampungan. “Di Bali masih kurang pengelolaan limbah jarum tatonya, dan industri ini memang belum dilirik banget,” tutur Ferry.

Berkaca pada pengelolaan limbah tato di luar negeri, limbah jarum tato terkelola dengan baik. Karena memang industri tato sendiri dikenakan pajak, dan terkoneksi dengan baik dengan pemerintahan.

Sementara di Indonesia, koneksi antara industri tato dengan pemerintah belum terjalin dengan baik.

“Cukup lama kami menginginkan koneksi itu, Cuma selama ini hanya sebatas membahas SOP tato saja. Kami akui, ini memang masih menjadi permasalahan utama para tato artis,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/