GIANYAR – Suporter Bali United bisa dikatakan mulai fanatik. Flare, smoke bomb, kembang api, hingga botol minuman ikut beterbangan kedalam lapangan saat Bali United dikalahkan Persija Jakarta dengan skor 1-2, Minggu (2/12) malam.
Apa yang dilakukan suporter tersebut bukan karena kalah. Melainkan karena geram dengan Manajemen Bali United yang mendepak secara halus Widodo Cahyono Putro sebagai Pelatih Bali United menjelang dua pertandingan sisa Liga 1.
Apalagi lawannya adalah Persija Jakarta sang calon kuat juara. Mereka mengira Bali United mencoba mengalah untuk memuluskan jalan Persija untuk juara.
Selain itu, flare dan sejenisnya yang lebih dulu dinyalakan disisi tribun utara Stadion Kapten I Wayan Dipta yang dihuni North Side Boys 12 adalah bentuk kekecewaan mereka terhadap mafia-mafia sepakbola Indonesia.
Hal itu ditambah dengan kepemimpinan wasit asal Jawa Timur Djumadi Efendi yang dianggap lebih menguntungkan Persija Jakarta.
Dengan insiden ini, siap-siap saja Manajemen Bali United harus merogoh kocek dalam untuk membayar denda. Bayangkan, enam kali wasit harus menghentikan pertandingan.
104 menit waktu yang dibutuhkan dalam pertandingan kemarin. Owner Bali United Pieter Tanuri mengatakan kekalahan Bali United kali ini sebagian terjadi karena ulah supporter.
“Resikonya ya seperti itu. Masalah sanksi, pasti kami akan bayar,” ucapnya. Anggota Exco PSSI ini juga mengatakan bahwa kemungkinan besar denda yang diberikan Komdis PSSI kepada Bali United sebesar Rp 150 – 250 juta.
“Itu perkiraan awal. Kalau misalnya sanksinya adalah larangan bertandng tanpa penonton di Stadion Dipta bagaimana?,” ucapnya kepada para
suporter yang mendemo Manajemen Bali Uniteda dan wasit tepat didepan pintu VVIP Stadion Dipta usai pertandingan kemarin.