26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 4:22 AM WIB

Juarai Liga, Bali United Pecahkan Rekor Gelora Dewata Tahun 1994 Silam

DENPASAR – Selain Perseden dan Persekaba, Persegi, Bali Devata, Gelora Dewata adalah klub-klub Bali yang mengenyam kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air.

Nah, prestasi Klub Gelora Dewata adalah yang terbaik sebelumnya, pada tahun 1994 silam. Klub sepak bola ini berdiri pada tahun 1989, dengan nama Gelora Dewata ’89,  bermarkas di Denpasar, Bali.

Gelora Dewata didirikan pengusaha HM. Mislan, yang terkenal sebagai pengusaha penggila bola.
Pada saat kompetisi itu Gelora Dewata tampil sebagai runner up, di posisi kedua se-Indonesia. Gelar juara saat itu diraih Pelita Jaya, Jakarta.

Pada tahun 1994, Gelora Dewata menjadi klub asal Bali pertama yang berlaga di kompetisi antar klub Asia yang saat itu bernama Piala Winners Asia (sekarang menjadi AFC Cup).

Perjuangan Vata Matanu Garcia dan kolega di kancah sepakbola tertinggi Indonesia tidak berlangsung lama.

Setelah kandas dengan menyakitkan menghadapi Kuala Lumpur FA, prestasinya terus menurun.
Nasib Bali juga sempat tidak jelas klubnya.

Gelora Dewata yang sempat jadi kebanggaan krama Bali akhirnya pindah home base ke Sidoarjo, Jawa Timur, pada musim kompetisi 2001.

Ini setelah menjalani beberapa pertandingan awal Divisi Utama LI 2001, dengan menggunakan nama Gelora Putra Delta.

Gelora Delta Putra akhirnya berganti nama menjadi Delta Putra Sidoarjo atau Deltras beberapa waktu kemudian (masih tahun 2001 juga).

Pasang surut kepemilikan klub dialami Deltras yang mantan klub Bali ini.  Setelah menjalani nasib berliku, akhirnya pada 2003 hingga saat ini, status kepemilikan dari HM. Mislan kepada pemerintah kabupaten Sidoarjo.

Pada 2011, Pemkab Sidoarjo mengganti nama klub menjadi Delta Raya Sidoarjo. Gelora-nya pun sudah tidak tersematkan.

Setelah era Gelora Dewata, akhirnya mulai bermunculan klub-klub yang berkompetisi di kancah sepakbola tertinggi seperti Perseden Denpasar dan Persegi Gianyar.

Perseden Denpasar sempat satu musim di Divisi Utama musim 2002/2003. Jadi Laskar Catur Muka perlu menunggu 11 tahun untuk bisa merasakan kerasnya kompetisi di kasta tertinggi sepakbola Indonesia.

Selanjutnya ada Persegi Gianyar. Prestasi Laskar Kuda Jingkrak bisa dikatakan lebih baik dari Perseden. Persegi mulai berkompetisi di Divisi Utama pada musim 2005.

Di Copa Indonesia (saat itu masih bernama Copa Dji Sam Soe), sang penyerang Javier Roca menjadi top scorer dengan raihan 11 gol.

Krisis keuangan memaksa Persegi bangkrut pada tahun 2011 dan tidak bisa melanjutkan kompetisi. Pada akhirnya, lisensi klub dijual ke Pemkab Yahukimo.

Di tengah mati surinya sepakbola Bali, muncullah Bali Devata yang berkompetisi di Liga Premier Indonesia (LPI), liga tandingan dari ISL yang tidak diakui oleh PSSI.

Disana, ada pemain yang sampai saat ini memperkuat Bali United, Ilija Spasojevic. Disinilah mulai terlihat antiklimaks sepakbola Bali.

Beruntung pada tahun 2014, Pieter Tanuri dan Yabes Tanuri melihat peluang menjanjikan dengan membentuk tim anyar setelah mengakuisisi lisensi Persisam Putra Samarinda.

Saat itu, Bali United masih menggunakan nama Bali United Pusam. Hingga akhirnya menjadi Bali United FC di Indonesia Soccer Championship A, setelah sanksi FIFA untuk PSSI resmi dicabut akibat dualisme kepemimpinan.
Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar,  menjadi markas Bali United sampai saat ini hingga menjadi kampiun Liga 1 2019 untuk pertama kalinya. 

DENPASAR – Selain Perseden dan Persekaba, Persegi, Bali Devata, Gelora Dewata adalah klub-klub Bali yang mengenyam kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air.

Nah, prestasi Klub Gelora Dewata adalah yang terbaik sebelumnya, pada tahun 1994 silam. Klub sepak bola ini berdiri pada tahun 1989, dengan nama Gelora Dewata ’89,  bermarkas di Denpasar, Bali.

Gelora Dewata didirikan pengusaha HM. Mislan, yang terkenal sebagai pengusaha penggila bola.
Pada saat kompetisi itu Gelora Dewata tampil sebagai runner up, di posisi kedua se-Indonesia. Gelar juara saat itu diraih Pelita Jaya, Jakarta.

Pada tahun 1994, Gelora Dewata menjadi klub asal Bali pertama yang berlaga di kompetisi antar klub Asia yang saat itu bernama Piala Winners Asia (sekarang menjadi AFC Cup).

Perjuangan Vata Matanu Garcia dan kolega di kancah sepakbola tertinggi Indonesia tidak berlangsung lama.

Setelah kandas dengan menyakitkan menghadapi Kuala Lumpur FA, prestasinya terus menurun.
Nasib Bali juga sempat tidak jelas klubnya.

Gelora Dewata yang sempat jadi kebanggaan krama Bali akhirnya pindah home base ke Sidoarjo, Jawa Timur, pada musim kompetisi 2001.

Ini setelah menjalani beberapa pertandingan awal Divisi Utama LI 2001, dengan menggunakan nama Gelora Putra Delta.

Gelora Delta Putra akhirnya berganti nama menjadi Delta Putra Sidoarjo atau Deltras beberapa waktu kemudian (masih tahun 2001 juga).

Pasang surut kepemilikan klub dialami Deltras yang mantan klub Bali ini.  Setelah menjalani nasib berliku, akhirnya pada 2003 hingga saat ini, status kepemilikan dari HM. Mislan kepada pemerintah kabupaten Sidoarjo.

Pada 2011, Pemkab Sidoarjo mengganti nama klub menjadi Delta Raya Sidoarjo. Gelora-nya pun sudah tidak tersematkan.

Setelah era Gelora Dewata, akhirnya mulai bermunculan klub-klub yang berkompetisi di kancah sepakbola tertinggi seperti Perseden Denpasar dan Persegi Gianyar.

Perseden Denpasar sempat satu musim di Divisi Utama musim 2002/2003. Jadi Laskar Catur Muka perlu menunggu 11 tahun untuk bisa merasakan kerasnya kompetisi di kasta tertinggi sepakbola Indonesia.

Selanjutnya ada Persegi Gianyar. Prestasi Laskar Kuda Jingkrak bisa dikatakan lebih baik dari Perseden. Persegi mulai berkompetisi di Divisi Utama pada musim 2005.

Di Copa Indonesia (saat itu masih bernama Copa Dji Sam Soe), sang penyerang Javier Roca menjadi top scorer dengan raihan 11 gol.

Krisis keuangan memaksa Persegi bangkrut pada tahun 2011 dan tidak bisa melanjutkan kompetisi. Pada akhirnya, lisensi klub dijual ke Pemkab Yahukimo.

Di tengah mati surinya sepakbola Bali, muncullah Bali Devata yang berkompetisi di Liga Premier Indonesia (LPI), liga tandingan dari ISL yang tidak diakui oleh PSSI.

Disana, ada pemain yang sampai saat ini memperkuat Bali United, Ilija Spasojevic. Disinilah mulai terlihat antiklimaks sepakbola Bali.

Beruntung pada tahun 2014, Pieter Tanuri dan Yabes Tanuri melihat peluang menjanjikan dengan membentuk tim anyar setelah mengakuisisi lisensi Persisam Putra Samarinda.

Saat itu, Bali United masih menggunakan nama Bali United Pusam. Hingga akhirnya menjadi Bali United FC di Indonesia Soccer Championship A, setelah sanksi FIFA untuk PSSI resmi dicabut akibat dualisme kepemimpinan.
Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar,  menjadi markas Bali United sampai saat ini hingga menjadi kampiun Liga 1 2019 untuk pertama kalinya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/