28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 4:18 AM WIB

Sebut Timnya Masuk Jebakan PSSI, Suwanto: Harga Diri Kami Diinjak

RadarBali.com – Seandainya Liga 1 masih bernama Liga Super Indonesia (LSI), mungkin nama ini bisa dipelesetkan menjadi Liga Sirkus Indonesia.

Benar-benar kacau sistem kompetisi tertinggi sepakbola Indonesia. Sangat aneh tapi nyata. Tapi, itulah yang terjadi.

Semua berawal dari dimainkannya marquee player Mitra Kukar Momo Sissoko saat menahan imbang Bhayangkara FC.

Komdis PSSI menyatakan bahwa Sissoko tidak bisa dimainkan kontra Bhayangkara FC (BFC). Yang perlu diketahui, Sissoko sejatinya sudah bisa dimainkan saat melawan BFC.

Pasalnya, kartu merah tersebut dia dapatkan saat melawan tuan rumah Borneo FC di pekan ke-31 (23/10).

Hasilnya cukup mengejutkan. Mitra Kukar mendapatkan denda sebesar Rp 100 juta. Dan, yang lebih mengejutkan lagi, Komdis PSSI memberikan kemenangan WO untuk Bhayangkara melalui sanksi dari Komdis PSSI bernomor 112/L1/SK/KD-PSSI/X/2017.

Itu artinya Bhayangkara berhak menang 3-0 melawan Mitra Kukar. Secara otomatis Bhayangkara merangsek ke peringkat pertama dengan raihan 65 poin dan menggeser Bali United dengan poin sama, namun kalah head to head.

Saat melawan Persib Bandung di pekan ke-32, Sissoko memang tidak dimainkan oleh Mitra Kukar karena sanksi larangan bertanding satu kali dan seharusnya sudah bisa dimainkan saat melawan Bhayangkara FC.

Sebelum melawan Bhayangkara, Manajemen Naga Mekes – julukan Mitra Kukar mendapatkan email dari Komdis PSSI yang isinya adalah Revisi Surat Keterangan Bermain atau

Nota Larangan Bermain bernomor 212/NLB-LIGA 1/XI/2017 tertanggal 3 November atau saat hari pertandingan dan ditanda tangani langsung oleh CEO PT LIB Risha Widjaya.

Surat tersebut hanya berisi tentang pemain Mitra Kukar Hendra Tri Saputra mendapatkan larangan bermain akibat akumulasi kartu kuning.

Sedangkan di kubu Bhayangkara, sang kapten Indra Kahfi yang menerima larangan dua kali bermain. Dalam surat tersebut, nama Mohammed Sissoko sama sekali tidak ada.

Apakah Komdis PSSI dan PT LIB lupa mencantumkan nama Sissoko? Jelas itu tidak mungkin. Sepertinya ada konspirasi besar dibalik semua ini untuk memaksakan Bhayangkara merengkuh tangga juara.

Sontak Mitra Kukar pun geram dengan keputusan Komdis PSSI ini. Manajer Operasional Mitra Kukar Suwanto saat dihubungi Jawa Pos Radar Bali Rabu kemarin mengatakan (8/11), dia sangat kecewa dengan keputusan Komdis PSSI.

Keputusan dan sanksi yang diberikan kepada timnya sangat sepihak tanpa sepengetahuan Mitra Kukar.

“Harga diri kami yang dicabik-cabik. Ini keputusan yang membuat kami kecewa dan sepihak. Kami akan segera melakukan banding dengan mengumpulkan bukti-bukti yang ada

karena kami tidak pernah dipanggil untuk siding komdis dan kami tidak tahu. Kami akan kumpulkan senjata untuk perang,” ucapnya.

Jika mantan punggawa Juventus dan Liverpool itu masih mendapatkan sanksi larangan bertanding, lantas apa gunanya ada MCM sehari sebelum pertandingan?

Ini juga yang dipertanyakan oleh Suwanto. Apalagi di MCM tersebut membahas semua masalah pertandingan dan dihadiri oleh kedua tim, perangkat pertandingan, hingga match commissioner.

“Yang salah disana (PSSI, red) tetapi kami yang menjadi korban. Lalu apa gunanya MCM? Ini mengganggu mental kami,” ucapnya.

Perlu diketahui, match commissioner pertandingan antara Mitra Kukar melawan Bhayangkara FC adalah Abdul Moris dari Ternate.

Suwanto pun tegas mengatakan bahwa Mitra Kukar sudah masuk dalam jebakan. “Saya menuntut keadilan. Ini liga yang salah, orang di dalamnya yang salah, atau sistemnya yang salah?

Kami salah tapi tetap dibiarkan salah dan endingnya sanksi dan denda. Kenapa di MCM tidak ada pemberitahuan apa-apa?,” lanjutnya.

“Saya tidak tahu apakah Bhayangkara yang ingin menang atau bagaimana. tetapi ini bukan ranah dari Bhayangkara dan sepenuhnya adalah ranah PT LIB. Ini jelas jebakan buat kami,” tuturnya. 

RadarBali.com – Seandainya Liga 1 masih bernama Liga Super Indonesia (LSI), mungkin nama ini bisa dipelesetkan menjadi Liga Sirkus Indonesia.

Benar-benar kacau sistem kompetisi tertinggi sepakbola Indonesia. Sangat aneh tapi nyata. Tapi, itulah yang terjadi.

Semua berawal dari dimainkannya marquee player Mitra Kukar Momo Sissoko saat menahan imbang Bhayangkara FC.

Komdis PSSI menyatakan bahwa Sissoko tidak bisa dimainkan kontra Bhayangkara FC (BFC). Yang perlu diketahui, Sissoko sejatinya sudah bisa dimainkan saat melawan BFC.

Pasalnya, kartu merah tersebut dia dapatkan saat melawan tuan rumah Borneo FC di pekan ke-31 (23/10).

Hasilnya cukup mengejutkan. Mitra Kukar mendapatkan denda sebesar Rp 100 juta. Dan, yang lebih mengejutkan lagi, Komdis PSSI memberikan kemenangan WO untuk Bhayangkara melalui sanksi dari Komdis PSSI bernomor 112/L1/SK/KD-PSSI/X/2017.

Itu artinya Bhayangkara berhak menang 3-0 melawan Mitra Kukar. Secara otomatis Bhayangkara merangsek ke peringkat pertama dengan raihan 65 poin dan menggeser Bali United dengan poin sama, namun kalah head to head.

Saat melawan Persib Bandung di pekan ke-32, Sissoko memang tidak dimainkan oleh Mitra Kukar karena sanksi larangan bertanding satu kali dan seharusnya sudah bisa dimainkan saat melawan Bhayangkara FC.

Sebelum melawan Bhayangkara, Manajemen Naga Mekes – julukan Mitra Kukar mendapatkan email dari Komdis PSSI yang isinya adalah Revisi Surat Keterangan Bermain atau

Nota Larangan Bermain bernomor 212/NLB-LIGA 1/XI/2017 tertanggal 3 November atau saat hari pertandingan dan ditanda tangani langsung oleh CEO PT LIB Risha Widjaya.

Surat tersebut hanya berisi tentang pemain Mitra Kukar Hendra Tri Saputra mendapatkan larangan bermain akibat akumulasi kartu kuning.

Sedangkan di kubu Bhayangkara, sang kapten Indra Kahfi yang menerima larangan dua kali bermain. Dalam surat tersebut, nama Mohammed Sissoko sama sekali tidak ada.

Apakah Komdis PSSI dan PT LIB lupa mencantumkan nama Sissoko? Jelas itu tidak mungkin. Sepertinya ada konspirasi besar dibalik semua ini untuk memaksakan Bhayangkara merengkuh tangga juara.

Sontak Mitra Kukar pun geram dengan keputusan Komdis PSSI ini. Manajer Operasional Mitra Kukar Suwanto saat dihubungi Jawa Pos Radar Bali Rabu kemarin mengatakan (8/11), dia sangat kecewa dengan keputusan Komdis PSSI.

Keputusan dan sanksi yang diberikan kepada timnya sangat sepihak tanpa sepengetahuan Mitra Kukar.

“Harga diri kami yang dicabik-cabik. Ini keputusan yang membuat kami kecewa dan sepihak. Kami akan segera melakukan banding dengan mengumpulkan bukti-bukti yang ada

karena kami tidak pernah dipanggil untuk siding komdis dan kami tidak tahu. Kami akan kumpulkan senjata untuk perang,” ucapnya.

Jika mantan punggawa Juventus dan Liverpool itu masih mendapatkan sanksi larangan bertanding, lantas apa gunanya ada MCM sehari sebelum pertandingan?

Ini juga yang dipertanyakan oleh Suwanto. Apalagi di MCM tersebut membahas semua masalah pertandingan dan dihadiri oleh kedua tim, perangkat pertandingan, hingga match commissioner.

“Yang salah disana (PSSI, red) tetapi kami yang menjadi korban. Lalu apa gunanya MCM? Ini mengganggu mental kami,” ucapnya.

Perlu diketahui, match commissioner pertandingan antara Mitra Kukar melawan Bhayangkara FC adalah Abdul Moris dari Ternate.

Suwanto pun tegas mengatakan bahwa Mitra Kukar sudah masuk dalam jebakan. “Saya menuntut keadilan. Ini liga yang salah, orang di dalamnya yang salah, atau sistemnya yang salah?

Kami salah tapi tetap dibiarkan salah dan endingnya sanksi dan denda. Kenapa di MCM tidak ada pemberitahuan apa-apa?,” lanjutnya.

“Saya tidak tahu apakah Bhayangkara yang ingin menang atau bagaimana. tetapi ini bukan ranah dari Bhayangkara dan sepenuhnya adalah ranah PT LIB. Ini jelas jebakan buat kami,” tuturnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/