DENPASAR – Kemesraan Ratu Tisha Destria dengan PSSI selama tiga tahun akhirnya resmi berakhir Senin lalu (13/4).
Melalui surat resmi yang ditujukan kepada seluruh jajaran pengurus PSSI Pusat dan melalui pernyataan di akun instagram miliknya, Ratu Tisha sudah resmi menanggalkan jabatan sebagai Sekjen PSSI.
Ratu Tisha menjadi Sekjen PSSI perempuan pertama. Dia juga dianggap memiliki peran yang sangat vital selama tiga tahun menjabat.
Salah satu prestasinya adalah mengantarkan Indonesia menang bidding Piala Dunia U-20, 2021. Dia juga menjadi orang terdepan yang menjembatani transisi kepengurusan dari Edy Rahmayadi, Joko Diyono, hingga Mochamad Iriawan.
Kepergian Ratu Tisha sendiri menyisakan tanda tanya. Rumor menyebutkan jika hengkangnya Ratu Tisha karena keretakan hubungan dengan Ketum PSSI Mochamad Iriawan alias Iwan Bule.
Setelah purna tugas dari jabatan Sekjen PSSI, dia tidak jauh-jauh dari dunia sepak bola karena masih berstatus sebagai Wakil Presiden AFF.
Lepas dari semua itu, Ratu Tisha sangat sering mengunjungi Bali. Sepertinya, Bali menjadi tempat spesial bagi perempuan berusia 33 tahun tersebut.
Sejak tahun 2019, PSSI hampir selalu menggelar acara di Pulau Dewata. Januari 2019, sejarah tercipta di Bali setelah Edy Rahmayadi memutuskan mundur dari jabatannya sebagai Ketum PSSI saat Kongres Luar Biasa.
Joko Driyono ditunjuk sebagai Plt Ketum PSSI. Tahun ini, Kongres Biasa PSSI kembali dilakukan di Bali. Selain itu, RUPS PT LIB juga dilakukan dua hari sebelum Kongres Biasa PSSI.
Ketum Asprov PSSI Bali I Ketut Suardana menyayangkan keputusan yang diambil oleh Ratu Tisha tersebut.
Namun, Suardana tidak bisa berkata apa-apa lagi karena keputusan sudah dibuat. “Dia (Ratu Tisha) itu Sekjen perempuan pertama di PSSI.
Bagi saya, hanya ada dua Sekjen yang terbaik dari pengalaman saya terjun di dunia sepak bola sejak tahun 80-an.
Pertama Nugraha Besoes dan yang kedua adalah Ratu Tisha,” terang pria yang akrab disapa Pak Tut tersebut kemarin.
Baginya, Ratu Tisha adalah orang yang sangat cerdas. Itu sebabnya PSSI bisa berjalan baik salah satu penyebabnya adalah karena jasanya.
“Dia itu cerdas. Dia bisa mengorganisir tugas dengan sangat baik. Sinergitas antara PSSI Pusat dan PSSI di daerah juga berjalan baik berkat peran serta dia. Kursus pelatihan wasit dan pelatih juga sangat intens dilakukan di daerah,” ucapnya.
“Tanpa sosok Ratu Tisha, saya harap PSSI Pusat bisa menjaga dukungan kepada PSSI yang ada di daerah,” tambah pria asal Ubud tersebut.
Ketika disinggung apakah Asprov PSSI Bali sudah mendapatkan bocoran siapa yang menggantikan sosok Ratu Tisha, Pak Tut mengaku belum mengetahuinya.
Hanya harapannya adalah bagaimana PSSI Pusat bisa menemukan pengganti Ratu Tisha yang levelnya jauh diatasnya.
“Saya berharap PSSI bisa cepat mencari pengganti. Tentu saja pengganti Ratu Tisha levelnya harus lebih diatas lagi. Yang saya lihat selama ini, dia itu punya kedekatan organisasi degan Asprov.
Siapapun yang terpilih nanti, kami akan dukung dan siap bekerjasama untuk kemajuan sepak bola nasional dan daerah,” tutupnya.