DENPASAR – Mendengar kata berani, mungkin hanya sebagian pemain saja yang berani melawan kebijakan-kebijakan yang melemahkan posisi pemain.
Misalnya saja mengenai gaji yang dipotong 75 persen secara sepihak oleh klub pada bulan Maret karena merujuk pada SK PSSI.
Padahal pada bulan tersebut, pemain di 18 klub tetap bermain penuh. Mengenai masalah pemotongan gaji, tidak akan selesai untuk dibahas karena keputusan yang sepihak dan pemain
serta jajaran pelatih dan ofisial hanya bisa tunduk dengan aturan yang tiba-tiba sudah dibuat tanpa ada gerakan massif untuk menolak.
Membahas keberanian yang lain, mungkin bisa merujuk pada pemain Indonesia yang tidak banyak bermain untuk klub luar negeri.
Untuk sekarang ini, mungkin hanya Yanto Basna yang bermain untuk PT Prachuap FC di Thai League 1 dan Egy Maulana Fikri yang bermain di Lechia Gdansk di Polandia.
Sebelumnya sudah ada nama-nama seperti Evan Dimas Darmono, Saddil Ramdani, Ryuji Utomo, dan Andik Vermansyah yang sempat berkarier di Malaysia.
Jauh sebelumnya, ada sosok Bambang Pamungkas yang bermain di Malaysia. Selain itu Kurniawan Dwi Yulianto yang menjadi arsitek Sabah FA di Malaysia Super League.
Ini juga yang disorot oleh Pelatih Bali United Stefano Teco Cugurra. Teco yang sudah berkarier sebagai pelatih sekitar tahun 2004 di Indonesia menilai pemain Indonesia masih belum terlalu berani untuk merantau.
Padahal bagi Teco, kualitas pemain Indonesia tidak kalah dengan pemain dari negara lain khususnya dari Asia Tenggara.
Yang diperlukan pemain Indonesia kedepannya adalah keberanian untuk bisa berkarier lebih baik lagi. Sebab jika pemain tersebut bermain di luar negeri, kualitas pemain tersebut akan meningkat.
“Saya pikir seharusnya ada pemain yang lebih berani main di negara lain. Pasti pengalaman mereka waktu main di luar negeri bisa lebih baik lagi.
Dia juga bisa main bagus waktu main di Timnas,” beber pelatih kelahiran Rio De Janeiro tersebut saat diwawancarai beberapa waktu lalu.