DENPASAR – Dugaan pengaturan skor mulai masuk kedalam internal Bali United. Dalam acara Mata Najwa Rabu (20/2) lalu,
salah seorang narasumber yang disamarkan identitasnya mengatakan bahwa Bali United menjadi salah satu klub yang terlibat pengaturan skor musim lalu.
Nama CEO Bali United Yabes Tanuri dan Owner Bali United Pieter Tanuri juga disebut dengan nama inisial YT dan PT.
Dugaan pengaturan skor terjadi saat Serdadu Tridatu menghadapi Persela Lamongan dipekan ke-21 Liga 1 2018 di Stadion Kapten I Wayan Dipta.
Saat itu, Bali United dan Persela berkedudukan imbang 2-2 oleh Persela sebelum akhirnya dibalikkan keadaan pada babak kedua menjadi 3-2.
Yang menjadi kejanggalan dan melecut emosi Pelatih Persela Lamongan Aji Santoso saat itu adalah dua gol Serdadu Tridatu didapat melalui titik putih yang diberikan oleh wasit asal DKI Jakarta Novari Ikhsan.
Perlu diketahui, Bali United kala itu mendapat dua hadiah penalti yang dieksekusi oleh Nick Van Der Velden pada menit ke-31 dan Melvin Platje pada menit ke-66.
Aji juga sempat mengatakan bahwa Novari adalah wasit yang tidak bisa berlari. “Wasit yang tidak bisa lari dipakai,” ucapnya kala itu.
Narasumber yang identitasnya disamarkan tersebut mengatakan bahwa YT mengiming-imingi uang sejumlah Rp 40 juta agar Bali United bisa memenangkan pertandingan.
Entah pernyataan tersebut benar atau tidak, yang jelas Yabes masih belum mau dimintai konfirmasi lebih lanjut. Saat dihubungi kemarin, Yabes tidak mengangkat telepon.
Pun demikian saat dihubungi melalui pesan singkat WhatsApp. Yabes hanya membalas bahwa dia masih rapat. “Lagi meeting saya,” tulisnya singkat.
Penjelasan Yabes Tanuri hanya disampaikan melalui akun media social Bali United. Yabes membantah semua tuduhan terlibat dalam pengaturan skor.
“Kami ikut merasakan kekhawatiran Semeton. Bali United sejak awal sudah berkomitmen untuk turut berdedikasi terhadap insdustri sepakbola di Bali dan Indonesia.
Bali United adalah klub yang transparan. Bagi kami, prestasi bisa dicapai dengan modal yaitu usaha dan perjuangan.
Kami ingin menjadi klub sepakbola yang bisa dibanggakan masyarakat Bali dan Indonesia,” tulis Bali United diakun media sosial miliknya.
Bukan itu saja, Bali United juga mengunggah pernyataan Yabes yang membantah pernyataan narasumber tersebut. Yabes membantah bahwa apa yang diucapkan narasumber tersebut adalah tidak benar.
“Tidak ada itu sama sekali dari saya. Kalau memerintahkan kemenangan kepada pemain itu pasi. Saya ingin pemain menang.
Begini, bonus ke pemain saja per pertandingan kalau menang Rp 100 juta lebih. Jadi nggak mungkin kami melakukan hal seperti itu.
Kami bonus ke pemain saja lebih besar, untuk gol saja ada yang lebih besar. Kami bonus ke pemain itu banyak banget,” bebernya.
Di sisi lain, CEO Persela Lamongan Yuhronur Efendi yang dikonfirmasi terpisah kemarin masih belum percaya bahwa ada pengaturan skor seperti itu.
Namun, setelah tahu kabar ini, dia ingin agar Satgas Anti Mafia Bola bertindak cepat. “Pokoknya kami sekarang serahkan ke Satgas saja,” tegasnya.
Jika benar ada pengaturan skor seperti itu, menurut Yuhronur ada kemungkinan performa Persela stagnan akibat masalah tersebut.
“Kami tidak pernah melakukan hal seperti itu. Kami harapkan pertandingan selanjutnya bisa berjalan baik. Ini menjadi pembelajaran. Kalau kami tidak dicurangi mungkin kami bisa lebih baik lagi. Saya yakin itu,” tegasnya.
Ketua LA Mania Nugroho yang dikonfirmasi terpisah juga hampir sependapat dengan Yuhrunor.
“Pokoknya harus diberantas (mafia bola). Selama ini kami juga belum tahu juga. Saya memang tidak tahu ada seperti ini. Tetapi dapat penalti dua kali ini janggal juga.
Sebagai tuan rumah kok berani sampai penalti dua kali. Semoga kedepannya wasit netral agar sepakbola bisa maju,” tuturnya.