DENPASAR – Sebagai pemain muda yang mencuri perhatian di Tour de Java, I Gde Agus Mahendra alias Mahe enggan disebut wonderkid.
Menurut Mahe, predikat tersebut bisa membuat dia terbebani dan justru menjadi boomerang baginya dalam meniti karir di dunia sepakbola.
“Saya biasa saja karena belum bisa berbuat banyak di tim. Tapi kesempatan yang berikan, saya bersyukur. Jangan sampai star syndrome. Diatas langit, masih ada langit,” terang Mahe.
Lanjut pemain yang memilih nomor punggung 66 karena terinspirasi oleh sosok Trent Alexander-Arnold yang merupakan bek sayap Liverpool FC tersebut,
M. Taufiq dan Ricky Fajrin menjadi dua pemain yang seing memberikan masukan kepadanya meskipun ada beberapa pemain senior yang juga memberikan motivasi untuknya agar lebih baik.
“Mereka kasih tahu dimana salah dan kurangnya saya. Seperti Ricky, dia sering bilang saat defense one by one harus lebih kuat dan tenang,” ucap pemain kelahiran 1 Juni 2002 tersebut.
Ambisi pertamanya sekarang adalah bisa bermain sebanyak mungkin di Liga 1 2021. Baru setelah itu Mahe memikirkan bagaimana menembus skuad Timnas Indonesia.
Mencoba untuk mewujudkan keinginannya, Mahe selalu mendengarkan petuah dari pelatih terutama Yogi Nugraha.
“Dapat saran dari Coach Yogi kalau main bagus, jangan sombong dan merasa diatas. Tetap belajar dan harus kerja keras agar dapat menit bermain. Apalagi pemain bertahan harus kuat,” tutupnya.