28.4 C
Jakarta
30 April 2024, 3:39 AM WIB

PSSI Bali Ingin Liga 1 Bergulir, Ketum Singgung Ubud Bak Kota Mati

DENPASAR – Liga 3 dipastikan tidak akan digelar tahun ini. Sekarang mungkin hanya tinggal menunggu waktu saja bagi Liga 1 dan Liga 2 untuk diberhentikan penuh.

Tapi apapun masih bisa terjadi kedepannya. Bisa saja digelar kembali atau tidak digelar mengingat situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan.

Belum lagi ditambah dengan Mabes Polri yang tidak memberikan izin keramaian untuk Liga 1 dan Liga 2 bergulir kembali.

Sekarang suporter, pemain, pelatih, hingga manajemen klub dibuat menunggu tanpa ketidakpastian. Ada yang pasrah liga dihentikan penuh karena sudah tahu bahwa janji-janji manis dari PSSI sudah terjadi sejak lama.

Ada juga yang masih berharap besar liga dilanjutkan kembali. Lantas bagaimana tanggapan dari Asprov PSSI Bali?

Ketua Umum PSSI Bali I Ketut Suardana yang diwawancarai kemarin mengaku bahwa Asprov PSSI tidak punya wewenang untuk mengambil keputusan.

Tapi, Asprov PSSI Bali dan daerah lainnya berharap jika kompetisi bisa digulirkan kembali. “Keputusan semua ada di pusat. Kami disini menunggu saja.

Apakah sudah ada kesepakatan atau belum. Mau bagaimana, ini situasi dan kondisi yang sulit ditengah pandemi Covid-19,” ujarnya.

Sebagai Ketum Asprov PSSI Bali, dia sering berkomunikasi dengan Ketum PSSI Moch Iriawan melalui grup percakapan di WhatsApp.

“Disana kan Sekjen PSSI dan Asprov daerah lain. Kami tahu banyak elemen di sepak bola terdampak. Bukan hanya sepak bola saja yang ingin pulih.

Tapi, semua cabor dan kehidupan secara global kembali seperti sedia kala. Semua jadi kacau balau karena pandemi ini,” tuturnya.

Sebagai warga Ubud, mantan Manajer Persegi Gianyar itu merasakan betul dampak pandemi. Dia mengaku Ubud seperti kota mati.

Dari biasanya penuh sesak dengan wisatawan asing, kini hanya beberapa wisatawan mancanegara saja yang terlihat.

“Sekarang ini pengusaha terutama di bidang pariwisata dan sejenisnya mengandalkan tabungan saja. Mereka pasti tidak menyangka bisa terjadi seperti ini.

Ubud sekarang seperti kota mati. Hampir tidak ada kehidupan yang terlihat. Banyak toko, restoran, sampai hostel tutup. Mungkin masih ada wisatawan mancanegara yang terlihat karena mereka long stay di Bali,” tutupnya. 

DENPASAR – Liga 3 dipastikan tidak akan digelar tahun ini. Sekarang mungkin hanya tinggal menunggu waktu saja bagi Liga 1 dan Liga 2 untuk diberhentikan penuh.

Tapi apapun masih bisa terjadi kedepannya. Bisa saja digelar kembali atau tidak digelar mengingat situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan.

Belum lagi ditambah dengan Mabes Polri yang tidak memberikan izin keramaian untuk Liga 1 dan Liga 2 bergulir kembali.

Sekarang suporter, pemain, pelatih, hingga manajemen klub dibuat menunggu tanpa ketidakpastian. Ada yang pasrah liga dihentikan penuh karena sudah tahu bahwa janji-janji manis dari PSSI sudah terjadi sejak lama.

Ada juga yang masih berharap besar liga dilanjutkan kembali. Lantas bagaimana tanggapan dari Asprov PSSI Bali?

Ketua Umum PSSI Bali I Ketut Suardana yang diwawancarai kemarin mengaku bahwa Asprov PSSI tidak punya wewenang untuk mengambil keputusan.

Tapi, Asprov PSSI Bali dan daerah lainnya berharap jika kompetisi bisa digulirkan kembali. “Keputusan semua ada di pusat. Kami disini menunggu saja.

Apakah sudah ada kesepakatan atau belum. Mau bagaimana, ini situasi dan kondisi yang sulit ditengah pandemi Covid-19,” ujarnya.

Sebagai Ketum Asprov PSSI Bali, dia sering berkomunikasi dengan Ketum PSSI Moch Iriawan melalui grup percakapan di WhatsApp.

“Disana kan Sekjen PSSI dan Asprov daerah lain. Kami tahu banyak elemen di sepak bola terdampak. Bukan hanya sepak bola saja yang ingin pulih.

Tapi, semua cabor dan kehidupan secara global kembali seperti sedia kala. Semua jadi kacau balau karena pandemi ini,” tuturnya.

Sebagai warga Ubud, mantan Manajer Persegi Gianyar itu merasakan betul dampak pandemi. Dia mengaku Ubud seperti kota mati.

Dari biasanya penuh sesak dengan wisatawan asing, kini hanya beberapa wisatawan mancanegara saja yang terlihat.

“Sekarang ini pengusaha terutama di bidang pariwisata dan sejenisnya mengandalkan tabungan saja. Mereka pasti tidak menyangka bisa terjadi seperti ini.

Ubud sekarang seperti kota mati. Hampir tidak ada kehidupan yang terlihat. Banyak toko, restoran, sampai hostel tutup. Mungkin masih ada wisatawan mancanegara yang terlihat karena mereka long stay di Bali,” tutupnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/