DENPASAR – Performa striker Bali United IIija Spasojevic bak roller coaster mengundang tanya di benak supporter Bali United. Ada apa sebenarnya dengan sang pemain?
Didatangkan dari Bhayangkara FC dengan ekspektasi tinggi menjadi pengganti Sylvano Comvalius, Spaso – sapaan akrabnya, tak kunjung tokcer.
Menjadi pahlawan kala bersua Persela Lamongan, namun underperforma saat berjumpa Barito Putra di kendang.
Spaso hanya mampu melesakkan empat kali tendangan dengan hanya satu kali tendangan yang mengarah ke gawang Barito yang dijaga Aditya Harlan.
Terdengar sayup-sayup suporter di babak kedua yang sedikit mengkritik penampilan Spaso. Apalagi sang pengganti Spaso pada menit ke-81,
Yandi Sofyan justru mampu melesakkan gol perdananya untuk Serdadu tridatu pada menit ke-91 dan membuat keunggulan Bali United menjadi 2-0.
Beberapa kali Spaso dipertandingan kemarin tidak mendapatkan umpan-umpan matang dari lini tengah Serdadu Tridatu. Celakanya, ketika mendapat umpan matang, Spaso lemah di penyelesaian akhir.
Apakah ada konflik internal antara Spaso dengan rekan setim lainnya? Entahlah. Yang terlihat, barisan tengah Bali United lebih suka mengumpan bola ke Stefano Lilipaly.
Satu gol dan satu assist di pertandingan terakhir menjadi bukti Fano – sapaan akrabnya. Pelatih Bali United Widodo Cahyono Putro tidak ingin menyalahkan Spaso.
“Jangan putus asa dan patah arang. Yang terpenting adalah kemenangan. Perbaiki performa dan terus jaga tren positif. Masing-masing individu mengerti pasti akan lebih baik,” ujar Widodo membela Spaso.
Hal serupa dilontarkan Irfan Bachdim. Menurut Irfan, kemenangan kontra Barito salah satunya berkat andil dan kerja keras Spaso.
“Suporter selalu lihat, Spaso tidak cetak. Terus seperti itu. Padahal, dia sudah bekerja keras di lapangan sehingga Fano bisa cetak gol.
Kami ini bermain satu tim. Teamwork yang penting. Kalau Spaso tidak kerja keras, mungkin kami tidak memenangkan pertandingan,” tuturnya.