26.7 C
Jakarta
11 Desember 2024, 3:48 AM WIB

Akomodasi Wisata Menjamur, Harga Kamar Hotel di Bali Terjun Bebas

UBUD – Harga kamar hotel di kawasan wisata Ubud mengalami tren perubahan. Harga kamar terjun bebas hampir 40 persen.

Kondisi itu dipicu banyaknya jumlah hunian kamar sewa baik hotel maupun vila. Yang paling parah, harga kamar dirusak oleh kehadiran housetel.

Salah satu pengelola hotel melati, Anak Agung Gde Pringga Baskara, mengakui jika harga hotel melati di Ubud saat ini masuk titik terendah.

Dulu, harga kamar di Ubud berkisar Rp 500-850 ribu per hari. Kini, adanya persaingan membuat harga kamar terjun menjadi Rp 300 ribu per hari.

“Sekarang ini hotel yang bagus saja sudah menjual kamarnya di bawah Rp 1 juta. Kami hotel melati menjual Rp 500 ribu, wisatawannya tidak mau,” keluhnya.

Ditambah kini, banyak housetel menjamur. Housetel itu menjual kamar bukan berdasar per kamar, melainkan per bed.

Jadi dalam satu kamar itu bisa ada 4-6 bed. Antara penyewa bed satu dengan bed lainnya bisa wisawatan berbeda yang tidak saling kenal.

Adapun harga per bed di housetel mencapai Rp 50 per malam. Konsep housetel kini berkembang di Ubud dan menjadi pemicu anjloknya harga kamar.

“Bahkan sekarang ada yang dulunya hotel melati tapi nggak jalan, akhirnya menjadi housetel, karena housetel dapat wisatawan lebih lancar,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, Anak Agung Ari Brahmanta, menyatakan anjloknya harga kamar ini salah satunya diakibatkan banyak hotel dan vila yang menurunkan harga kamarnya demi memperoleh tamu lebih banyak.

“Dengan efisiensi bisa jumlah kamar banyak, serta menjual lebih murah, dengan harga murah jelas pilihan wisatawan ke budget hotel.

Akibatnya mau tidak mau pengusaha hotel melati dan home stay memposisikan diri menjadikan harga lebih rendah,” ujarnya.

Kata dia, pembangunan budget hotel memprioritaskan efisiensi, sehingga dapat memaksimalkan jumlah kamar.

Agung Ari mencontohkan, untuk hotel melati dulu di kisaran harga kamar antara Rp 500 ribu – Rp 1 juta per kamar.

Namun sekarang harga kamar hotel melati sudah jatuh kisaran Rp 500 ribu ke bawah. “Bahkan ada yang Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu, itu harga kamar hotel melati di Ubud,” jelasnya.

Karena level hotel di bawahnya sudah menjatuhkan harga, otomatis terjadi rantai penurunan harga kamar. Seperti home stay kini mematok harga Rp 150-100 ribu.

Tidak hanya itu mengatasi kompetisi harga, bahkan ada yang mengambil strategi dengan merubah home stay menjadi housetel.

“Akibatnya sekarang housetel di Ubud makin tumbuh, dengan adanya housetel orang bayar bisa murah dengan per bed bisa Rp 50 ribu,” tukasnya. 

UBUD – Harga kamar hotel di kawasan wisata Ubud mengalami tren perubahan. Harga kamar terjun bebas hampir 40 persen.

Kondisi itu dipicu banyaknya jumlah hunian kamar sewa baik hotel maupun vila. Yang paling parah, harga kamar dirusak oleh kehadiran housetel.

Salah satu pengelola hotel melati, Anak Agung Gde Pringga Baskara, mengakui jika harga hotel melati di Ubud saat ini masuk titik terendah.

Dulu, harga kamar di Ubud berkisar Rp 500-850 ribu per hari. Kini, adanya persaingan membuat harga kamar terjun menjadi Rp 300 ribu per hari.

“Sekarang ini hotel yang bagus saja sudah menjual kamarnya di bawah Rp 1 juta. Kami hotel melati menjual Rp 500 ribu, wisatawannya tidak mau,” keluhnya.

Ditambah kini, banyak housetel menjamur. Housetel itu menjual kamar bukan berdasar per kamar, melainkan per bed.

Jadi dalam satu kamar itu bisa ada 4-6 bed. Antara penyewa bed satu dengan bed lainnya bisa wisawatan berbeda yang tidak saling kenal.

Adapun harga per bed di housetel mencapai Rp 50 per malam. Konsep housetel kini berkembang di Ubud dan menjadi pemicu anjloknya harga kamar.

“Bahkan sekarang ada yang dulunya hotel melati tapi nggak jalan, akhirnya menjadi housetel, karena housetel dapat wisatawan lebih lancar,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar, Anak Agung Ari Brahmanta, menyatakan anjloknya harga kamar ini salah satunya diakibatkan banyak hotel dan vila yang menurunkan harga kamarnya demi memperoleh tamu lebih banyak.

“Dengan efisiensi bisa jumlah kamar banyak, serta menjual lebih murah, dengan harga murah jelas pilihan wisatawan ke budget hotel.

Akibatnya mau tidak mau pengusaha hotel melati dan home stay memposisikan diri menjadikan harga lebih rendah,” ujarnya.

Kata dia, pembangunan budget hotel memprioritaskan efisiensi, sehingga dapat memaksimalkan jumlah kamar.

Agung Ari mencontohkan, untuk hotel melati dulu di kisaran harga kamar antara Rp 500 ribu – Rp 1 juta per kamar.

Namun sekarang harga kamar hotel melati sudah jatuh kisaran Rp 500 ribu ke bawah. “Bahkan ada yang Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu, itu harga kamar hotel melati di Ubud,” jelasnya.

Karena level hotel di bawahnya sudah menjatuhkan harga, otomatis terjadi rantai penurunan harga kamar. Seperti home stay kini mematok harga Rp 150-100 ribu.

Tidak hanya itu mengatasi kompetisi harga, bahkan ada yang mengambil strategi dengan merubah home stay menjadi housetel.

“Akibatnya sekarang housetel di Ubud makin tumbuh, dengan adanya housetel orang bayar bisa murah dengan per bed bisa Rp 50 ribu,” tukasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/