SINGARAJA-Agar kera-kera penghuni Pura Agung tenang dan tidak mengganggu proses pujawali, para pengempon pura, Senin (24/9) menggelar tradisi Wanaralaba.
Tradisi unik, ini selalu dilangsungkan setiap purnama kapat dan akan berlangsung selama tiga hari berturut-turut.
Tahun ini, Wanaralaba digelar selama tiga hari, yakni mulai, Senin (24/9) hingga Rabu (26/9) besok.
Pengempon pura sengaja menyiapkan pajegan itu, untuk diberikan pada kera-kera yang tinggal di sekitar area pura.
Pajegan berisi bunga gemitir, buah anggur, jeruk, apel, pepaya, pisang, jagung, serta telur mentah.
Hanya saja, kera- kera tidak bisa langsung mengambil santapan yang disiapkan.
Mereka harus menanti prosesi persembahyangan di utamaning mandala pura selesai.
Setelah persembahyangan usai, pemangku akan memercikkan tirta pada sesaji yang disiapkan.
Setelah itu pajegan ditinggal.
Saat itulah kera-kera langsung menyerbu dan mengerubungi pajegan.
Uniknya kera memilih menyantap telur lebih dulu.
Mereka berebut telur dan memecahkannya.
Setelah berhasil, bagian kuning telur langsung dijilati.
Selanjutnya baru buah-buahan seperti pisang dan pepaya, serta jagung yang menjadi sasaran.
Koordinator Pemangku Pura Agung Pulaki, Ida Bagus Temaja menjelaskan, tradisi itu berawal dari kedatangan Dang Hyang Nirarta ke Bali pada masa Dalem Waturenggong, sekitar tahun 1489 masehi silam.
“Tujuannya supaya wanara itu tidak menggangu proses pujawali, karena sudah diberikan lelabaan (sesaji, Red).
Kera-kera ini juga kami upacarai.
Tiap tumpek kandang mereka ini otonan.
Sama seperti kita. Hanya saja, mereka jatuhnya tiap tumpek kandang,” terang Temaja.