29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:28 AM WIB

Didera Pandemi 8 Bulan, Pariwisata Bali Mulai Bangkit, Ini Tandanya

DENPASAR – Masyarakat Bali sudah lama menantikan kebangkitan pariwisata di Bali. Meski pelan karena masih berjibaku dengan pandemi Covid-19, tanda-tanda pariwisata Bali bangkit mulai terlihat.

Wisatawan mulai berdatangan ke Bali saat musim liburan panjang kali ini. Kunjungan wisatawan mulai mengalami kenaikan sejak tanggal 26 Oktober

lalu mencapai 5.000 orang, 6.300 orang di tanggal 27 Oktober dan kenaikan drastis mencapai 9500 orang di tanggal 28 Oktober kemarin.

Kunjungan wisatawan domestik ini berasal dari lima wilayah yakni Cengkareng-Jakarta, Surabaya, Makassar, Lombok, dan Halim Perdana Kusuma – Jakarta.

Kenaikan kunjungan wisatawan itu diakui Kadispar Bali Putu Astawa. Baginya, kunjungan wisatawan merupakan berkah bagi Provinsi Bali yang selama ini mengandalkan pariwisata yang selama delapan bulan terakhir anjlok total.

Liburan panjang dengan jumlah kunjungan wisatawan yang cukup tinggi selama masa pandemi adalah dua hal yang memang perlu diselaraskan.

Karena kesehatan tentu sangat penting dan menjadi hal utama yang harus diselamatkan, namun ekonomi juga adalah hal penting bagi kelangsungan hidup banyak pihak.

“Sehingga pemerintah menyelaraskan dan menyeimbangkan kepentingan kesehatan dan ekonomi sebagaimana kita menciptakan liburan yang aman, nyaman tanpa kerumunan,” ungkap Putu Astawa.

Delapan bulan adalah waktu yang tidak singkat untuk kita beradaptasi dengan virus corona yang hingga saat ini masih menjadi momok bagi keberlangsungan perekonomian masyarakat secara umum.

Kesadaran masyarakat dalam menggunakan masker dirasakan sudah meningkat, namun kerumunan yang terjadi belum dapat terurai dengan baik.

Karena seperti yang diketahui bahwa salah satu penyebab virus corona cepat mengalami penularan dan penyebaran adalah ditengah kerumunan.

Untuk mengetahui wisatawan yang masuk Bali dalam kondisi aman, sekaligus untuk menjamin tidak terjadinya kluster baru baik bagi wisatawan yang datang dan masyarakat lokal

maka secara internal mereka wajib memproteksi dirinya sebelum datang ke Bali, dengan syarat minimal menunjukkan surat kesehatan baik RAPID tes ataupun Swab berbasis PCR.

Sedangkan saat sudah berada di Bali Pemerintah Daerah bekerjasama dengan Satgas Desa Adat dan juga pecalang bertugas untuk mengawasi dan memantau wisatawan yang ada di tempat/ destinasi obyek wisata.

Salah satunya mereka harus berani menegur apabila terjadi kerumunan dan bagi daerah obyek wisata wajib menyiapkan protokol kesehatan seperti tempat mencuci tangan dan sabun.

Di sisi lain, Juru bicara Satgas Covid-19 Pusat Prof. Wiku Adisasmito mengatakan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat sosial dan aktif yang selalu menjaga hubungan antara satu dengan yang lain.

Suasana liburan selalu menjadi hal istimewa yang ditunggu untuk melepas penat dari rutinitas sekaligus untuk berkumpul dengan keluarga.

Sehingga pihaknya menganggap bahwa delapan bulan menjadi waktu belajar yang cukup bagi semua pihak untuk mengganti tata cara kehidupan yakni dengan menerapkan 3 M

(memakai masker kapan dan dimanapun berada, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun setiap saat serta menjaga jarak dengan orang lain).

Pemprov Bali memiliki aplikasi “Love Bali” yang disiapkan bagi wisatawan yang masuk untuk mengisi cek diri terkait data daerah asal, identitas lengkap, berapa lama akan berada di Bali dan menginap dimana selama berlibur di Bali.

Hal ini diharapkan menjadi data akurat bagi kunjungan wisatawan di masa pandemi sehingga membantu tim satgas untuk melakukan tracing contacts apabila terjadi kasus Covid-19 saat mereka berada di Bali. 

DENPASAR – Masyarakat Bali sudah lama menantikan kebangkitan pariwisata di Bali. Meski pelan karena masih berjibaku dengan pandemi Covid-19, tanda-tanda pariwisata Bali bangkit mulai terlihat.

Wisatawan mulai berdatangan ke Bali saat musim liburan panjang kali ini. Kunjungan wisatawan mulai mengalami kenaikan sejak tanggal 26 Oktober

lalu mencapai 5.000 orang, 6.300 orang di tanggal 27 Oktober dan kenaikan drastis mencapai 9500 orang di tanggal 28 Oktober kemarin.

Kunjungan wisatawan domestik ini berasal dari lima wilayah yakni Cengkareng-Jakarta, Surabaya, Makassar, Lombok, dan Halim Perdana Kusuma – Jakarta.

Kenaikan kunjungan wisatawan itu diakui Kadispar Bali Putu Astawa. Baginya, kunjungan wisatawan merupakan berkah bagi Provinsi Bali yang selama ini mengandalkan pariwisata yang selama delapan bulan terakhir anjlok total.

Liburan panjang dengan jumlah kunjungan wisatawan yang cukup tinggi selama masa pandemi adalah dua hal yang memang perlu diselaraskan.

Karena kesehatan tentu sangat penting dan menjadi hal utama yang harus diselamatkan, namun ekonomi juga adalah hal penting bagi kelangsungan hidup banyak pihak.

“Sehingga pemerintah menyelaraskan dan menyeimbangkan kepentingan kesehatan dan ekonomi sebagaimana kita menciptakan liburan yang aman, nyaman tanpa kerumunan,” ungkap Putu Astawa.

Delapan bulan adalah waktu yang tidak singkat untuk kita beradaptasi dengan virus corona yang hingga saat ini masih menjadi momok bagi keberlangsungan perekonomian masyarakat secara umum.

Kesadaran masyarakat dalam menggunakan masker dirasakan sudah meningkat, namun kerumunan yang terjadi belum dapat terurai dengan baik.

Karena seperti yang diketahui bahwa salah satu penyebab virus corona cepat mengalami penularan dan penyebaran adalah ditengah kerumunan.

Untuk mengetahui wisatawan yang masuk Bali dalam kondisi aman, sekaligus untuk menjamin tidak terjadinya kluster baru baik bagi wisatawan yang datang dan masyarakat lokal

maka secara internal mereka wajib memproteksi dirinya sebelum datang ke Bali, dengan syarat minimal menunjukkan surat kesehatan baik RAPID tes ataupun Swab berbasis PCR.

Sedangkan saat sudah berada di Bali Pemerintah Daerah bekerjasama dengan Satgas Desa Adat dan juga pecalang bertugas untuk mengawasi dan memantau wisatawan yang ada di tempat/ destinasi obyek wisata.

Salah satunya mereka harus berani menegur apabila terjadi kerumunan dan bagi daerah obyek wisata wajib menyiapkan protokol kesehatan seperti tempat mencuci tangan dan sabun.

Di sisi lain, Juru bicara Satgas Covid-19 Pusat Prof. Wiku Adisasmito mengatakan bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat sosial dan aktif yang selalu menjaga hubungan antara satu dengan yang lain.

Suasana liburan selalu menjadi hal istimewa yang ditunggu untuk melepas penat dari rutinitas sekaligus untuk berkumpul dengan keluarga.

Sehingga pihaknya menganggap bahwa delapan bulan menjadi waktu belajar yang cukup bagi semua pihak untuk mengganti tata cara kehidupan yakni dengan menerapkan 3 M

(memakai masker kapan dan dimanapun berada, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun setiap saat serta menjaga jarak dengan orang lain).

Pemprov Bali memiliki aplikasi “Love Bali” yang disiapkan bagi wisatawan yang masuk untuk mengisi cek diri terkait data daerah asal, identitas lengkap, berapa lama akan berada di Bali dan menginap dimana selama berlibur di Bali.

Hal ini diharapkan menjadi data akurat bagi kunjungan wisatawan di masa pandemi sehingga membantu tim satgas untuk melakukan tracing contacts apabila terjadi kasus Covid-19 saat mereka berada di Bali. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/