27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 2:20 AM WIB

Tak Punya Biaya Perbaiki Rumah, 4 Bersaudara Tinggal Satu Kamar Kos

SEMARAPURA – Empat orang bersaudara asal Dusun Pundukdawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan tinggal bersama dengan menyewa satu kamar kos di Lingkungan Pekandelan Klod, Kelurahan Semarapura Klod.

Empat anak yatim itu tinggal di kos-kosan tersebut sejak enam bulan lalu lantaran rumah yang dimiliki tidak layak huni.

Made Sudarma Wijaya Kusuma, 20, salah seorang anak dari empat bersaudara itu saat ditemui di kos-kosannya, menuturkan,

sejak enam bulan yang lalu dia dan ketiga saudaranya tinggal di kamar kos berukuran 2,5 meter kali 2,5 meter tersebut.

Ibunya, Desa Made Ayu Suwati, 43 menyewakan mereka kos-kosan lantaran sejak ayahnya, I Wayan Sudiarta meninggal setahun yang lalu.

Mereka tidak memiliki biaya untuk melanjutkan kontrakan bengkel yang sekaligus menjadi tempat tinggal mereka.

“Rumah saya di kampung sudah rusak. Setelah bapak saya meninggal, saya sekeluarga sempat tinggal di rumah keluarga.

Karena tidak enak hati, akhirnya ibu mengajak kami tinggal di kos-kosan ini. Sewanya Rp 300 ribu per bulan,” ungkapnya.

Lantaran mendapat pekerjaan sebagai pelayan di salah satu rumah makan di Gianyar dan sekaligus mendapat tempat tinggal, ibunya memutuskan tinggal di tempat yang sudah disediakan majikannya.

Sementara dia dan ketiga saudaranya tetap tinggal di kos-kosan tersebut lantaran dia dan adik-adiknya masih bersekolah di Kabupaten Klungkung.

“Adik saya masih SMA satu dan SMP satu orang. Kakak saya sudah tamat dan sempat bekerja. Karena ada masalah di tempat kerjanya, akhirnya mengundurkan diri,” terangnya.

Sehingga selama ini hanya sang ibu yang menjadi tulang punggung keluarga. Dengan kondisi keuangan seperti itu, mereka hanya bisa menyewa satu kamar kos.

Meski harus berdesakan dan kerap kepanasan saat tidur, mau tidak mau harus dijalani. “Kadang karena kepanasan, akhirnya kakak saya menginap di rumah temannya,” jelasnya.

Agar bisa mendapatkan kehidupan yang layak, dia yang baru saja menamatkan sekolahnya di salah satu SMA swasta di Kabupaten Klungkung sempat melamar pekerjaan di salah satu minimarket berjejaring.

Hanya saja karena tidak bisa menyertakan ijazah SMA, lamarannya pun ditolak. “Ijazah saya masih di sekolah karena belum bisa bayar SPP Rp 600 ribu.

Saya sempat memohon agar bisa diberikan keterangan lulus, tetapi tidak diberikan karena belum bayar. Kata pihak sekolah sudah peraturannya seperti itu,” beber anak kedua dari lima bersaudara tersebut.

Terkait rumah yang ada di kampung, lanjut dia, sudah sempat didata oleh pihak desa agar mendapat bantuan bedah rumah. Namun, hingga saat ini rumahnya belum mendapat bedah rumah.

“Kami juga tidak pernah mendapat bantuan sosial rutin dari pemerintah. Untuk makan, paman saya yang sering kasih uang. Saya yang biasanya masak buat adik dan kakak,” tandasnya.

Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta yang mendengar kondisi anak tersebut berjanji akan melunasi SPP Made Sudarma Wijaya Kusuma.

Dia pun menyempatkan diri untuk melihat langsung kondisi rumah anak tersebut di Desa Pesinggahan.

Di lokasi, Bupati Suwirta mendapati sebuah gubuk yang sudah tidak layak huni yang merupakan rumah keluarga Desak Made Ayu Swastiti.

Kadus Punduk Dawa, Komang Muliantara mengakui, warganya yang bernama Desak Made Ayu Swastiti bersama anaknya

telah pergi meninggalkan pekarangan rumahnya dan hidup dengan menyewa sebuah kamar kos di Kecamatan Klungkung.

Sementara sang kepala keluarga yakni sang ibu, Desak Made Ayu Swastiti yang merupakan seorang janda, tinggal dan bekerja di Gianyar.

“Saya bersama beberapa tokoh warga setempat sudah berupaya membantu dengan memberikan pekerjaan kepada keluarga ini supaya bisa senantiasa

berkumpul dan tinggal didaerah asal dengan layak. Namun mereka lebih memilih keluar, dan tinggal dalam satu kamar kos,” ujar Komang Muliantara.

Dalam kesempatan itu, Bupati Suwirta meminta para aparat desa untuk segera membuat usulan bedah rumah dengan Dana Alokasi Desa.

Namun, untuk mempercepat realisasi bedah rumah, Bupati Suwirta akan berupaya membantu mencarikan bantuan CSR bedah rumah untuk keluarga tersebut.

“Kepada para prajuru mari kita bahu membahu membantu keluarga ini, saya tidak ingin ada kemiskinan yang terlantar di Kabupaten Klungkung,” tandasnya. 

SEMARAPURA – Empat orang bersaudara asal Dusun Pundukdawa, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan tinggal bersama dengan menyewa satu kamar kos di Lingkungan Pekandelan Klod, Kelurahan Semarapura Klod.

Empat anak yatim itu tinggal di kos-kosan tersebut sejak enam bulan lalu lantaran rumah yang dimiliki tidak layak huni.

Made Sudarma Wijaya Kusuma, 20, salah seorang anak dari empat bersaudara itu saat ditemui di kos-kosannya, menuturkan,

sejak enam bulan yang lalu dia dan ketiga saudaranya tinggal di kamar kos berukuran 2,5 meter kali 2,5 meter tersebut.

Ibunya, Desa Made Ayu Suwati, 43 menyewakan mereka kos-kosan lantaran sejak ayahnya, I Wayan Sudiarta meninggal setahun yang lalu.

Mereka tidak memiliki biaya untuk melanjutkan kontrakan bengkel yang sekaligus menjadi tempat tinggal mereka.

“Rumah saya di kampung sudah rusak. Setelah bapak saya meninggal, saya sekeluarga sempat tinggal di rumah keluarga.

Karena tidak enak hati, akhirnya ibu mengajak kami tinggal di kos-kosan ini. Sewanya Rp 300 ribu per bulan,” ungkapnya.

Lantaran mendapat pekerjaan sebagai pelayan di salah satu rumah makan di Gianyar dan sekaligus mendapat tempat tinggal, ibunya memutuskan tinggal di tempat yang sudah disediakan majikannya.

Sementara dia dan ketiga saudaranya tetap tinggal di kos-kosan tersebut lantaran dia dan adik-adiknya masih bersekolah di Kabupaten Klungkung.

“Adik saya masih SMA satu dan SMP satu orang. Kakak saya sudah tamat dan sempat bekerja. Karena ada masalah di tempat kerjanya, akhirnya mengundurkan diri,” terangnya.

Sehingga selama ini hanya sang ibu yang menjadi tulang punggung keluarga. Dengan kondisi keuangan seperti itu, mereka hanya bisa menyewa satu kamar kos.

Meski harus berdesakan dan kerap kepanasan saat tidur, mau tidak mau harus dijalani. “Kadang karena kepanasan, akhirnya kakak saya menginap di rumah temannya,” jelasnya.

Agar bisa mendapatkan kehidupan yang layak, dia yang baru saja menamatkan sekolahnya di salah satu SMA swasta di Kabupaten Klungkung sempat melamar pekerjaan di salah satu minimarket berjejaring.

Hanya saja karena tidak bisa menyertakan ijazah SMA, lamarannya pun ditolak. “Ijazah saya masih di sekolah karena belum bisa bayar SPP Rp 600 ribu.

Saya sempat memohon agar bisa diberikan keterangan lulus, tetapi tidak diberikan karena belum bayar. Kata pihak sekolah sudah peraturannya seperti itu,” beber anak kedua dari lima bersaudara tersebut.

Terkait rumah yang ada di kampung, lanjut dia, sudah sempat didata oleh pihak desa agar mendapat bantuan bedah rumah. Namun, hingga saat ini rumahnya belum mendapat bedah rumah.

“Kami juga tidak pernah mendapat bantuan sosial rutin dari pemerintah. Untuk makan, paman saya yang sering kasih uang. Saya yang biasanya masak buat adik dan kakak,” tandasnya.

Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta yang mendengar kondisi anak tersebut berjanji akan melunasi SPP Made Sudarma Wijaya Kusuma.

Dia pun menyempatkan diri untuk melihat langsung kondisi rumah anak tersebut di Desa Pesinggahan.

Di lokasi, Bupati Suwirta mendapati sebuah gubuk yang sudah tidak layak huni yang merupakan rumah keluarga Desak Made Ayu Swastiti.

Kadus Punduk Dawa, Komang Muliantara mengakui, warganya yang bernama Desak Made Ayu Swastiti bersama anaknya

telah pergi meninggalkan pekarangan rumahnya dan hidup dengan menyewa sebuah kamar kos di Kecamatan Klungkung.

Sementara sang kepala keluarga yakni sang ibu, Desak Made Ayu Swastiti yang merupakan seorang janda, tinggal dan bekerja di Gianyar.

“Saya bersama beberapa tokoh warga setempat sudah berupaya membantu dengan memberikan pekerjaan kepada keluarga ini supaya bisa senantiasa

berkumpul dan tinggal didaerah asal dengan layak. Namun mereka lebih memilih keluar, dan tinggal dalam satu kamar kos,” ujar Komang Muliantara.

Dalam kesempatan itu, Bupati Suwirta meminta para aparat desa untuk segera membuat usulan bedah rumah dengan Dana Alokasi Desa.

Namun, untuk mempercepat realisasi bedah rumah, Bupati Suwirta akan berupaya membantu mencarikan bantuan CSR bedah rumah untuk keluarga tersebut.

“Kepada para prajuru mari kita bahu membahu membantu keluarga ini, saya tidak ingin ada kemiskinan yang terlantar di Kabupaten Klungkung,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/