SINGARAJA – Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) Covid-19 Buleleng kini tengah menyusun skema rujukan pasien ke provinsi.
Menyusul terjadinya lonjakan kasus terkonfirmasi positif covid-19 di Kabupaten Buleleng sejak sebulan terakhir.
Juru Bicara GTPP Covid-19 Kabupaten Buleleng I Ketut Suweca mengumumkan ada tambahan 4 kasus baru.
Dari 4 kasus itu, sebanyak 2 kasus diantaranya berasal dari Kecamatan Buleleng, 1 kasus dari Kecamatan Sukasada, dan 1 kasus lainnya dari Kecamatan Sawan.
Selain itu gugus tugas mengumumkan ada penambahan 3 orang pasien yang berhasil sembuh. Seluruhnya berasal dari Kecamatan Buleleng.
Bila ditotal, saat ini ada 69 orang pasien yang masih menjalani perawatan medis. Jumlah ini merupakan jumlah pasien terbanyak yang dirawat oleh tim medis, sejak terjadi pandemi covid-19 di Buleleng.
Sekretaris GTPP Covid-19 Buleleng Gede Suyasa yang dikonfirmasi terpisah, tak menampik kondisi tersebut. Menurutnya sejak pandemi terjadi, ini merupakan jumlah pasien tertinggi yang harus diawasi oleh tim medis.
Suyasa mengklaim, sejak pemerintah berencana menerapkan rileksasi di sejumlah sektor, gugus tugas sudah menyiapkan sejumlah skema perawatan.
Sebab peluang lonjakan kasus sangat tinggi. Ternyata, sejak tatanan kehidupan baru atau new normal diberlakukan, kasus naik dua kali lipat.
“Makanya dalam waktu singkat RSUD kami fungsikan kembali. Kami tambah 32 tempat tidur lagi untuk merawat pasien ini,” kata Suyasa.
Saat ini dalam catatan Jawa Pos Radar Bali, setidaknya ada 66 unit kamar isolasi di seluruh Buleleng. Sebanyak 32 unit ada di RSUD Buleleng, 24 unit di RS Pratama Giri Emas, dan 10 unit lainnya tersebar di sejumlah RS Swasta.
Kamar isolasi itu hanya diperuntukkan bagi pasien terkonfirmasi positif dengan kondisi simtomatik (gejala medis) sedang dan berat saja.
Sementara pasien dengan kondisi simtomatik ringan maupun asimtomatik (tanpa gejala medis), diizinkan melakukan isolasi mandiri.
Apakah fasilitas medis dan SDM medis sudah siap menghadapi lonjakan ini? Suyasa berkeyakinan seluruhnya sudah siap.
Gugus tugas bahkan menggunakan Paviliun Mahottama sebagai ruang transit. Utamanya bagi pasien yang berstatus suspek. Total ada 18 ruangan yang dimanfaatkan sebagai ruang transit.
“Jadi pasien yang suspek, transit di Mahottama dulu. Memang penyakit penyertanya dominan dan saat dilakukan rapid test hasilnya reaktif. Kalau swabnya positif, baru masuk ruang isolasi. Ini skema baru, sebelumnya tidak ada,” imbuhnya.