27.8 C
Jakarta
22 November 2024, 21:04 PM WIB

Hujan-hujanan Ambil Air Pantai, Anak-anak Pantai Dapat Upah Rp 1.000

Masyarakat Gianyar Senin (14/12) kemarin mengikuti upacara Nangluk Mrana yang digelar di empat pantai di Gianyar.

Anak-anak di seputaran pantai pun mendapat berkah dari umat yang hadir. Anak-anak itu melakukan jasa nunas toya segara atau memohon air pantai untuk dibawa pulang ke rumah.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

HUJAN yang mengguyur Pantai Lebih di Kecamatan Gianyar tidak menyurutkan pemedek atau umat berdatangan mengikuti persembahyangan serangkaian upacara Nangluk Mrana pada Senin (14/12) kemarin.

Umat silih berganti berdatangan menghaturkan bakti atau sembahyang di pura. Di saat yang bersamaan, anak-anak di seputaran pantai pun ikut bersliweran bermain.

Usai umat menghaturkan bakti atau sembahyang, umat mengambil air pantai atau nunas toya segara (memohon air pantai).

Biasanya air pantai dibawa pulang untuk keperluan tirta di rumah masing-masing. Bagi umat yang takut turun ke pantai karena hujan dan licin, jasa anak-anak yang bermain pun digunakan.

Bendesa Adat Lebih Wayan Wisma menyatakan, pemandangan anak-anak nunas toya segara itu sudah biasa.

“Mereka memang sehari-hari bergelut dengan ombak. Namun demikian, kami tetap imbau agar mereka hati-hati,” ujarnya.

Pihaknya akan lebih khawatir, jika justru pemedek yang turun langsung nunas toya segara. “Karena kalau pemedek yang turun,

mereka bisa terpleset kalau tidak menguasai medan. Kalau anak-anak ini, mereka sudah terbiasa, jadi aman,” ujarnya.

Salah satu anak merasa senang bisa ambil bagian dalam membantu umat mengambil toya segara ini.

“Senang. Sambil mainan,” ujar anak yang mengaku bernama Komang itu.

Karena sifatnya membantu, dia pun tidak mematok tarif saat mengambilkan air. “Berapa saja dikasih mau. Seribu, dua ribu mau,” ujar siswa SD yang mengaku sudah usai ulangan semester itu.

Meski hujan-hujanan, anak-anak itu mengambil jasa air pantai dengan cara membawa jeriken yang dibawa oleh umat.

Membawa jeriken, anak tersebut berjalan turun melewati batu penghalau ombak. Di pinggiran pantai berpasir hitam itu, anak tersebut perlahan memasukkan air pantai ke jeriken.

Kemudian diserahkan kembali kepada umat. “Uangnya untuk bekal. Jajan,” ungkapnya.

Melihat aktivitas anak-anak tersebut, Kepala Satuan Polisi Air (Satpolair) Polres Gianyar, Iptu Wayan Antariksawan mengaku selalu mengawasi.

Sebab diyakini, anak-anak ini sudah memiliki keahlian otodidak berenang. “Mereka anak pantai. Kami percaya mereka berbuat sesuai kemampuan. Namun demikian, kami tetap awasi bersama Balawista,” jelasnya.

Pihaknya juga memantau dan mengingatkan supaya di pinggir saja mengambil air pantai. “Terutama jika ada yang terlalu ke tengah,” jelasnya.

 Tidak saja saat Nangluk Merana, selama pandemi Covid ini personil Satpol Air Polres Gianyar selalu patroli di pesisir pantai kawasan Gianyar.

“Khusus Nangluk hari ini, ada empat pantai yang kita atensi. Pantai Lebih, Masceti, Pering dan Purnama,” terangnya.

Upacara kali ini digelar untuk mentralisir berbagai penyakit yang datang ke bumi. Salah satunya menetralisir Covid-19.

Bendesa Lebih, Wisma menambahkan, upacara bertujuan untuk memohon keselamatan. “Baik, buruk , penyakit, sakit dan sehat adalah ciptaan Tuhan. 

Dengan itu sesuai kebesaran Tuhan kita harus memohon keselamatan dan anugrah-Nya. Termasuk isi alamnya, dan termasuk kita di sini,” ungkapnya.

Pelaksanaan upacara Nangluk Mrana dilakukan guna menetralisir penyakit yang ada pada dunia ini. Baik itu yang ada di tumbuh-tumbuhan, binatang maupun manusia.

“Semoga dengan kebesaran Tuhan, Sesuhuan di Dalem Segara Agung, Nangluk Mrana ini segala macam penyakit yang ada menurun dengan sentuhan yadnya ini,” pinta penuh harap. (*)

Masyarakat Gianyar Senin (14/12) kemarin mengikuti upacara Nangluk Mrana yang digelar di empat pantai di Gianyar.

Anak-anak di seputaran pantai pun mendapat berkah dari umat yang hadir. Anak-anak itu melakukan jasa nunas toya segara atau memohon air pantai untuk dibawa pulang ke rumah.

 

IB INDRA PRASETIA, Gianyar

HUJAN yang mengguyur Pantai Lebih di Kecamatan Gianyar tidak menyurutkan pemedek atau umat berdatangan mengikuti persembahyangan serangkaian upacara Nangluk Mrana pada Senin (14/12) kemarin.

Umat silih berganti berdatangan menghaturkan bakti atau sembahyang di pura. Di saat yang bersamaan, anak-anak di seputaran pantai pun ikut bersliweran bermain.

Usai umat menghaturkan bakti atau sembahyang, umat mengambil air pantai atau nunas toya segara (memohon air pantai).

Biasanya air pantai dibawa pulang untuk keperluan tirta di rumah masing-masing. Bagi umat yang takut turun ke pantai karena hujan dan licin, jasa anak-anak yang bermain pun digunakan.

Bendesa Adat Lebih Wayan Wisma menyatakan, pemandangan anak-anak nunas toya segara itu sudah biasa.

“Mereka memang sehari-hari bergelut dengan ombak. Namun demikian, kami tetap imbau agar mereka hati-hati,” ujarnya.

Pihaknya akan lebih khawatir, jika justru pemedek yang turun langsung nunas toya segara. “Karena kalau pemedek yang turun,

mereka bisa terpleset kalau tidak menguasai medan. Kalau anak-anak ini, mereka sudah terbiasa, jadi aman,” ujarnya.

Salah satu anak merasa senang bisa ambil bagian dalam membantu umat mengambil toya segara ini.

“Senang. Sambil mainan,” ujar anak yang mengaku bernama Komang itu.

Karena sifatnya membantu, dia pun tidak mematok tarif saat mengambilkan air. “Berapa saja dikasih mau. Seribu, dua ribu mau,” ujar siswa SD yang mengaku sudah usai ulangan semester itu.

Meski hujan-hujanan, anak-anak itu mengambil jasa air pantai dengan cara membawa jeriken yang dibawa oleh umat.

Membawa jeriken, anak tersebut berjalan turun melewati batu penghalau ombak. Di pinggiran pantai berpasir hitam itu, anak tersebut perlahan memasukkan air pantai ke jeriken.

Kemudian diserahkan kembali kepada umat. “Uangnya untuk bekal. Jajan,” ungkapnya.

Melihat aktivitas anak-anak tersebut, Kepala Satuan Polisi Air (Satpolair) Polres Gianyar, Iptu Wayan Antariksawan mengaku selalu mengawasi.

Sebab diyakini, anak-anak ini sudah memiliki keahlian otodidak berenang. “Mereka anak pantai. Kami percaya mereka berbuat sesuai kemampuan. Namun demikian, kami tetap awasi bersama Balawista,” jelasnya.

Pihaknya juga memantau dan mengingatkan supaya di pinggir saja mengambil air pantai. “Terutama jika ada yang terlalu ke tengah,” jelasnya.

 Tidak saja saat Nangluk Merana, selama pandemi Covid ini personil Satpol Air Polres Gianyar selalu patroli di pesisir pantai kawasan Gianyar.

“Khusus Nangluk hari ini, ada empat pantai yang kita atensi. Pantai Lebih, Masceti, Pering dan Purnama,” terangnya.

Upacara kali ini digelar untuk mentralisir berbagai penyakit yang datang ke bumi. Salah satunya menetralisir Covid-19.

Bendesa Lebih, Wisma menambahkan, upacara bertujuan untuk memohon keselamatan. “Baik, buruk , penyakit, sakit dan sehat adalah ciptaan Tuhan. 

Dengan itu sesuai kebesaran Tuhan kita harus memohon keselamatan dan anugrah-Nya. Termasuk isi alamnya, dan termasuk kita di sini,” ungkapnya.

Pelaksanaan upacara Nangluk Mrana dilakukan guna menetralisir penyakit yang ada pada dunia ini. Baik itu yang ada di tumbuh-tumbuhan, binatang maupun manusia.

“Semoga dengan kebesaran Tuhan, Sesuhuan di Dalem Segara Agung, Nangluk Mrana ini segala macam penyakit yang ada menurun dengan sentuhan yadnya ini,” pinta penuh harap. (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/