RadarBali.com – Keberadaan pesisir pantai Gianyar memprihatinkan. Sebuah penyengker (tembok) pura di tepi pantai Purnama tepatnya di Banjar Rangkan, Desa/Kecamatan Sukawati, hancur diterjang ombak ganas pantai berpasir hitam itu.
Kerusakan meliputi pintu masuk pura berupa kori beserta tembok penyengker. Perbekel Sukawati Dewa Gede Dwi Putra menyatakan, pura tersebut diempon oleh keluarga mantan perbekel Sukawati, almarhum Ida Bagus Bharata.
“Pura itu kena abrasi, kerusakan bangunan sangat parah,” ujar Dwi Putra, kemarin (27/7). Dia mengaku tidak tahu persis kapan pura itu hancur diterjang ombak.
Dari laporan masyarakat, ambruknya pura itu terjadi pada 3 atau 4 hari lalu. Saat itu, cuaca sempat ekstrim dan ombak laut sempat naik ke daratan.
“Kejadiannya bertahap, tidak roboh seketika. Karena sejak tiga hari lalu memang ombaknya cukup besar di pantai,” ujarnya.
Dwi Putra menjelaskan, sebelumnya di bawah pura sudah dibuatkan senderan penahan ombak. Belakangan, senderan itu juga amblas karena bagian bawah senderan tergerus ombak.
Senderan itu baru terpasang senderan penahan ombak hanya sekitar 500 meter. Diakui Dwi Putra, di wilayah Desa Sukawati, hanya pura tersebut yang posisinya mepet dengan bibir pantai.
Sementara Pura Er Jeruk yang diusung krama adat Desa Sukawati posisinya masih puluhan meter dari bibir pantai.
“Pura yang mepet pantai hanya itu saja. Sisanya yang dibibir pantai sudah berdiri sebelum digerus abrasi,” jelasnya.
Mengenai keberadaan pura yang hancur itu, diempon oleh keluarga mantan perbekel Sukawati almarhum Ida Bagus Bharata.
Selain keluarga almarhum, tidak ada krama adat Desa Sukawati ataupun krama subak yang mengusung atau mengempon pura tersebut.
“Sekarang hanya keturunan beliau (Ida Bagus Bharata, red) yang mengempon. Mungkin nanti saya bersama bendesa akan menyampaikan hal ini kepada yang bersangkutan,” tandasnya.
Pantauan dilokasi, sisa ombak pantai Purnama terlihat di bagian Barat pantai. Pasir pantai naik hampir masuk ke dalam vila yang berdiri di pantai itu.
Di pura yang mepet pantai dan dekat loloan (hilir sungai) pura yang dibangun dengan corak orange-hitam itu hancur.
Beruntung, di dalam pura, yakni palinggih tidak ikut hancur. Walau begitu, diperkirakan hanya menunggu waktu saja, sejumlah palinggih di dalam pura itu bisa ikut roboh.
Sebab posisi pelinggih tersebut cukup mepet dengan penyengker dan kori pura yang amblas.