DENPASAR – Pasangan calon (paslon) Cagub-Cawagub Bali yang diusung PDIP, Wayan Koster – Cok Ace (Koster – Ace) memenangi pertarungan Pilgub Bali 2018 versi quick count atau hitung cepat.
Koster – Ace meraih kemenangan dengan persentase 58,25 persen. Sedangkan rivalnya paket IB Rai Dharmawijaya Mantra – I Ketut Sudikerta (Mantra – Kerta) mendapat 41,75 persen.
Kemenangan Koster – Ace ini sekaligus mengakhiri puasa kekuasaan PDIP setelah kalah dalam Pilgub Bali 2013 lalu.
Meski menang versi hitung cepat, Koster – Ace menyatakan hasil yang didapat tidak sesuai harapan. Kemenangan 58,25 persen jauh dari target yang ditetapkan, yakni 70 persen.
“Terus terang angka (kemenangan) ini jauh dari harapan kami. Karena kami sejatinya menargetkan suara mendekati 70 persen, buruk-buruknya 60 persen,” kata Koster dalam keterangan persnya di Kantor DPD PDIP Bali, Rabu (27/6) sore.
Koster yakin, perolehan suara versi real count yang dilakukan saksi-saksi dari PDIP akan mengerek suaranya menjadi 60 persen.
Pihaknya akan mengerahkan saksi tingkat kecamatan mengawal suara agar tidak berubah-ubah.
Meski begitu, Koster mengatakan apapun hasil yang didapat patut disyukuri sebagai kerja tim pemenangan, meliputi kader partai, partai pengusung, hingga simpatisan.
Apalagi, tingkat kehadiran pemilih mencapai 71 persen lebih. “Terima kasih masyarakat Bali yang telah memilih kami,” imbuhnya.
Koster kalah di empat kabupaten/kota. Yakni Klungkung, Karangasem, Denpasar, dan Jembrana. Dari kekalahan di empat tempat tersebut, Koster kalah telak di Kota Denpasar dan Kabupaten Klungkung.
Namun, kekalahan di luar dugaan terjadi di Kabupaten Jembrana. Sebab, selama ini Jembrana ditarget menang minimal 60 persen.
Atas hasil yang dicapai, Koster menegaskan bakal melakukan evaluasi total. “Yang menjadi tanda tanya besar perolehan suara di Jembrana yang jauh pencapaiannya.
Gianyar juga jauh. Kalau Tabanan dan Badung sudah sesuai. Buleleng, Bangli juga relatif. Saya rasa ini dinamika pemilih,” paparnya,
“Kami menerima hasil ini. Tapi kami tetap akan melakukan evaluasi total mengapa bisa terjadi. Evaluasi hingga tingkat desa,
di mana titik-titik yang menjadi kelemahan kami, sehingga target tidak tercapai,” tandas politikus asal Desa Sembiran, Buleleng itu.