29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:29 AM WIB

Lontar Beraksara Buda Ditemukan di Bali, Diduga dari Zaman Majapahit

SINGARAJA – Penyuluh Bahasa Bali di Kabupaten Buleleng, menemukan lontar yang sangat istimewa.

Lontar itu ditulis dalam aksara buda atau yang biasa disebut aksara gunung.

Ditengarai itu satu-satunya lontar dalam aksara buda yang ada di Bali. Lontar tersebut ditemukan di Pura Merajan Dadia Arya Ularan, Desa Jinengdalem.

Para penyuluh langsung melakukan proses konservasi sekaligus melakukan digitalisasi, terhadap lontar tersebut.

Ketua Tim Konservasi Lontar Aliansi Penyuluh Bahasa Bali, Ida Bagus Ari Wijaya mengatakan, lontar yang tersimpan di dadia tersebut sangat tidak lazim.

Penyebabnya, lontar itu ditulis dalam aksara buda. Aksara itu banyak digunakan di kawasan lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, pada masa Kerajaan Majapahit.

Biasanya lontar-lontar dengan aksara itu, ditemukan di Pulau Jawa. Ari menyebutkan lontar itu ditengarai berasal dari tahun 1708 masehi.

Lontar berisi ajaran siwa-isme yang masuk dalam genre tatwa.Biasanya lontar itu dipelajari oleh para pemuka agama, terutama para sulinggih.

“Ini baru pertama kali saya temukan di Bali. Informasi dari Perpustakaan Nasional, katanya ada yang serupa di Gianyar.

Tapi belum pernah saya lihat langsung.Ini yang saya lihat langsung, halamannya lengkap, tulisan aksaranya rapi, dan sangat bisa dibaca,” kata Ari.

Menurutnya lontarsiwa-isme sebenarnya banyak ditemukan di Bali.Hanya saja yang istimewa, lontar di DadiaAryaUlaranberaksarabuda.

Sehingga diduga lontar itu berasal dari tinggalan Kerajaan Majapahit. Lantaran lontar itu sangat unik, para penyuluh langsung melakukan proses digitalisasi.

“Kami digitalisasi menggunakan kamera. Nanti soft copy-nya kami serahkan pada penyungsungdadia di sini,” imbuhnya.

Sementara itu Kelian Dadia Arya Ularan Gede Marayasa mengatakan, lontar itu selama ini memang tak pernah dibuka.

Keluarga hanya merawat seadanya, karena minimnya informasi soal teknis perawatan. Biasanya lontarakan dikeluarkan dari gedong simpen pada rahina saraswati untuk diupacarai.

Setelah itu, lontar kembali disimpan dalam gedong. Marayasa menyebut lontar terakhir kali dibuka pada tahun 1980-an oleh staf dari Museum LontarGedongKirtya.

“Waktu itu tidak bisa dibaca.Akhirnya disimpan saja, tidak pernah dibuka dari saat itu. Setahun lalu kemudian dibuka adik-adik penyuluh untuk dibersihkan dan dikonservasi. Kami sendiri baru tahu apa isi-isi lontar yang kami miliki ini,” kata Marayasa.

Ia berharap lontar-lontar yang ada di dadia, terutama lontar dengan aksara buda, bisa melalui proses alih aksara ke aksara latin.

“Sehingga kami bisa baca dan pelajari.Biar bermanfaat juga untuk keluarga kami dan masyarakat sekitar,” harapnya. 

SINGARAJA – Penyuluh Bahasa Bali di Kabupaten Buleleng, menemukan lontar yang sangat istimewa.

Lontar itu ditulis dalam aksara buda atau yang biasa disebut aksara gunung.

Ditengarai itu satu-satunya lontar dalam aksara buda yang ada di Bali. Lontar tersebut ditemukan di Pura Merajan Dadia Arya Ularan, Desa Jinengdalem.

Para penyuluh langsung melakukan proses konservasi sekaligus melakukan digitalisasi, terhadap lontar tersebut.

Ketua Tim Konservasi Lontar Aliansi Penyuluh Bahasa Bali, Ida Bagus Ari Wijaya mengatakan, lontar yang tersimpan di dadia tersebut sangat tidak lazim.

Penyebabnya, lontar itu ditulis dalam aksara buda. Aksara itu banyak digunakan di kawasan lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, pada masa Kerajaan Majapahit.

Biasanya lontar-lontar dengan aksara itu, ditemukan di Pulau Jawa. Ari menyebutkan lontar itu ditengarai berasal dari tahun 1708 masehi.

Lontar berisi ajaran siwa-isme yang masuk dalam genre tatwa.Biasanya lontar itu dipelajari oleh para pemuka agama, terutama para sulinggih.

“Ini baru pertama kali saya temukan di Bali. Informasi dari Perpustakaan Nasional, katanya ada yang serupa di Gianyar.

Tapi belum pernah saya lihat langsung.Ini yang saya lihat langsung, halamannya lengkap, tulisan aksaranya rapi, dan sangat bisa dibaca,” kata Ari.

Menurutnya lontarsiwa-isme sebenarnya banyak ditemukan di Bali.Hanya saja yang istimewa, lontar di DadiaAryaUlaranberaksarabuda.

Sehingga diduga lontar itu berasal dari tinggalan Kerajaan Majapahit. Lantaran lontar itu sangat unik, para penyuluh langsung melakukan proses digitalisasi.

“Kami digitalisasi menggunakan kamera. Nanti soft copy-nya kami serahkan pada penyungsungdadia di sini,” imbuhnya.

Sementara itu Kelian Dadia Arya Ularan Gede Marayasa mengatakan, lontar itu selama ini memang tak pernah dibuka.

Keluarga hanya merawat seadanya, karena minimnya informasi soal teknis perawatan. Biasanya lontarakan dikeluarkan dari gedong simpen pada rahina saraswati untuk diupacarai.

Setelah itu, lontar kembali disimpan dalam gedong. Marayasa menyebut lontar terakhir kali dibuka pada tahun 1980-an oleh staf dari Museum LontarGedongKirtya.

“Waktu itu tidak bisa dibaca.Akhirnya disimpan saja, tidak pernah dibuka dari saat itu. Setahun lalu kemudian dibuka adik-adik penyuluh untuk dibersihkan dan dikonservasi. Kami sendiri baru tahu apa isi-isi lontar yang kami miliki ini,” kata Marayasa.

Ia berharap lontar-lontar yang ada di dadia, terutama lontar dengan aksara buda, bisa melalui proses alih aksara ke aksara latin.

“Sehingga kami bisa baca dan pelajari.Biar bermanfaat juga untuk keluarga kami dan masyarakat sekitar,” harapnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/