RadarBali.com – Masyarakat di Desa Banjar punya cara tersendiri untuk merayakan Galungan. Mereka memilih nampah kebo ketimbang menyembelih babi.
Warga merasa lebih afdol jika memasak kerbau pada hari penampahan. Meski harganya lebih mahal, namun rasanya disebut lebih nikmat ketimbang menggunakan daging babi.
Kebiasaan nampah kebo itu sudah berlangsung sejak lama. Tradisi itu bukan hanya berlaku di wilayah Kecamatan Banjar saja. Namun juga berlangsung di Kecamatan Seririt.
Warga di Banjar Dinas Munduk, Desa Banjar misalnya, mereka selalu nampah kebo sejak hari raya Galungan.
Meski harga daging kerbau mahal, mereka berupaya mengakalinya dengan iuran untuk membeli kerbau utuh. Persiapan untuk nampah kebo pun sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari.
Salah seorang warga di Lingkungan Pura Tengah, Ida Bagus Wisnaya mengungkapkan, warga membeli kerbau dengan sistem iuran.
Warga sudah melakukan iuran sejak jauh-jauh hari. Tepatnya sejak lima bulan sebelum Galungan. Saat itu warga mengumpulkan uang sebesar Rp 400 ribu per orang.
Uang itu lantas digunakan untuk membeli kerbau. Kerbau dipelihara sejak kecil, hingga cukup untuk disembelih.
Metode itu cukup efektif dan efisien, sehingga pembelian daging kerbau menjadi lebih murah. Selain itu warga juga mendapat jatah daging lebih banyak.
“Kalau beli kiloan di pasar kan harganya Rp 170 ribu sampai Rp 200 ribu per kilo. Tapi kalau iuran jauh-jauh hari, jatuhnya lebih murah. Bisa dapat sampai lima kilo per orang.
Dapatnya komplit, ada daging, tulang, kulit, darahnya juga. Jadi bisa sekalian ngelawar, bukan untuk rawon saja,” kata Wisnaya.
Wisnaya mengaku tak tahu pasti sejak kapan warga di sana mulai melakukan tradisi nampah kebo. Ia mengaku mendapati tradisi itu sudah berlangsung sejak lama.
Biasanya warga akan nampah celeng pada hari raya Pagerwesi. Sementara saat Galungan, warga lebih memilih nampah kebo.