26.1 C
Jakarta
18 September 2024, 2:43 AM WIB

Warga Tolak Bangunan Posyandu Bergoyang, Ini Alasannya…

SINGARAJA – Masih ingat persoalan Gedung Posyandu bergoyang karena pembangunan tidak sesuai dengan spesifikasi di Banjar Dinas Pendem, Desa Alasangker, Buleleng beberapa waktu lalu?

Kini persoalan tersebut berbuntut panjang. Karena lemahnya kualitas bangunan, hasil paruman (rapat, red) oleh warga Banjar Dinas Pendem pun menyatakan, menolak penyerahan bangunan tersebut.

Wakil Ketua DPRD Buleleng, Made Adi Purnawijaya yang juga merupakan tokoh masyarakat di tempat tersebut mengatakan, alasan warga menolak bangunan berlantai dua itu lantaran kualitasnya sangat jauh dari harapan.

 “Warga tidak mau jadi korban bangunan itu, lebih baik ditolak dan desa kembali perbaiki,” terangnya kemarin.

Kualitas tersebut misalnya, bangunan dengan luas 5 x 6 meter itu, tiang atau beton yang dalam gambar ada 8 namun nyatanya hanya ada 6 tiang.

Bukan hanya itu, ketebalan beton juga dikurangi, dari seharusnya 40 centimeter sesuai gambar, tapi faktanya cuma 30 centimeter.

Hal tersebut membuat pihaknya geram. Untuk itu, pihaknya melalui komisi II DPRD juga akan turun kelapangan untuk melihat ketidaklayakan gedung tersebut.

Bahkan, Adi juga meminta agar inspektorat juga turun agar persoalan ini tidak ada masalah di kemudian hari, terlebih jadi mainan politik.

 “Teman-teman di Komisi II akan turun. Kami juga mendesak Inspektorat segera turun menyelidiki bangunan itu. Keluhan dan laporan masyarakat sudah lama masuk, tapi tidak ada tindaklanjut,” paparnya. 

SINGARAJA – Masih ingat persoalan Gedung Posyandu bergoyang karena pembangunan tidak sesuai dengan spesifikasi di Banjar Dinas Pendem, Desa Alasangker, Buleleng beberapa waktu lalu?

Kini persoalan tersebut berbuntut panjang. Karena lemahnya kualitas bangunan, hasil paruman (rapat, red) oleh warga Banjar Dinas Pendem pun menyatakan, menolak penyerahan bangunan tersebut.

Wakil Ketua DPRD Buleleng, Made Adi Purnawijaya yang juga merupakan tokoh masyarakat di tempat tersebut mengatakan, alasan warga menolak bangunan berlantai dua itu lantaran kualitasnya sangat jauh dari harapan.

 “Warga tidak mau jadi korban bangunan itu, lebih baik ditolak dan desa kembali perbaiki,” terangnya kemarin.

Kualitas tersebut misalnya, bangunan dengan luas 5 x 6 meter itu, tiang atau beton yang dalam gambar ada 8 namun nyatanya hanya ada 6 tiang.

Bukan hanya itu, ketebalan beton juga dikurangi, dari seharusnya 40 centimeter sesuai gambar, tapi faktanya cuma 30 centimeter.

Hal tersebut membuat pihaknya geram. Untuk itu, pihaknya melalui komisi II DPRD juga akan turun kelapangan untuk melihat ketidaklayakan gedung tersebut.

Bahkan, Adi juga meminta agar inspektorat juga turun agar persoalan ini tidak ada masalah di kemudian hari, terlebih jadi mainan politik.

 “Teman-teman di Komisi II akan turun. Kami juga mendesak Inspektorat segera turun menyelidiki bangunan itu. Keluhan dan laporan masyarakat sudah lama masuk, tapi tidak ada tindaklanjut,” paparnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/