27.1 C
Jakarta
22 November 2024, 1:40 AM WIB

MIRIS! Puluhan Siswa di Karangasem Putus Sekolah karena Sistem Daring

AMLAPURA – Pagebluk covid-19 telah berlangsung sejak setahun menghantam hampir semua lini kehidupan. Selain ekonomi, sektor pendidikan yang selama ini dilakukan secara daring juga ikut terdampak.

 

Salah satunya, puluhan siswa di Karangasem memilih putus sekolah akibat sulitnya proses belajar mengajar online yang berlangsung selama setahun ini. 

 

Kondisi tersebut dibenarkan Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Kadisdikpora) Karangasem, I Gusti Ngurah Kartika, Senin (1/3). Dari data yang diperoleh, terdapat 64 siswa yang memilih berhenti bersekolah.

 

Alasan memilih berhenti lantaran wali murid tidak sanggup mendampingi anak didik selama proses belajar dalam jaringan (daring/ online) di rumah khususnya mereka yang tinggal di wilayah pelosok.

 

 

“Orang tua atau wali murid cukup kesulitan karena harus mendampingi para siswa belajar di rumah. Karena dengan dihadapkan pada proses belajar seperti ini (daring) banyak orang tua belum terbiasa beradaptasi dengan keadaan,” ujarnya.

 

 

 

Pembelajaran jarak jauh melalui daring di rumah, tak sedikit menjadi beban bagi beberapa orang tua yang belum mampu mendampingi. Belum lagi beban kerja orang tua yang cukup sulit ditambah melakukan pendampingan terhadap para siswa belajar daring membuat serba sulit.

 

“Jadi tidak bisa fokus, di sisi lain orang tua juga punya kewajiban bekerja. Masalahnya ada pada tumbuh kembang anak serta masalah tekanan psikologis anak. Orang tua belum sepenuhnya mampu mendampingi anaknya saat pembelajaran jarak jauh ini,” kata Kartika.

 

Pihaknya mengakui, proses belajar mengajar daring ini memang cukup membuat orang tua kelimpungan. Namun di sisi lain ada juga dampak positif yang ditimbulkan. Di tengah ancaman penyebaran covid-19, melalui proses belajar mengajar daring ini bisa mencegah hal itu.

 

“Karena tidak berkerumun, tidak juga ada kontak fisik. Sehingga bisa ditekan angka kasusnya. Setidaknya membantu pemerintah dalam mengendalikan kasus Covid-19. Terutama memutus penyebarannya. Selain itu, guru dan siswa dapat belajar perkembangan teknologi. Selain itu anak juga lebih banyak waktu kumpul dengan keluarga,” ucap Kartika.

 

Hingga saat ini, proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) belum bisa digelar di Karangasem. Meski diakui, proses verifikasi sekolah yang siap melakukan PTM terus meningkat. Bahkan tidak hanya pihak sekolah, namun juga ada dukungan dari orang tua murid agar PTM ini bisa segera dilakukan.

 

“Kami masih terus melihat perkembangan kasus covid-19. Karena sesuai SKB 4 Menteri yang baru, kebijakan PTM diberikan kewenangan daerah. Namun tetap dengan memperhatikan perkembangan kasus di suatu daerah. Dan dengan sangat hati-hati,” tandasnya.

 

AMLAPURA – Pagebluk covid-19 telah berlangsung sejak setahun menghantam hampir semua lini kehidupan. Selain ekonomi, sektor pendidikan yang selama ini dilakukan secara daring juga ikut terdampak.

 

Salah satunya, puluhan siswa di Karangasem memilih putus sekolah akibat sulitnya proses belajar mengajar online yang berlangsung selama setahun ini. 

 

Kondisi tersebut dibenarkan Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Kadisdikpora) Karangasem, I Gusti Ngurah Kartika, Senin (1/3). Dari data yang diperoleh, terdapat 64 siswa yang memilih berhenti bersekolah.

 

Alasan memilih berhenti lantaran wali murid tidak sanggup mendampingi anak didik selama proses belajar dalam jaringan (daring/ online) di rumah khususnya mereka yang tinggal di wilayah pelosok.

 

 

“Orang tua atau wali murid cukup kesulitan karena harus mendampingi para siswa belajar di rumah. Karena dengan dihadapkan pada proses belajar seperti ini (daring) banyak orang tua belum terbiasa beradaptasi dengan keadaan,” ujarnya.

 

 

 

Pembelajaran jarak jauh melalui daring di rumah, tak sedikit menjadi beban bagi beberapa orang tua yang belum mampu mendampingi. Belum lagi beban kerja orang tua yang cukup sulit ditambah melakukan pendampingan terhadap para siswa belajar daring membuat serba sulit.

 

“Jadi tidak bisa fokus, di sisi lain orang tua juga punya kewajiban bekerja. Masalahnya ada pada tumbuh kembang anak serta masalah tekanan psikologis anak. Orang tua belum sepenuhnya mampu mendampingi anaknya saat pembelajaran jarak jauh ini,” kata Kartika.

 

Pihaknya mengakui, proses belajar mengajar daring ini memang cukup membuat orang tua kelimpungan. Namun di sisi lain ada juga dampak positif yang ditimbulkan. Di tengah ancaman penyebaran covid-19, melalui proses belajar mengajar daring ini bisa mencegah hal itu.

 

“Karena tidak berkerumun, tidak juga ada kontak fisik. Sehingga bisa ditekan angka kasusnya. Setidaknya membantu pemerintah dalam mengendalikan kasus Covid-19. Terutama memutus penyebarannya. Selain itu, guru dan siswa dapat belajar perkembangan teknologi. Selain itu anak juga lebih banyak waktu kumpul dengan keluarga,” ucap Kartika.

 

Hingga saat ini, proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM) belum bisa digelar di Karangasem. Meski diakui, proses verifikasi sekolah yang siap melakukan PTM terus meningkat. Bahkan tidak hanya pihak sekolah, namun juga ada dukungan dari orang tua murid agar PTM ini bisa segera dilakukan.

 

“Kami masih terus melihat perkembangan kasus covid-19. Karena sesuai SKB 4 Menteri yang baru, kebijakan PTM diberikan kewenangan daerah. Namun tetap dengan memperhatikan perkembangan kasus di suatu daerah. Dan dengan sangat hati-hati,” tandasnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/