33.8 C
Jakarta
27 April 2024, 13:37 PM WIB

Ekonomi Buleleng Lebih Tahan Banting daripada Yang Lain, Ini Alasannya

SINGARAJA – Bank Indonesia meyakini perekonomian Kabupaten Buleleng akan lebih tahan banting, bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Bali. Sebab, perekonomian Buleleng banyak dibentuk oleh sektor primer dan sekunder. Yakni pertanian dan perdagangan.

Sehingga saat terjadi resesi ekonomi, masyarakat Buleleng masih mampu mempertahankan kondisi ekonominya.

Menurut bank sentral kondisi itu tak lepas dari kondisi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Buleleng. Mengacu data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertanian cukup besar dalam membentuk PDRB Buleleng dengan porsi 21,35 persen. Bahkan sejak tahun 2017 lalu, porsi sektor pertanian dalam bentuk PDRB terus mengalami peningkatan.

Selain masih cukup ampuhnya sektor pertanian, sektor sekunder seperti perdagangan cukup membantu dengan porsi 11,82 persen. Sedangkan sektor konstruksi dengan porsi 8,93 persen.

Sementara sektor tersier, seperti jasa pariwisata yang dibentuk oleh kelompok akomodasi, makanan, dan minuman ada pada peringkat kedua dengan porsi 18,61 persen. Sektor inilah yang sedang diguncang amat parah selama pandemi Covid-19.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bali, Trisno Nugroho mengatakan, sektor pertanian memberikan pilar ekonomi yang kuat bagi Buleleng.

“Jadi dalam kondisi pandemi saat ini, ekonomi Buleleng masih relatif bagus dibandingkan daerah lainnya. Pertanian menjadi sektor yang menggerakkan sekaligus mempertahankan Buleleng saat ini,” kata Trisno saat ditemui pada acara Simakrama Kepariwisataan Bali di Temukus, pada Jumat (30/10) malam.

Bila mencermati data sepuluh tahun terakhir, Trisno menyebut sektor pertanian memang mengalami penurunan. Pada tahun 2010 lalu, sektor pertanian menyumbang 24 persen pembentukan PDRB bagi Buleleng. Sementara sektor pariwisata terus merangkak naik. Tadinya sektor pariwisata hanya sebanyak 14 persen, kini menjadi 18 persen.

Trisno menduga, hal itu berkaitan dengan alih fungsi lahan. Hal itu disebut sangat logis. Karena ada konsekuensi yang terjadi saat pemerintah memutuskan fokus pada sektor tertentu.

Dalam kondisi pandemi,Trisno menyarankan agar pemerintah fokus pada sektor pertanian lebih dulu.

“Kalau boleh menyarankan, saat ini tetap saja di sektor pertanian. Setelah itu pariwisata menjadi bonus. Kalau bisa memanfaatkan potensi kopi, durian, dan cengkih yang ada di Buleleng, saya kira ini akan menjadi potensi yang luar biasa,” tandasnya. 

SINGARAJA – Bank Indonesia meyakini perekonomian Kabupaten Buleleng akan lebih tahan banting, bila dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Bali. Sebab, perekonomian Buleleng banyak dibentuk oleh sektor primer dan sekunder. Yakni pertanian dan perdagangan.

Sehingga saat terjadi resesi ekonomi, masyarakat Buleleng masih mampu mempertahankan kondisi ekonominya.

Menurut bank sentral kondisi itu tak lepas dari kondisi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di Buleleng. Mengacu data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pertanian cukup besar dalam membentuk PDRB Buleleng dengan porsi 21,35 persen. Bahkan sejak tahun 2017 lalu, porsi sektor pertanian dalam bentuk PDRB terus mengalami peningkatan.

Selain masih cukup ampuhnya sektor pertanian, sektor sekunder seperti perdagangan cukup membantu dengan porsi 11,82 persen. Sedangkan sektor konstruksi dengan porsi 8,93 persen.

Sementara sektor tersier, seperti jasa pariwisata yang dibentuk oleh kelompok akomodasi, makanan, dan minuman ada pada peringkat kedua dengan porsi 18,61 persen. Sektor inilah yang sedang diguncang amat parah selama pandemi Covid-19.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bali, Trisno Nugroho mengatakan, sektor pertanian memberikan pilar ekonomi yang kuat bagi Buleleng.

“Jadi dalam kondisi pandemi saat ini, ekonomi Buleleng masih relatif bagus dibandingkan daerah lainnya. Pertanian menjadi sektor yang menggerakkan sekaligus mempertahankan Buleleng saat ini,” kata Trisno saat ditemui pada acara Simakrama Kepariwisataan Bali di Temukus, pada Jumat (30/10) malam.

Bila mencermati data sepuluh tahun terakhir, Trisno menyebut sektor pertanian memang mengalami penurunan. Pada tahun 2010 lalu, sektor pertanian menyumbang 24 persen pembentukan PDRB bagi Buleleng. Sementara sektor pariwisata terus merangkak naik. Tadinya sektor pariwisata hanya sebanyak 14 persen, kini menjadi 18 persen.

Trisno menduga, hal itu berkaitan dengan alih fungsi lahan. Hal itu disebut sangat logis. Karena ada konsekuensi yang terjadi saat pemerintah memutuskan fokus pada sektor tertentu.

Dalam kondisi pandemi,Trisno menyarankan agar pemerintah fokus pada sektor pertanian lebih dulu.

“Kalau boleh menyarankan, saat ini tetap saja di sektor pertanian. Setelah itu pariwisata menjadi bonus. Kalau bisa memanfaatkan potensi kopi, durian, dan cengkih yang ada di Buleleng, saya kira ini akan menjadi potensi yang luar biasa,” tandasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/