31.6 C
Jakarta
25 November 2024, 17:14 PM WIB

Sediakan 7 Titik Parkir, Minta Pengusaha Bantu Pengadaan Shuttle Bus

UBUD – Berdasar rancangan Dinas Perhubungan, akan terdapat 7 sentral parkir di Ubud. Titik-titik parkir ini didesain untuk mengatasi kemacetan yang kerap terjadi di Ubud.

Khusus untuk bus dengan kapasitas di atas 25 penumpang dilarang masuk sentral parkir. Bus besar itu harus berada jauh dari wilayah Ubud.

Selanjutnya, bus kecil yang membawa penumpang ke sentral parkir nantinya akan diantar ke jantung Ubud menggunakan shuttle.

Trayek shuttle ini di antaranya akan melewati Monkey Forest, Pasar Ubud, dan Puri Ubud. Untuk mendukung pemerintah dalam pengadaan shuttle ini, kalangan pariwisata juga didodong untuk mengadakan shuttle sendiri.

Dorongan pemerintah itu pun disetujui oleh pengelola Museum Antonio Blanco, Mario Blanco yang mewakili suara pengusaha di Ubud.

“Saya dulu pernah punya Luxio (mobil kecil, red) untuk menjemput tamu saya di Monkey Forest. Ternyata dari museum ke Monkey Forest memakan waktu 3 jam. Tamu yang hendak ke museum pun kabur,” kata Mario Blanco.

“Jadi dengan penertiban parkir ini, kami akan mengadakan shuttle lagi. Dengan catatan kami ingin diberikan satu pos untuk shuttle kami di sentral parkir,” pinta Mario.

Menurut Mario, mencontoh saat dirinya ke Melbourne Australia, hotel yang tidak punya parkir hanya bisa menurunkan penumpang saja.

Jadi hotel di Negeri Kangguru yang tidak punya parkir menyediakan angkutan untuk mengangkut tamu mereka. “Itu bisa dijadikan contoh mengenai ketertiban di sana,” tukasnya

UBUD – Berdasar rancangan Dinas Perhubungan, akan terdapat 7 sentral parkir di Ubud. Titik-titik parkir ini didesain untuk mengatasi kemacetan yang kerap terjadi di Ubud.

Khusus untuk bus dengan kapasitas di atas 25 penumpang dilarang masuk sentral parkir. Bus besar itu harus berada jauh dari wilayah Ubud.

Selanjutnya, bus kecil yang membawa penumpang ke sentral parkir nantinya akan diantar ke jantung Ubud menggunakan shuttle.

Trayek shuttle ini di antaranya akan melewati Monkey Forest, Pasar Ubud, dan Puri Ubud. Untuk mendukung pemerintah dalam pengadaan shuttle ini, kalangan pariwisata juga didodong untuk mengadakan shuttle sendiri.

Dorongan pemerintah itu pun disetujui oleh pengelola Museum Antonio Blanco, Mario Blanco yang mewakili suara pengusaha di Ubud.

“Saya dulu pernah punya Luxio (mobil kecil, red) untuk menjemput tamu saya di Monkey Forest. Ternyata dari museum ke Monkey Forest memakan waktu 3 jam. Tamu yang hendak ke museum pun kabur,” kata Mario Blanco.

“Jadi dengan penertiban parkir ini, kami akan mengadakan shuttle lagi. Dengan catatan kami ingin diberikan satu pos untuk shuttle kami di sentral parkir,” pinta Mario.

Menurut Mario, mencontoh saat dirinya ke Melbourne Australia, hotel yang tidak punya parkir hanya bisa menurunkan penumpang saja.

Jadi hotel di Negeri Kangguru yang tidak punya parkir menyediakan angkutan untuk mengangkut tamu mereka. “Itu bisa dijadikan contoh mengenai ketertiban di sana,” tukasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/