NEGARA – Ribuan telur penyu dari penangkaran kelompok pelestari penyu (KKP) Kurma Asih, Desa Perancak, menetas dan langsung dilepasliarkan ke habitat di pantai Perancak.
Jumlah tukik atau anak penyu yang baru menetas, tertinggi sejak lima tahun terakhir. Namun, muncul kekhawatiran penyu banyak mati karena habitat penyu sudah tercemar sampah, terutama sampah plastik.
Ketua KPP Kurma Asih I Wayan Anom Astika Jaya mengatakan, sejak bulan Maret lalu hingga bulan ini sebanyak 375 sarang telur penyu ditetaskan secara semialami.
Setiap sarang berisi rata-rata 90 butir telur penyu, jadi jumlah total sebanyak 33.750 butir telur ditetaskan.
“Telur yang ditetaskan dari sarang alami di sekitar pantai Desa Perancak dan pantai lain, baik yang ditemukan anggota kelompok maupun warga,” jelasnya.
Pengambilan telur dari sarang penyu ke penangkaran semi alami ini, untuk menyelamatkan telur penyu dari predator maupun orang yang masih memburu telur penyu.
Dari hasil penangkaran semi alami tersebut, sekitar 95 persen dari setiap sarang menetas dan langsung dilepasliarkan ke habitat.
“Sebagian ada di kolam untuk sarana edukasi, pada pelajar dan wisatawan,” terangnya. Anom menambahkan, jumlah telur penyu yang ditetaskan di sarang sejak enam bulan terakhir, merupakan jumlah terbanyak sejak lima tahun terakhir.
Jumlah terbanyak terakhir pada tahun 2014 mencapai 400 buah lebih sarang penyu, tahun berikutnya menurun rata-rata 200 buah sarang.
Ribuan ekor tukik yang dilepasliarkan, lanjutnya, harapannya hidup dan tumbuh besar sehingga satwa dilindungi ini tidak punah.
Penyu selain menjadi buruan liar, saat ini juga terancam karena habitatnya sudah tercemar. Terbukti dua ekor penyu menderita tumor yang diduga karena makan makanan mengandung kimia berbahaya seperti plastik.
Menurut Anom, penyu sitaan polisi yang menderita tumor tersebut sementara dititipkan di KKP Kurma Asih.
Nantinya, penyu tersebut akan dibawa ke tempat rehablitasi untuk menyembuhkan tumor di mata. “Dua ekor penyu yang menderita tumor masih dititipkan,” tandasnya.