RadarBali.com – Dua orang nelayan yang menjadi korban hilang, hingga kemarin masih bertahan di Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Mereka tengah memulihkan kondisi kesehatan, setelah mengalami tekanan akibat terombang-ambing di tengah laut lepas.
Abdul Wahid, 25, dan Husni, 32, warga Banjar Dinas Bunut Panggang, Desa Kaliasem itu, baru sampai di Pulau Sapudi, Jumat (4/8) pagi kemarin.
Mereka baru bisa sampai di daratan, karena kapal yang menyelamatkan mereka belum bisa masuk ke pelabuhan dan akhirnya kembali melanjutkan pekerjaan lepas pantai di seputar perairan Pulau Kangean.
Kelompok Nelayan Sinar Bahari sudah berkoordinasi dengan Kantor SAR Surabaya untuk rencana penjemputan Abdul Wahid dan Husni.
Mengingat Kantor SAR Denpasar telah menyerahkan proses koordinasi kepada SAR Surabaya, lantaran lokasi penemuan masuk wilayah kerja mereka.
“Kemarin korban ini masih di kapal, karena kapal masih kerja di tengah laut dan cuaca buruk juga belum bisa sandar. Kami koordinasi, Basarnas dan syahbandar juga tidak berani jemput. Akhirnya kami tadi sewa kapal nelayan setempat untuk jemput mereka,” kata Sekretaris Kelompok Nelayan Sinar Bahari, Abdul Hadi.
Kini keduanya masih beristirahat di Pulau Sapudi untuk pemulihan. Rencananya mereka akan menginap selama beberapa hari ke depan hingga kondisinya benar-benar stabil.
Apalagi mereka harus melalui perjalanan panjang dari Pulau Sapudi ke Bali. Selama di Sapudi, mereka menginap di rumah salah seorang kerabat yang memang tinggal di sana.
Jika tidak ada halangan, mereka akan kembali ke Bali pada Minggu (6/8) besok. Mereka akan diantar menuju Pelabuhan Jangkar di Kabupaten Situbondo atau berlabuh di pelabuhan rakyat yang ada di Desa Penyabangan.
“Kalau tidak ada halangan, nanti mereka akan berangkat ke Bali hari Minggu. Ada keluarga dari Sapudi yang mengantar. Kemungkinan kalau kami tidak jemput di Situbondo, mungkin di daerah Gondol (Desa Penyabangan, Red). Karena keluarga yang mengantar ini juga berasal dari Gondol,” imbuhnya.
Sementara itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng mendapat hibah kapal dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Kapal itu akan menjadi armada pencarian orang hilang yang dimiliki BPBD Buleleng. Selama ini BPBD Buleleng tidak memiliki peralatan untuk melakukan kegiatan di laut.
Padahal Buleleng memiliki garis pantai terpanjang di Bali. Dampaknya setiap kali ada nelayan hilang, BPBD Buleleng hanya bisa nebeng dengan tim SAR atau Polisi Perairan untuk melakukan pencarian.
“Kami dapat bantuan satu unit kapal. Kemungkinan bulan Oktober sudah sampai di Buleleng. Itu nilainya Rp 1,5 miliar. Kami ajukan ke BNPB, karena selama ini kami tidak punya armada rescue kalau ada kejadian di laut. Padahal kita punya garis pantai terpanjang di Bali,” kata Kepala Pelaksana BPBD Buleleng Made Subur.
Nantinya kapal tersebut akan menggunakan mesin dengan kekuatan 60 PK. Selain itu BPBD Buleleng juga akan mengajukan pengadaan boat untuk kegiatan rescue yang bisa dilakukan di danau maupun laut.