29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 9:03 AM WIB

Bupati Mahayastra Lepas 8 Tito Alba, “Ditugasi” Kendalikan Hama Tikus

GIANYAR – Sebanyak 8 burung hantu (Tito Alba) dilepasliarkan untuk mengendalikan hama tikus. Burung dilepas di subak Taro Kelod, Kecamatan Tegalalang, Jumat (4/12) kemarin.

Bupati Gianyar Made Mahayastra menyatakan, Tito Alba dipandang efektif mengusir hama tikus. Pasalnya, seekor Tito Alba mampu memangsa 20 ekor tikus.

“Yang paling aman dan bisa dilakukan untuk mengendalikan hama tikus yaitu dengan menjalankan kembali rantai makanan.

Setelah saya pelajari ternyata burung hantu jenis Tito Alba mampu memangsa 20 ekor tikus per hari,” ujar Bupati Mahayastra disela pelepasliaran burung hantu.

Bupati Mahayastra menekankan pentingnya menjaga lingkungan dalam arti yang luas. Seperti tanaman, saluran  air, dan semua satwa yang ada.

Karena jika salah satu saja yang hilang dalam siklus rantai makanan maka akan menjadi bencana. “Satu cara untuk merawat alam dengan menjaga keseimbangannya.

Karena jika tidak seimbang, maka hama akan berkembang dan tentunya untuk membasmi hama akan dipergunakan alat yang sifatnya kimia dan modern yang akan semakin merusak alam.

Maka dari itu saya tekankan pentingnya menjaga ekosistem atau lingkungan, jangan ada yang memburu,” ujar Bupati Mahayastra.

Burung hantu jenis Tito Alba yang dilepas di Subak Taro Kelod berjenis kelamin jantan dan betina. Selain itu, juga dilepas burung hantu di Subak Tegalampit dan dua ekor di Subak Tempekan Delod Sema Payangan. 

Dengan harapan burung dapat memangsa tikus serta berkembang biak untuk menjaga siklus rantai makanan.

“Kalau ini bisa dikembangkan saya yakin siklus rantai makanan akan terjaga,  tidak sampai tikus menggerogoti pertanian.  Walaupun ada, dalam toleransi wajar,” imbuhnya.

Dilanjutkannya, sebagai kabupaten penghasil beras nomor dua di Bali, Gianyar terus berkomitmen menjaga lahan pertanian yang ada.

Dengan luas lahan pertanian sekitar 9-11 ribu hektare, Gianyar mampu berkontribusi terhadap ketahanan pangan Bali dengan menyumbang 40 ribu ton gabah.

Disamping itu, Gianyar sebagai kabupaten berbasis pertanian sudah sepantasnya menjaga lahan pertanian yang ada serta menjaga kelangsungan sektor  pertanian.

Apalagi pariwisata Gianyar merupakan pariwisata berbasiskan adat dan pertanian. Artinya dengan menjaga keseimbangan alam beserta isinya,

kita mampu meningkatkan produktivitas sektor pertanian disamping sebagai penopang keberlangsungan sektor pariwisata sabagai sumber pendapatan asli daerah. 

GIANYAR – Sebanyak 8 burung hantu (Tito Alba) dilepasliarkan untuk mengendalikan hama tikus. Burung dilepas di subak Taro Kelod, Kecamatan Tegalalang, Jumat (4/12) kemarin.

Bupati Gianyar Made Mahayastra menyatakan, Tito Alba dipandang efektif mengusir hama tikus. Pasalnya, seekor Tito Alba mampu memangsa 20 ekor tikus.

“Yang paling aman dan bisa dilakukan untuk mengendalikan hama tikus yaitu dengan menjalankan kembali rantai makanan.

Setelah saya pelajari ternyata burung hantu jenis Tito Alba mampu memangsa 20 ekor tikus per hari,” ujar Bupati Mahayastra disela pelepasliaran burung hantu.

Bupati Mahayastra menekankan pentingnya menjaga lingkungan dalam arti yang luas. Seperti tanaman, saluran  air, dan semua satwa yang ada.

Karena jika salah satu saja yang hilang dalam siklus rantai makanan maka akan menjadi bencana. “Satu cara untuk merawat alam dengan menjaga keseimbangannya.

Karena jika tidak seimbang, maka hama akan berkembang dan tentunya untuk membasmi hama akan dipergunakan alat yang sifatnya kimia dan modern yang akan semakin merusak alam.

Maka dari itu saya tekankan pentingnya menjaga ekosistem atau lingkungan, jangan ada yang memburu,” ujar Bupati Mahayastra.

Burung hantu jenis Tito Alba yang dilepas di Subak Taro Kelod berjenis kelamin jantan dan betina. Selain itu, juga dilepas burung hantu di Subak Tegalampit dan dua ekor di Subak Tempekan Delod Sema Payangan. 

Dengan harapan burung dapat memangsa tikus serta berkembang biak untuk menjaga siklus rantai makanan.

“Kalau ini bisa dikembangkan saya yakin siklus rantai makanan akan terjaga,  tidak sampai tikus menggerogoti pertanian.  Walaupun ada, dalam toleransi wajar,” imbuhnya.

Dilanjutkannya, sebagai kabupaten penghasil beras nomor dua di Bali, Gianyar terus berkomitmen menjaga lahan pertanian yang ada.

Dengan luas lahan pertanian sekitar 9-11 ribu hektare, Gianyar mampu berkontribusi terhadap ketahanan pangan Bali dengan menyumbang 40 ribu ton gabah.

Disamping itu, Gianyar sebagai kabupaten berbasis pertanian sudah sepantasnya menjaga lahan pertanian yang ada serta menjaga kelangsungan sektor  pertanian.

Apalagi pariwisata Gianyar merupakan pariwisata berbasiskan adat dan pertanian. Artinya dengan menjaga keseimbangan alam beserta isinya,

kita mampu meningkatkan produktivitas sektor pertanian disamping sebagai penopang keberlangsungan sektor pariwisata sabagai sumber pendapatan asli daerah. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/