29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 2:08 AM WIB

Terpuji! Jadi Dalang, Ini yang Dilakukan Ipda Darma ke Masyarakat

RadarBali.com – Ada talenta tersembunyi yang dimilii Kanit Bimas Polsek Tegalalang Ipda I Made Darma yang tak dimiliki polisi lain.

Disela kesibukan menjadi seorang polisi, Ipda Darma juga lihai memainkan peran sebagai seorang dalang. Dia kerap diminta ngayah saat ada kegiatan keagamaan.

Kesempatan itu pun dimanfaatkan pria asal Banjar Buruan, Desa/Kecamatan Tampaksiring untuk memberikan pesan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).

Sejak sembilan tahun lalu, I Made Darma ini menggeluti dunia mendalang. Kini, dia dipercaya masyarakat adat untuk membawakan pementasan wayang.

Pentas wayang tidak saja dilakukan di kegiatan upacara kemanusiaan (manusa yadnya). Bahkan, saat acara di pura, Darma yang dikenal dengan nama dalang polisi biasa ngayah.

Kegiatan mendalang terbaru, dia lakoni di kediaman bendesa pakraman Calo Tegalalang. Pentas wayang yang dibawakan bertema wayang Sida Karya.

“Ini karena keturunan, dulu kakek saya seorang dalang. Kalau ayah saya penari. Saya kemudian melanjutkan bakat kakek saya,” ujar Ipda Made Darma, memulai perbincangan dengan Jawa Pos Radar Bali.

Walau lahir dari keluarga seni, Darma tidak seperti keluarga dalang pada umumnya. “Saya baru Sembilan tahun lalu terjun ke dunia dalang. Karena saya suka,” jelasnya.

Disamping almarhum kakek memiliki koleksi wayang, Darma juga kerap membeli wayang kulit di wilayah Sukawati.

“Di Sukawati, saya sambil belanja wayang, sekalian bertanya-tanya di sana sama pembelinya,” ujar Ipda Made Darma.

Dari jalinan dengan pedagang wayang di Sukawati itulah, kemudian bakat Darma yang mengalir darah dalang terasah.

“Lalu saya coba pentaskan pewayangan. Awalnya kaku, kalau sekarang sudah terbiasa,” jelasnya. Darma sendiri lebih banyak membawakan pentas wayang keagamaan.

“Beda sama yang dibawakan Cemblong (dalang Tabanan yang membawa pesan jenaka, red),” jelasnya. Yang dia bawakan, biasanya cerita Bima Dadi Caru, Bima Duta dan cerita pewayangan lainnya.

Dijelaskan Ipda Darma, selama diminta ngayah menjadi dalang, sebisa mungkin kegiatan mendalang tidak berbenturan dengan kegiatan di kepolisian.

“Misalnya, kalau mendalang jam 09.00. Jadi sebelum itu saya apel dulu. Begitu juga kalau malam,” jelasnya.

Yang jelas, selama diminta membawakan pentas wayang, Ipda Darma tak lupa menyelipkan pesan kamtibmas kepada masyarakat.

“Kalau pentas wayang ini tidak bisa diutak-atik. Sudah sesuai pakem. Jadi saya selipkan pesan kamtibmas saat saya diundang, disambut,” jelasnya.

Jadi saat tiba di satu tempat, misalnya, tiba di pura, Ipda Darma pasti disambut oleh prajuru dan masyarakat setempat.

“Saat duduk, atau sebelum pentas, saya bicara di hadapan masyarakat, saya selipkan pesan kamtibmas mengenai pesan moral,” tukasnya

RadarBali.com – Ada talenta tersembunyi yang dimilii Kanit Bimas Polsek Tegalalang Ipda I Made Darma yang tak dimiliki polisi lain.

Disela kesibukan menjadi seorang polisi, Ipda Darma juga lihai memainkan peran sebagai seorang dalang. Dia kerap diminta ngayah saat ada kegiatan keagamaan.

Kesempatan itu pun dimanfaatkan pria asal Banjar Buruan, Desa/Kecamatan Tampaksiring untuk memberikan pesan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).

Sejak sembilan tahun lalu, I Made Darma ini menggeluti dunia mendalang. Kini, dia dipercaya masyarakat adat untuk membawakan pementasan wayang.

Pentas wayang tidak saja dilakukan di kegiatan upacara kemanusiaan (manusa yadnya). Bahkan, saat acara di pura, Darma yang dikenal dengan nama dalang polisi biasa ngayah.

Kegiatan mendalang terbaru, dia lakoni di kediaman bendesa pakraman Calo Tegalalang. Pentas wayang yang dibawakan bertema wayang Sida Karya.

“Ini karena keturunan, dulu kakek saya seorang dalang. Kalau ayah saya penari. Saya kemudian melanjutkan bakat kakek saya,” ujar Ipda Made Darma, memulai perbincangan dengan Jawa Pos Radar Bali.

Walau lahir dari keluarga seni, Darma tidak seperti keluarga dalang pada umumnya. “Saya baru Sembilan tahun lalu terjun ke dunia dalang. Karena saya suka,” jelasnya.

Disamping almarhum kakek memiliki koleksi wayang, Darma juga kerap membeli wayang kulit di wilayah Sukawati.

“Di Sukawati, saya sambil belanja wayang, sekalian bertanya-tanya di sana sama pembelinya,” ujar Ipda Made Darma.

Dari jalinan dengan pedagang wayang di Sukawati itulah, kemudian bakat Darma yang mengalir darah dalang terasah.

“Lalu saya coba pentaskan pewayangan. Awalnya kaku, kalau sekarang sudah terbiasa,” jelasnya. Darma sendiri lebih banyak membawakan pentas wayang keagamaan.

“Beda sama yang dibawakan Cemblong (dalang Tabanan yang membawa pesan jenaka, red),” jelasnya. Yang dia bawakan, biasanya cerita Bima Dadi Caru, Bima Duta dan cerita pewayangan lainnya.

Dijelaskan Ipda Darma, selama diminta ngayah menjadi dalang, sebisa mungkin kegiatan mendalang tidak berbenturan dengan kegiatan di kepolisian.

“Misalnya, kalau mendalang jam 09.00. Jadi sebelum itu saya apel dulu. Begitu juga kalau malam,” jelasnya.

Yang jelas, selama diminta membawakan pentas wayang, Ipda Darma tak lupa menyelipkan pesan kamtibmas kepada masyarakat.

“Kalau pentas wayang ini tidak bisa diutak-atik. Sudah sesuai pakem. Jadi saya selipkan pesan kamtibmas saat saya diundang, disambut,” jelasnya.

Jadi saat tiba di satu tempat, misalnya, tiba di pura, Ipda Darma pasti disambut oleh prajuru dan masyarakat setempat.

“Saat duduk, atau sebelum pentas, saya bicara di hadapan masyarakat, saya selipkan pesan kamtibmas mengenai pesan moral,” tukasnya

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/