31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 10:34 AM WIB

Dipicu Perbedaan Sulinggih, Tawur Agung Kasanga Digelar di Dua Tempat

GIANYAR – Masalah perbedaan sulinggih kembali mencuat menjelang hari raya Nyepi. Upacara Tawur Agung Kasanga yang sebelumnya digelar Pemkab Gianyar bersama desa Pakraman Gianyar kali ini berjalan sendiri-sendiri.

Di hari yang sama, Rabu ini (6/3) Desa Pakraman Gianyar menggelar tawur di catus pata, Jalan Ngurah Rai Gianyar.

Sedangkan, Pemkab menggelar di perempatan Polres Gianyar. Padahal, lokasinya keduanya cukup dekat.

Bendesa Pakraman Gianyar, Dewa Suardana, mengaku dua hajatan tawur itu terjadi akibat miss komunikasi.

“Karena ada miss komunikasi, ada salah persepsi. Sebenarnya tidak ada masalah apa-apa,” ujar Dewa Suardana, Selasa sore kemarin (5/3).

Kata dia, selama ini Pemkab Gianyar meyakini jika tawur oleh desa adat juga tawur yang digelar oleh Pemda Gianyar.

“Karena desa adat Gianyar tidak bisa memenuhi permintaan Pemkab. Karena desa adat melaksanakan tawur ini berdasarkan uger-uger, awig-awig,” jelasnya.

Diakui, dua lokasi tawur ini terjadi karena masalah sulinggih. “Masalah Pemuput (pendeta yang memimpin upacara, red) ini.

Di catus pata Gianyar ada 3 sulinggih (Tri Sadaka). Kalau di depan Polres, tidak tahu, lebih dari 3 itu (Sarwasadaka),” terangnya.

Dewa Suardana yang juga Kabag Administrasi Pimpinan Pemkab Gianyar, mengaku tidak berada di pihak manapun.

“Karena saya Bendesa Pakraman, maka Bendesa tugasnya melaksanakan awig-awig (aturan desa, red),” ungkapnya.

Yang jelas, Suardana mengaku, hal ini punya tujuan yang sama. “Tapi tujuannya sama, tujuannya Nyomyang Jagat (menetralisir dunia, red),” terangnya.

 

GIANYAR – Masalah perbedaan sulinggih kembali mencuat menjelang hari raya Nyepi. Upacara Tawur Agung Kasanga yang sebelumnya digelar Pemkab Gianyar bersama desa Pakraman Gianyar kali ini berjalan sendiri-sendiri.

Di hari yang sama, Rabu ini (6/3) Desa Pakraman Gianyar menggelar tawur di catus pata, Jalan Ngurah Rai Gianyar.

Sedangkan, Pemkab menggelar di perempatan Polres Gianyar. Padahal, lokasinya keduanya cukup dekat.

Bendesa Pakraman Gianyar, Dewa Suardana, mengaku dua hajatan tawur itu terjadi akibat miss komunikasi.

“Karena ada miss komunikasi, ada salah persepsi. Sebenarnya tidak ada masalah apa-apa,” ujar Dewa Suardana, Selasa sore kemarin (5/3).

Kata dia, selama ini Pemkab Gianyar meyakini jika tawur oleh desa adat juga tawur yang digelar oleh Pemda Gianyar.

“Karena desa adat Gianyar tidak bisa memenuhi permintaan Pemkab. Karena desa adat melaksanakan tawur ini berdasarkan uger-uger, awig-awig,” jelasnya.

Diakui, dua lokasi tawur ini terjadi karena masalah sulinggih. “Masalah Pemuput (pendeta yang memimpin upacara, red) ini.

Di catus pata Gianyar ada 3 sulinggih (Tri Sadaka). Kalau di depan Polres, tidak tahu, lebih dari 3 itu (Sarwasadaka),” terangnya.

Dewa Suardana yang juga Kabag Administrasi Pimpinan Pemkab Gianyar, mengaku tidak berada di pihak manapun.

“Karena saya Bendesa Pakraman, maka Bendesa tugasnya melaksanakan awig-awig (aturan desa, red),” ungkapnya.

Yang jelas, Suardana mengaku, hal ini punya tujuan yang sama. “Tapi tujuannya sama, tujuannya Nyomyang Jagat (menetralisir dunia, red),” terangnya.

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/