27.8 C
Jakarta
14 Desember 2024, 4:01 AM WIB

Gara-Gara Covid, Budidaya Madu Kele-Kele Ketut Wiarsana Malah Melejit

GIANYAR – Bila sejumlah sektor usaha terdampak negatif atas pandemi Covid-19, tidak begitu yang dialami  I Ketut Wiarsana. Pria 53 tahun justru mengaku usahanya dalam budi daya madu kele-kele malah melejit.

Diketahui, Wiarsana berbudi daya di kebun seluas 3 are di Banjar Tegallinggah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Madu ini dipercaya bisa menambah stamina, sehingga cocok untuk menghadapi pandemi Covid. Setahun terakhir pesanannya madu membludak hingga dia kewalahan memenuhi pesanan. 

 

“Untuk situasi covid begini, cocok diminum. Karena untuk stamina, menambah tenaga,” ujarnya, Kamis (5/8).

 

Di kebun, Wiarsana juga menyediakan toples berisi arak yang direndam ginseng. Jika gubernur Bali menyarankan mencampur kopi dengan arak, beda dengan Wiarsana.

 

“Kalau saya, satu sloki arak ini, campur madu. Nah, khasiatnya, jelas untuk tenaga, mata melek,” ujarnya sambil meracik arak campur madu.

 

Namun, untuk kesehatan, kata dia, madu produksi miliknya bisa dikonsumsi dua kali sehari. “Yaitu pagi dan sebelum tidur. Masing-masing satu sendok saja,” terangnya.

 

 

Madu yang dihasilkan 5-7 kiloliter tiap bulan itu juga pernah diborong oleh tenaga kesehatan (nakes). “Waktu vaksinasi di balai Banjar, habis menyuntik, para nakes mampir ke kebun. Mereka beli banyak madu saya,” ujarnya.

 

Wiarsana membeberkan, awalnya terbersit budidaya kele-kele saat istrinya mengidap diabetes.

 

“Ternyata manjur. Cuma mencari madunya harus sampai ke hutan. Dari situ saya budidaya,” jelasnya.

 

Dimulai dari skala kecil, akhirnya terus berkembang biak. “Saya dapat koloni ini ada di hutan, ada di Bangli. Sekarang saya kembangkan di sini,” ujarnya.

 

Dari segi tempat, kebunnya juga masih asri. Sehingga madu bisa berkeliling mencari pakan sendiri.

 

“Setiap hari tidak perlu merawat dan kasih makan. Mereka terbang sendiri, dan hasilkan madu di tempat yang saya buat,” ujarnya.

  

Koloni lebah kele-kele itu dibuatkan rumah dari bambu. Ada juga rumah dari kotak yang sudah dibakar untuk menghilangkan zat pada kotak kayu.

 

Lanjut dia, usahanya itu dimulai sebelum covid. Jadi pas memasuki masa pandemi Covid, justru usahanya melejit karena banyak yang meminta madu produksinya untuk kesehatan.

 

“Sampai saat ini kewalahan melayani permintaan,  juga ada lima teman menjadi binaan. Termasuk ada di Sibang Kaja, Blahkiuh, Punggul,” ujarnya. 

 

Dengan pengalaman yang dia miliki membudidayakan kele-kele, serta khasiat dan pasaran yang menjanjikan, Wiarsana berharap generasi generasi muda ikut membudidayakan kele-kele.

 

“Tiyang berharap semeton Bali membudidayakan, mengingat pasarnya sangat menjanjikan karena ini sebuah obat, salah satu sakit maag, kolestrol, asam urat, hingga jantung. Serta penyubur pria dan wanita,” ujarnya.

 

 

Namun untuk pembuktian khasiat madu, belum bisa dibuktikan secara ilmiah. “Tapi banyak yang mengatakan kalau khasiatnya ini baik sekali,” jelasnya.

 

Diakuinya, situasi pandemi ini sangat laris. Saat ini pun madunya sudah masuk beberapa swalayan. Selain itu juga ada reseller. Saat ini memiliki 150 koloni (rumah) siap panen. Satu koloni bisa panen dua bukan sekali dan menghasilkan 200-500 mililiter.

 

“Rata-rata perbulan dapat 5 liter sampai 10 liter dikemas dalam botol 100 mili, 200 mili, sampai 250 mili,” pungkasnya.

GIANYAR – Bila sejumlah sektor usaha terdampak negatif atas pandemi Covid-19, tidak begitu yang dialami  I Ketut Wiarsana. Pria 53 tahun justru mengaku usahanya dalam budi daya madu kele-kele malah melejit.

Diketahui, Wiarsana berbudi daya di kebun seluas 3 are di Banjar Tegallinggah, Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Madu ini dipercaya bisa menambah stamina, sehingga cocok untuk menghadapi pandemi Covid. Setahun terakhir pesanannya madu membludak hingga dia kewalahan memenuhi pesanan. 

 

“Untuk situasi covid begini, cocok diminum. Karena untuk stamina, menambah tenaga,” ujarnya, Kamis (5/8).

 

Di kebun, Wiarsana juga menyediakan toples berisi arak yang direndam ginseng. Jika gubernur Bali menyarankan mencampur kopi dengan arak, beda dengan Wiarsana.

 

“Kalau saya, satu sloki arak ini, campur madu. Nah, khasiatnya, jelas untuk tenaga, mata melek,” ujarnya sambil meracik arak campur madu.

 

Namun, untuk kesehatan, kata dia, madu produksi miliknya bisa dikonsumsi dua kali sehari. “Yaitu pagi dan sebelum tidur. Masing-masing satu sendok saja,” terangnya.

 

 

Madu yang dihasilkan 5-7 kiloliter tiap bulan itu juga pernah diborong oleh tenaga kesehatan (nakes). “Waktu vaksinasi di balai Banjar, habis menyuntik, para nakes mampir ke kebun. Mereka beli banyak madu saya,” ujarnya.

 

Wiarsana membeberkan, awalnya terbersit budidaya kele-kele saat istrinya mengidap diabetes.

 

“Ternyata manjur. Cuma mencari madunya harus sampai ke hutan. Dari situ saya budidaya,” jelasnya.

 

Dimulai dari skala kecil, akhirnya terus berkembang biak. “Saya dapat koloni ini ada di hutan, ada di Bangli. Sekarang saya kembangkan di sini,” ujarnya.

 

Dari segi tempat, kebunnya juga masih asri. Sehingga madu bisa berkeliling mencari pakan sendiri.

 

“Setiap hari tidak perlu merawat dan kasih makan. Mereka terbang sendiri, dan hasilkan madu di tempat yang saya buat,” ujarnya.

  

Koloni lebah kele-kele itu dibuatkan rumah dari bambu. Ada juga rumah dari kotak yang sudah dibakar untuk menghilangkan zat pada kotak kayu.

 

Lanjut dia, usahanya itu dimulai sebelum covid. Jadi pas memasuki masa pandemi Covid, justru usahanya melejit karena banyak yang meminta madu produksinya untuk kesehatan.

 

“Sampai saat ini kewalahan melayani permintaan,  juga ada lima teman menjadi binaan. Termasuk ada di Sibang Kaja, Blahkiuh, Punggul,” ujarnya. 

 

Dengan pengalaman yang dia miliki membudidayakan kele-kele, serta khasiat dan pasaran yang menjanjikan, Wiarsana berharap generasi generasi muda ikut membudidayakan kele-kele.

 

“Tiyang berharap semeton Bali membudidayakan, mengingat pasarnya sangat menjanjikan karena ini sebuah obat, salah satu sakit maag, kolestrol, asam urat, hingga jantung. Serta penyubur pria dan wanita,” ujarnya.

 

 

Namun untuk pembuktian khasiat madu, belum bisa dibuktikan secara ilmiah. “Tapi banyak yang mengatakan kalau khasiatnya ini baik sekali,” jelasnya.

 

Diakuinya, situasi pandemi ini sangat laris. Saat ini pun madunya sudah masuk beberapa swalayan. Selain itu juga ada reseller. Saat ini memiliki 150 koloni (rumah) siap panen. Satu koloni bisa panen dua bukan sekali dan menghasilkan 200-500 mililiter.

 

“Rata-rata perbulan dapat 5 liter sampai 10 liter dikemas dalam botol 100 mili, 200 mili, sampai 250 mili,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/