28.2 C
Jakarta
17 September 2024, 2:21 AM WIB

Waduh! Operasional Galian C Ganggu Sensor Seismometer Gunung Agung

RadarBali.com – Gawat! Beroperasinya galian C di lereng ternyata mengganggu sensor seismometer yang di pasang di Gunung Agung.

Ya, galian C memang sempat ditutup. Terutama galian C di Selat, Bebandem, Kubu, dan Rendang saat status Gunung Agung Awas.

Namun belakangan ini galian C beroperasi kembali begitu status Siaga ditetapkan. Padahal, lokasi galian C Sebudi berada di zona bahaya yakni 6 Km dan perluasan 7,5 Km.

Dampaknya, sensor seismometer terganggu. Dampaknya, kualitas data bisa tidak valid. Kondisi ini jelas sangat membahayakan warga di lereng Gunung Agung.

Kepala Mitigasi Bencana Gunung Api Kementerian ESDM Gede Suartika membenarkan gangguan mesin seismograf.

“Ya, memang bisa terjadi gangguan atau noise,” ujar Suartika. Bahkan, Pos Pengamatan Gunung Agung sempat panik karena dikira ada tremor.

Padahal, setelah ditelusuri ternyata gempa tremor yang terekam dari Gunung Agung ternyata tidak benar. Itu karena aktifitas galian C yang terdeteksi sensor seismometer.

Hal senada dikemukakan Kepala Pos Pengamatan Gunung Agung, Dewa Mertayasa. Alat sensor sempat menangkap getaran terdeteksi rutin seperti gempa permukaan.

Dirinya sempat curiga karena gempa tersebut rutin muncul pada pagi hari saat jam kerja. Setelah ditelusuri ternyata karena operasional alat berat di galian C.

Belakangan akhirnya diketahui kalau getaran tersebut hanya terekam oleh satu alat yakni seismometer. Sementara alat lain tidak membacanya.

“Sekarang kita bisa kenal rekamanya, memang hanya terekam oleh satu alat saja,” ujar pria asal Gianyar tersebut. 

RadarBali.com – Gawat! Beroperasinya galian C di lereng ternyata mengganggu sensor seismometer yang di pasang di Gunung Agung.

Ya, galian C memang sempat ditutup. Terutama galian C di Selat, Bebandem, Kubu, dan Rendang saat status Gunung Agung Awas.

Namun belakangan ini galian C beroperasi kembali begitu status Siaga ditetapkan. Padahal, lokasi galian C Sebudi berada di zona bahaya yakni 6 Km dan perluasan 7,5 Km.

Dampaknya, sensor seismometer terganggu. Dampaknya, kualitas data bisa tidak valid. Kondisi ini jelas sangat membahayakan warga di lereng Gunung Agung.

Kepala Mitigasi Bencana Gunung Api Kementerian ESDM Gede Suartika membenarkan gangguan mesin seismograf.

“Ya, memang bisa terjadi gangguan atau noise,” ujar Suartika. Bahkan, Pos Pengamatan Gunung Agung sempat panik karena dikira ada tremor.

Padahal, setelah ditelusuri ternyata gempa tremor yang terekam dari Gunung Agung ternyata tidak benar. Itu karena aktifitas galian C yang terdeteksi sensor seismometer.

Hal senada dikemukakan Kepala Pos Pengamatan Gunung Agung, Dewa Mertayasa. Alat sensor sempat menangkap getaran terdeteksi rutin seperti gempa permukaan.

Dirinya sempat curiga karena gempa tersebut rutin muncul pada pagi hari saat jam kerja. Setelah ditelusuri ternyata karena operasional alat berat di galian C.

Belakangan akhirnya diketahui kalau getaran tersebut hanya terekam oleh satu alat yakni seismometer. Sementara alat lain tidak membacanya.

“Sekarang kita bisa kenal rekamanya, memang hanya terekam oleh satu alat saja,” ujar pria asal Gianyar tersebut. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/