SINGARAJA – Kabupaten Buleleng menjadi daerah ketiga di Bali dengan penyebaran HIV/AIDS (ODHA) yang tergolong tinggi dan meningkat setiap tahunnya setelah Denpasar dan Badung.
Penularan virus ini terbilang cukup masif, karena tak memandang faktor usia. Tercatat di Kabupaten Buleleng sudah ada 3.150 orang penderita HIV/AIDS sampai Desember 2019.
Sementara tahun 2018 lalu sebanyak 3.019 kasus HIV/AIDS sesuai dengan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Data tersebut terakumulasi sejak 1999. Fakta itu diungkap Ketua Yayasan Citra Usada Indonesia (YCUI) Made Wibawa kemarin.
Pria yang akrab disapa Rico menjelaskan pengidap HIV/AIDS di Buleleng masih dominan berada di Kecamatan Buleleng.
Mayoritas penyebabnya karena faktor hubungan seksual. “Sementara rentang usia penderita HIV/AIDS berada pada usai produktif.
Mulai dari usia 19 tahun sampai 39 tahun,” tutur Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Buleleng ini.
Rico menambahkan, rata-rata setiap bulan ada 15 sampai 20 temuan kasus baru penderita HIV/AIDS. Itu dari hasil dari layanan pemeriksaan medis yang ada di Buleleng.
Terkait anggapan banyak orang penderita HIV/AIDS tidak bisa bertahan hidup lama, Rico membantahnya.
Menurutnya, tidak selamanya penderita HIV akan menjadi AIDS. Karena penderita HIV, jika sejak dini mereka melaporkan dan diberikan penanganan pengobatan, maka tidak terjangkit AIDS.
“Paling efektif untuk mencegah viurs ini dengan melakukan tes darah sejak awal,” kata Rico lagi.
Di yayasan yang dia kelola bekerjasama dengan dinas kesehatan, layanan konseling tetap dilakukan.
Rata-rata setiap 4 sampai 5 orang konseling. Selain itu sosialisasi dan program pendampingan kepada orang berisiko tinggi. Khususnya para pekerja kafe, warung remang-remang.
“Kami saat pendampingan juga mendorong mereka untuk melakukan tes darah untuk pencegahan penularan sejak dini jika hasilnya positif,” pungkasnya.