29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 3:16 AM WIB

Layanan Air Bersih di Ringdikit Ngadat Tiga Bulan, Warga Ancam Demo

SERIRIT – Layanan air bersih di Desa Ringdikit, Kecamatan Seririt, kini tengah jadi pergunjingan. Warga setempat mengaku tak mendapat layanan air bersih sejak tiga bulan terakhir.

Padahal mereka masuk dalam jaringan layanan Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng. Krisis air bersih itu disebut terjadi sejak tiga bulan terakhir.

Kalau toh ada air mengalir, biasanya diatas pukul 22.00 malam. Selebihnya, warga hanya mengandalkan suplai air bersih dari mobil tangki Perumda Tirta Hita.

Krisis air bersih itu disebut terjadi di Banjar Dinas Kaja, Banjar Dinas Kelod, dan Banjar Dinas Kawan.

Salah seorang warga, Nyoman Wardani, 54, mengatakan, sejak tiga bulan terakhir dirinya kesulitan mendapatkan akses air bersih.

Wardani mengaku sudah sepekan tak mendapatkan akses air bersih. alhasil ia harus mencari air bersih di pemandian umum yang berjarak sekitar 700 metr dari rumahnya.

“Sudah hampir 3 bulan begini. Dari bulan sebelas (November, Red) sampai sekarang tidak dapat air. Tapi bayar air, jalan terus. Tetangga saya malah ada bayar sampai Rp 500ribu, tapi tidak dapat air,” keluh Wardani.

Hal serupa diakui Made Murni, 63. Murni hanya bisa mengandalkan suplai air bersih dari mobil tangki Perumda Tirta Hita.

Dalam sehari, terkadang mobil tangki dua kali datang ke Ringdikit. Namun suplai air bersih itu dianggap kurang mencukupi.

“Dapatnya paling dua sampat empat ember. Segitu kan nggak cukup. Mobil tangkinya juga kadang datang, kadang tidak,” keluhnya.

Lain lagi dengan pengakuan Putu Suwiyasa. Warga Banjar Dinas Kelod itu mengaku terakhir kali mengakses air bersih pada pukul 20.00, Rabu (1/1) lalu. Sejak saat itu, ia tak pernah lagi mendapat akses air bersih.

“Waktu itu saya cuma dapat satu bak mandi di kamar mandi dan satu ember besar seukuran ember sampah itu. Dari hari itu, sampai sekarang saya nggak dapat air lagi,” kata Suwiyasa.

Ia menyebut, warga sudah sangat resah dengan kejadian tersebut. Warga mengaku kecewa dengan layanan air minum.

Terlebih reservoar penampungan air ada di Desa Ringdikit. Sementara warga di Ringdikit justru kesulitan mendapatkan air bersih.

“Kalau yang di bawah Ringdikit, seperti Bubunan itu dapat air. Kami ini tidak dapat air. Padahal baknya pada di Ringdikit.

Sebenarnya kami sudah mau demo, tapi masih diredam sama perbekel. Tapi kalau terus-terusan begini, siapa yang sanggup,” keluhnya.

Sementara itu Dirut Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng Made Lestariana mengatakan, permasalahan yang terjadi di Ringdikit cukup kompleks.

Pertama, terjadi penurunan debit air antara 25-30 persen dari sumber mata air yang ada di Desa Bestala. Selain itu pipa transmisi yang mengalirkan air ke Desa Ringdikit juga mengalami kerusakan.

“Memang di Ringdikit ada reservoar. Tapi karena kita masih menggunakan sistem gravitasi, sudah pasti yang di bawahnya akan dapat air. Kalau yang sejajar atau yang di atasnya, dia dalam posisi riskan,” kata Lestariana.

Lestariana mengklaim para pelanggan di Ringdikit sebenarnya masih mendapatkan air bersih. Hanya saja air itu baru mengalir di atas jam puncak.

Biasanya di atas jam 22.00 malam. Kalau toh benar-benar tak mendapat air bersih, Lestariana menyebut pihaknya sudah menyiapkan langkah darurat.

“Kalau sudah 1 x 24 jam tidak dapat air, pasti kami layani dengan tangki. Armadanya sudah stand by di Seririt. Sedangkan untuk jangka panjang,

itu ada pembangunan reservoar di Desa Rangdu yang terhubung dengan jaringan air bersih dari Bendungan Titab,” kata Lestariana. 

SERIRIT – Layanan air bersih di Desa Ringdikit, Kecamatan Seririt, kini tengah jadi pergunjingan. Warga setempat mengaku tak mendapat layanan air bersih sejak tiga bulan terakhir.

Padahal mereka masuk dalam jaringan layanan Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng. Krisis air bersih itu disebut terjadi sejak tiga bulan terakhir.

Kalau toh ada air mengalir, biasanya diatas pukul 22.00 malam. Selebihnya, warga hanya mengandalkan suplai air bersih dari mobil tangki Perumda Tirta Hita.

Krisis air bersih itu disebut terjadi di Banjar Dinas Kaja, Banjar Dinas Kelod, dan Banjar Dinas Kawan.

Salah seorang warga, Nyoman Wardani, 54, mengatakan, sejak tiga bulan terakhir dirinya kesulitan mendapatkan akses air bersih.

Wardani mengaku sudah sepekan tak mendapatkan akses air bersih. alhasil ia harus mencari air bersih di pemandian umum yang berjarak sekitar 700 metr dari rumahnya.

“Sudah hampir 3 bulan begini. Dari bulan sebelas (November, Red) sampai sekarang tidak dapat air. Tapi bayar air, jalan terus. Tetangga saya malah ada bayar sampai Rp 500ribu, tapi tidak dapat air,” keluh Wardani.

Hal serupa diakui Made Murni, 63. Murni hanya bisa mengandalkan suplai air bersih dari mobil tangki Perumda Tirta Hita.

Dalam sehari, terkadang mobil tangki dua kali datang ke Ringdikit. Namun suplai air bersih itu dianggap kurang mencukupi.

“Dapatnya paling dua sampat empat ember. Segitu kan nggak cukup. Mobil tangkinya juga kadang datang, kadang tidak,” keluhnya.

Lain lagi dengan pengakuan Putu Suwiyasa. Warga Banjar Dinas Kelod itu mengaku terakhir kali mengakses air bersih pada pukul 20.00, Rabu (1/1) lalu. Sejak saat itu, ia tak pernah lagi mendapat akses air bersih.

“Waktu itu saya cuma dapat satu bak mandi di kamar mandi dan satu ember besar seukuran ember sampah itu. Dari hari itu, sampai sekarang saya nggak dapat air lagi,” kata Suwiyasa.

Ia menyebut, warga sudah sangat resah dengan kejadian tersebut. Warga mengaku kecewa dengan layanan air minum.

Terlebih reservoar penampungan air ada di Desa Ringdikit. Sementara warga di Ringdikit justru kesulitan mendapatkan air bersih.

“Kalau yang di bawah Ringdikit, seperti Bubunan itu dapat air. Kami ini tidak dapat air. Padahal baknya pada di Ringdikit.

Sebenarnya kami sudah mau demo, tapi masih diredam sama perbekel. Tapi kalau terus-terusan begini, siapa yang sanggup,” keluhnya.

Sementara itu Dirut Perumda Air Minum Tirta Hita Buleleng Made Lestariana mengatakan, permasalahan yang terjadi di Ringdikit cukup kompleks.

Pertama, terjadi penurunan debit air antara 25-30 persen dari sumber mata air yang ada di Desa Bestala. Selain itu pipa transmisi yang mengalirkan air ke Desa Ringdikit juga mengalami kerusakan.

“Memang di Ringdikit ada reservoar. Tapi karena kita masih menggunakan sistem gravitasi, sudah pasti yang di bawahnya akan dapat air. Kalau yang sejajar atau yang di atasnya, dia dalam posisi riskan,” kata Lestariana.

Lestariana mengklaim para pelanggan di Ringdikit sebenarnya masih mendapatkan air bersih. Hanya saja air itu baru mengalir di atas jam puncak.

Biasanya di atas jam 22.00 malam. Kalau toh benar-benar tak mendapat air bersih, Lestariana menyebut pihaknya sudah menyiapkan langkah darurat.

“Kalau sudah 1 x 24 jam tidak dapat air, pasti kami layani dengan tangki. Armadanya sudah stand by di Seririt. Sedangkan untuk jangka panjang,

itu ada pembangunan reservoar di Desa Rangdu yang terhubung dengan jaringan air bersih dari Bendungan Titab,” kata Lestariana. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/