26.3 C
Jakarta
9 Desember 2024, 19:42 PM WIB

Awas, Sopir Buleleng Hadang Truk Karangasem, Konflik Bisa Meluas

PENARUKAN – Sejumlah sopir asal Buleleng melakukan aksi penghadangan pada truk-truk galian asal Karangasem, yang memasuki Terminal Penarukan.

Aksi penghadangan itu merupakan buntut karut marut distribusi galian pasir dari Kabupaten Karangasem menuju Kabupaten Buleleng, yang terjadi sejak November lalu.

Total ada tujuh truk yang dihadang oleh sopir-sopir material asal Buleleng itu. Sopir truk lokal Karangasem yang telanjur masuk terminal, diminta tidak keluar terminal.

Mereka diminta ikut urun rembug bersama dengan sopir-sopir Buleleng, yang selama ini dihadang di wilayah Tianyar dan tak diizinkan masuk ke tambang galian material.

Belasan aparat kepolisian dari Polsek Kota Singaraja dikerahkan untuk menghentikan aksi penghadangan itu. Polisi kemudian memfasilitasi dialog di areal terminal, agar aksi penghadangan tak berlanjut.

Salah seorang sopir asal Buleleng, Komang Arta mengaku terpaksa melakukan penghadangan karena gerah dengan intervensi yang terjadi di Karangasem.

Sejak sepekan terakhir, sopir-sopir material asal Buleleng dilarang masuk ke galian dan harus mengambil material di depo. Padahal mereka tidak tergabung dalam Paguyuban Sopir Material (PSM) Buleleng.

Intervensi dilakukan dalam bentuk penghadangan di sekitar depo material di Desa Tianyar. Apabila sopir asal Buleleng memaksa melintas, mereka akan dikejar beberapa oknum yang mengendarai sepeda motor.

Oknum-oknum itu melakukan aksi premanisme dengan cara melakukan pengancaman dan memaksa sopir mengambil pasir di depo.

“Kami tidak diberikan lewat (depo). Kami tidak tahu siapa yang menghentikan, tapi kemungkinan preman.

Ada yang bawa tongkat, linggis, bahkan pakai cadar. Kalau kami memaksa lewat, kami dikejar pakai sepeda motor dan dipaksa ke depo,” kata Arta.

Lantaran gerah dengan perilaku itu, Arta bersama rekan-rekannya yang tak tergabung dalam paguyuban, terpaksa menghadang sopir asal Karangasem.

“Bukan apa-apa. Kami hanya ingin biar bisa sama-sama bahas masalah yang ada di Karangasem. Biar kita semua sama-sama jalan,” imbuhnya.

Hal serupa diungkapkan sopir asal Buleleng lainnya, Putu Mardika. Ia mengaku sangat keberatan bila harus membeli di pasir di depo.

“Masalahnya kan pasirnya mahal, isiannya sedikit, kualitas pasirnya jelek. Kami tidak bisa jual di Buleleng dengan harga bersaing. Kalau kami ambil langsung di lokasi,

itu setengah dari harga depo dan kualitasnya lebih bagus. Di depo kami beli Rp 1,2 juta, di lokasi harganya hanya Rp 650ribu,” keluhnya.

Sementara itu, salah seorang sopir lokal Karangasem, Nyoman Sudarma berharap agar ada jalan keluar bagi sopir-sopir asal Buleleng.

Sudarma mengaku, sejak depo pasir didirikan ia ikut terkena dampak. Padahal ia tidak bergabung dalam depo dan tidak menyepakati keberadaan depo.

“Saya sudah delapan kali distop sejak ada depo itu. Mulai dari Bukti, Kubutambahan, sampai disini. Akhirnya saya ikut urun rembug, biar masalah ini selesai. Biar besok-besok saya berangkat itu aman,” kata Sudarma.

Kapolsek Kota Singaraja Kompol A.A. Wiranata Kusuma menyebut aksi penghadangan terjadi akibat dampak dari pengingkaran kesepakatan.

Pihaknya pun akan berkoordinasi dengan Polsek Kubu, terkait masalah penghadangan yang kerap menimpa sopir asal Buleleng.

“Contohnya dua hari lalu ada sopir Buleleng yang mau ambil pasir di Karangasem, dijegal oleh oknum tertentu yang ambil keuntungan di sana.

Kami akan koordinasikan dengan Polsek Kubu, jangan sampai hal ini dimanfaatkan orang-orang tak bertanggungjawab mengambil keuntungan. Apalagi sampai mengadu domba sopir asal Karangasem dan Buleleng,” kata Wiranata. 

PENARUKAN – Sejumlah sopir asal Buleleng melakukan aksi penghadangan pada truk-truk galian asal Karangasem, yang memasuki Terminal Penarukan.

Aksi penghadangan itu merupakan buntut karut marut distribusi galian pasir dari Kabupaten Karangasem menuju Kabupaten Buleleng, yang terjadi sejak November lalu.

Total ada tujuh truk yang dihadang oleh sopir-sopir material asal Buleleng itu. Sopir truk lokal Karangasem yang telanjur masuk terminal, diminta tidak keluar terminal.

Mereka diminta ikut urun rembug bersama dengan sopir-sopir Buleleng, yang selama ini dihadang di wilayah Tianyar dan tak diizinkan masuk ke tambang galian material.

Belasan aparat kepolisian dari Polsek Kota Singaraja dikerahkan untuk menghentikan aksi penghadangan itu. Polisi kemudian memfasilitasi dialog di areal terminal, agar aksi penghadangan tak berlanjut.

Salah seorang sopir asal Buleleng, Komang Arta mengaku terpaksa melakukan penghadangan karena gerah dengan intervensi yang terjadi di Karangasem.

Sejak sepekan terakhir, sopir-sopir material asal Buleleng dilarang masuk ke galian dan harus mengambil material di depo. Padahal mereka tidak tergabung dalam Paguyuban Sopir Material (PSM) Buleleng.

Intervensi dilakukan dalam bentuk penghadangan di sekitar depo material di Desa Tianyar. Apabila sopir asal Buleleng memaksa melintas, mereka akan dikejar beberapa oknum yang mengendarai sepeda motor.

Oknum-oknum itu melakukan aksi premanisme dengan cara melakukan pengancaman dan memaksa sopir mengambil pasir di depo.

“Kami tidak diberikan lewat (depo). Kami tidak tahu siapa yang menghentikan, tapi kemungkinan preman.

Ada yang bawa tongkat, linggis, bahkan pakai cadar. Kalau kami memaksa lewat, kami dikejar pakai sepeda motor dan dipaksa ke depo,” kata Arta.

Lantaran gerah dengan perilaku itu, Arta bersama rekan-rekannya yang tak tergabung dalam paguyuban, terpaksa menghadang sopir asal Karangasem.

“Bukan apa-apa. Kami hanya ingin biar bisa sama-sama bahas masalah yang ada di Karangasem. Biar kita semua sama-sama jalan,” imbuhnya.

Hal serupa diungkapkan sopir asal Buleleng lainnya, Putu Mardika. Ia mengaku sangat keberatan bila harus membeli di pasir di depo.

“Masalahnya kan pasirnya mahal, isiannya sedikit, kualitas pasirnya jelek. Kami tidak bisa jual di Buleleng dengan harga bersaing. Kalau kami ambil langsung di lokasi,

itu setengah dari harga depo dan kualitasnya lebih bagus. Di depo kami beli Rp 1,2 juta, di lokasi harganya hanya Rp 650ribu,” keluhnya.

Sementara itu, salah seorang sopir lokal Karangasem, Nyoman Sudarma berharap agar ada jalan keluar bagi sopir-sopir asal Buleleng.

Sudarma mengaku, sejak depo pasir didirikan ia ikut terkena dampak. Padahal ia tidak bergabung dalam depo dan tidak menyepakati keberadaan depo.

“Saya sudah delapan kali distop sejak ada depo itu. Mulai dari Bukti, Kubutambahan, sampai disini. Akhirnya saya ikut urun rembug, biar masalah ini selesai. Biar besok-besok saya berangkat itu aman,” kata Sudarma.

Kapolsek Kota Singaraja Kompol A.A. Wiranata Kusuma menyebut aksi penghadangan terjadi akibat dampak dari pengingkaran kesepakatan.

Pihaknya pun akan berkoordinasi dengan Polsek Kubu, terkait masalah penghadangan yang kerap menimpa sopir asal Buleleng.

“Contohnya dua hari lalu ada sopir Buleleng yang mau ambil pasir di Karangasem, dijegal oleh oknum tertentu yang ambil keuntungan di sana.

Kami akan koordinasikan dengan Polsek Kubu, jangan sampai hal ini dimanfaatkan orang-orang tak bertanggungjawab mengambil keuntungan. Apalagi sampai mengadu domba sopir asal Karangasem dan Buleleng,” kata Wiranata. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/