31.1 C
Jakarta
30 April 2024, 11:01 AM WIB

Apa itu Virus Jembrana? Bagaimana Mencegahnya? Ini Penjelasan BBVet…

DENPASAR – 13 ekor sapi milik warga Bangli dinyatakan positif tertular virus Jembrana. Fakta tersebut terungkap berdasar hasil uji laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar melalui pemeriksaan laboratorium VCR.

Kepala BBVet Denpasar I Wayan Masa Tenaya mengungkapkan, virus Jembrana muncul pertama tahun 1964, di mana ada ratusan sapi yang mati saat itu.

Namun, sejak enam tahun terakhir Bali tidak menemukan adanya virus tersebut. Selain faktor dukungan alam, terlebih di tahun 2001, Tim BBVet termasuk dirinya ikut menemukan vaksin pencegahan virus yang hanya menyerang sapi Bali.

“Karena Bali dianggap bukan tempat untuk produksi masal, sehingga itu diserahkan tingkat produksinya ke Surabaya,” bebernya.

“Namun, karena ada beberapa item yang tidak dipatuhi, sehingga kualitasnya menurun,” jelas Masa Tenaya.

Sebenarnya, virus Jembrana ini tidak membahayakan bagi manusia, meski daging sapi terjangkit. Pasalnya, virus tersebut hanya menyerang sapi saja.

Namun, akan sangat membahayakan, ketika virus tersebut menyebar kepada sapi-sapi yang lain yang dapat mengancam kehidupan dan membuat peternak merugi.

Sapi yang terkena virus Jembrana ini dari visual terlihat seperti sapi biasa, namun akan terdeteksi apabila kondisi sapi stres yang membuat antibodinya menurun.

“Karena sampai kapanpun virus tersebut akan tetap melekat. Makanya untuk mencegah agar tidak menyebar, kami rekomendasikan agar sapinya di potong bersyarat.

Atau diisolasi sementara agar sapi yang lain tidak terkena,” Jelas Ketut Wirata, Kabid Pelayanan BBVet Denpasar yang juga ikut menimpali.

Masa Tenaya juga mengatakan, langkah pencegahan tanpa menggunakan vaksin tengah dirancang sejak tiga tahun terakhir.

Di mana dari segi pendeteksian virus yang dilakukan di masing-masing desa yang ada di Bali dilakukan uji sampel.

Ketika hal ini berhasil, nanti Bali akan jadi rujukan berbagai wilayah dalam pencegahan virus Jembrana.

Sementara itu, Ni Made Sukerni selaku Kabid Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, mengungkapkan,

sesuai dengan rekomendasi BBVet Denpasar, akan dilakukan pemotongan bersyarat di Rumah Potong Hewan (RPH).

Tindakan cepat ini dilakukan untuk mengantisipasi agar virus tersebut tidak mewabah lebih luas. “Kami ingin mengamankan aset masyarakat.

Mungkin nanti malam (kemarin) akan dilakukan pemotongan bersyarat, suratnya sudah ada. Untuk yang lain masih menunggu hasil uji lab lanjutan,” pungkasnya.

DENPASAR – 13 ekor sapi milik warga Bangli dinyatakan positif tertular virus Jembrana. Fakta tersebut terungkap berdasar hasil uji laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar melalui pemeriksaan laboratorium VCR.

Kepala BBVet Denpasar I Wayan Masa Tenaya mengungkapkan, virus Jembrana muncul pertama tahun 1964, di mana ada ratusan sapi yang mati saat itu.

Namun, sejak enam tahun terakhir Bali tidak menemukan adanya virus tersebut. Selain faktor dukungan alam, terlebih di tahun 2001, Tim BBVet termasuk dirinya ikut menemukan vaksin pencegahan virus yang hanya menyerang sapi Bali.

“Karena Bali dianggap bukan tempat untuk produksi masal, sehingga itu diserahkan tingkat produksinya ke Surabaya,” bebernya.

“Namun, karena ada beberapa item yang tidak dipatuhi, sehingga kualitasnya menurun,” jelas Masa Tenaya.

Sebenarnya, virus Jembrana ini tidak membahayakan bagi manusia, meski daging sapi terjangkit. Pasalnya, virus tersebut hanya menyerang sapi saja.

Namun, akan sangat membahayakan, ketika virus tersebut menyebar kepada sapi-sapi yang lain yang dapat mengancam kehidupan dan membuat peternak merugi.

Sapi yang terkena virus Jembrana ini dari visual terlihat seperti sapi biasa, namun akan terdeteksi apabila kondisi sapi stres yang membuat antibodinya menurun.

“Karena sampai kapanpun virus tersebut akan tetap melekat. Makanya untuk mencegah agar tidak menyebar, kami rekomendasikan agar sapinya di potong bersyarat.

Atau diisolasi sementara agar sapi yang lain tidak terkena,” Jelas Ketut Wirata, Kabid Pelayanan BBVet Denpasar yang juga ikut menimpali.

Masa Tenaya juga mengatakan, langkah pencegahan tanpa menggunakan vaksin tengah dirancang sejak tiga tahun terakhir.

Di mana dari segi pendeteksian virus yang dilakukan di masing-masing desa yang ada di Bali dilakukan uji sampel.

Ketika hal ini berhasil, nanti Bali akan jadi rujukan berbagai wilayah dalam pencegahan virus Jembrana.

Sementara itu, Ni Made Sukerni selaku Kabid Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, mengungkapkan,

sesuai dengan rekomendasi BBVet Denpasar, akan dilakukan pemotongan bersyarat di Rumah Potong Hewan (RPH).

Tindakan cepat ini dilakukan untuk mengantisipasi agar virus tersebut tidak mewabah lebih luas. “Kami ingin mengamankan aset masyarakat.

Mungkin nanti malam (kemarin) akan dilakukan pemotongan bersyarat, suratnya sudah ada. Untuk yang lain masih menunggu hasil uji lab lanjutan,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/