33.4 C
Jakarta
22 November 2024, 13:37 PM WIB

Truk Karangasem Kembali Dihadang, Diduga Ada Preman Bayaran Bermain

SINGARAJA – Aksi saling hadang sopir truk material akibat karut marut pengelolaan material galian di Kecamatan Kubu, Karangasem, terus terjadi.

Kemarin sekelompok orang yang mengatasnamakan sopir lokal Buleleng disebut melakukan aksi penghadangan di Jalan Singaraja-Amlapura, tepatnya di wilayah Banjar Dinas Ngis, Desa Tembok, Kecamatan Tejakula.

Belasan orang dengan pakaian kasual, sempat berkumpul di tepi jalan raya Singaraja-Amlapura. Mereka mengaku bekerja sebagai sopir material di Buleleng.

Konon mereka berkumpul hendak menyisir sopir-sopir lokal Karangasem, yang tidak mengambil pasir di depo pasir Desa Tianyar.

Hal itu nyaris memicu ketegangan dan dikhawatirkan memicu masalah baru. Beruntung sekelompok orang yang diduga preman bayaran itu belum sempat menghentikan paksa truk material yang melintas dari Karangasem.

Aksi itu akhirnya dibubarkan aparat desa bersama aparat kepolisian. Kapolsek Tejakula AKP Wayan Sartika yang dikonfirmasi kemarin, mengaku ada beberapa warga yang berkumpul di wilayah Ngis, Desa Tembok.

“Mereka baru kumpul saja. Kami sudah himbau jangan sampai melakukan penghadangan. Syukurnya mereka mau mengindahkan arahan kami dan membubarkan diri,” kata Sartika.

Di sisi lain, Paguyuban Sopir Material (PSM) Buleleng yang selama ini menaungi puluhan sopir material, memilih membubarkan diri. Serikat sopir truk material itu memilih bubar,

karena sengkarut pengelolaan material galian C tak kunjung tertangani. Pemerintah juga tak kunjung merespon keluhan para sopir material.

Mantan Ketua PSM Buleleng Gede Tirta mengatakan, selama ini kesepakatan antara Asosiasi Depo Pertiwi Agung dengan PSM Buleleng, bersifat mengikat bagi PSM Buleleng.

Namun kesepakatan itu bersifat tumpul bagi sopir lokal Karangasem. Kondisi itu diperparah dengan masalah internal di Karangasem, yang mana beberapa pengusaha tidak bergabung dalam depo.

Nah pengusaha-pengusaha di luar Asosiasi Depo melayani sopir-sopir di luar keanggotaan PSM Buleleng, membeli pasir langsung di galian.

“Ini akhirnya berdampak pada internal organisasi kami. Akhirnya ada banyak yang keluar dari organisasi. Jadi ya sudah, kami bubar saja. Sampai semua kondusif dan pengelolaan kembali normal,” kata Tirta. 

SINGARAJA – Aksi saling hadang sopir truk material akibat karut marut pengelolaan material galian di Kecamatan Kubu, Karangasem, terus terjadi.

Kemarin sekelompok orang yang mengatasnamakan sopir lokal Buleleng disebut melakukan aksi penghadangan di Jalan Singaraja-Amlapura, tepatnya di wilayah Banjar Dinas Ngis, Desa Tembok, Kecamatan Tejakula.

Belasan orang dengan pakaian kasual, sempat berkumpul di tepi jalan raya Singaraja-Amlapura. Mereka mengaku bekerja sebagai sopir material di Buleleng.

Konon mereka berkumpul hendak menyisir sopir-sopir lokal Karangasem, yang tidak mengambil pasir di depo pasir Desa Tianyar.

Hal itu nyaris memicu ketegangan dan dikhawatirkan memicu masalah baru. Beruntung sekelompok orang yang diduga preman bayaran itu belum sempat menghentikan paksa truk material yang melintas dari Karangasem.

Aksi itu akhirnya dibubarkan aparat desa bersama aparat kepolisian. Kapolsek Tejakula AKP Wayan Sartika yang dikonfirmasi kemarin, mengaku ada beberapa warga yang berkumpul di wilayah Ngis, Desa Tembok.

“Mereka baru kumpul saja. Kami sudah himbau jangan sampai melakukan penghadangan. Syukurnya mereka mau mengindahkan arahan kami dan membubarkan diri,” kata Sartika.

Di sisi lain, Paguyuban Sopir Material (PSM) Buleleng yang selama ini menaungi puluhan sopir material, memilih membubarkan diri. Serikat sopir truk material itu memilih bubar,

karena sengkarut pengelolaan material galian C tak kunjung tertangani. Pemerintah juga tak kunjung merespon keluhan para sopir material.

Mantan Ketua PSM Buleleng Gede Tirta mengatakan, selama ini kesepakatan antara Asosiasi Depo Pertiwi Agung dengan PSM Buleleng, bersifat mengikat bagi PSM Buleleng.

Namun kesepakatan itu bersifat tumpul bagi sopir lokal Karangasem. Kondisi itu diperparah dengan masalah internal di Karangasem, yang mana beberapa pengusaha tidak bergabung dalam depo.

Nah pengusaha-pengusaha di luar Asosiasi Depo melayani sopir-sopir di luar keanggotaan PSM Buleleng, membeli pasir langsung di galian.

“Ini akhirnya berdampak pada internal organisasi kami. Akhirnya ada banyak yang keluar dari organisasi. Jadi ya sudah, kami bubar saja. Sampai semua kondusif dan pengelolaan kembali normal,” kata Tirta. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/