29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:57 AM WIB

Mata Air Mengecil, Kemarau Panjang, Debit Bendungan Palasari Turun

NEGARA – Bendungan Palasari yang menjadi bendungan terbesar di Jembrana, volume airnya mulai menurun drastis.

Bahkan sebagian bendungan mulai mengering, sehingga tidak bisa digunakan lagi untuk pengairan.

Diduga penyebabnya, selain karena musim kemarau, sumber mata air mengecil dan digunakan untuk mencukupi kebutuhan air bersih warga.

Menurunnya volume air tersebut terjadi sejak dua bulan terakhir. Bendungan yang berada di Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, tersebut hanya tersisa sedikit air.

Bahkan, tanah yang berada di bagian barat bendungan terlihat mengering dan tanahnya pecah-pecah. Padahal, kapasitas air bendungan yang selesai dibangun tahun 1989 tersebut sebanyak 8 juta m3.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Pemukiman Jembrana I Wayan Darwin mengakui bahwa saat ini dua bendungan di Jembrana mengalami penurunan volume air yang cukup drastis.

“Sekarang masuk stok, tidak boleh diambil, waktunya palawija. Tidak bisa dihabiskan semuanya,” ungkap Darwin.

Darwin menjelaskan, Bendungan Palasari volume air saat ini hanya tersisa sekitar 5 juta m3. Sekarang posisinya di elevasi 70.

Jadi air sekarang untuk stok 5 juta m3. Di level kritis pada level 5,8 juta m3. Diukur dengan plat seperti penggaris ditempel, karena yang kritis 5,8 juta m3, tidak bisa diambil 300.10.000 m3 di elevasi 58, sudah kritis.

Karena mengalami penyusutan volume air tersebut, sedimentasi sebelah barat bendungan memang terlihat dan mengering.

“Air bendungan tidak boleh sampai kering, air yang tersisa sekarang tidak boleh dipakai,” terangnya. Penyebab menurunnya volume air tersebut selain akibat kemarau, juga lantaran sumber mata air yang kecil.

Disamping itu, air dimanfaatkan masyarakat untuk air minum dengan pipa-pipa hingga ke sumber mata airnya. Kondisi tersebut sama seperti Bendungan Benel yang juga mengalami penyusutan volume air.

Karena volume air saat ini semakin sedikit dan jarang terjadi hijau, petani padi saat ini beralih ke tanaman palawija di lahan sawah.

Petani yang sudah terlanjur menanam padi, sebagian besar terdampak kekeringan dan mengalami gagal panen, seperti di Banjar Ketiman, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya. 

NEGARA – Bendungan Palasari yang menjadi bendungan terbesar di Jembrana, volume airnya mulai menurun drastis.

Bahkan sebagian bendungan mulai mengering, sehingga tidak bisa digunakan lagi untuk pengairan.

Diduga penyebabnya, selain karena musim kemarau, sumber mata air mengecil dan digunakan untuk mencukupi kebutuhan air bersih warga.

Menurunnya volume air tersebut terjadi sejak dua bulan terakhir. Bendungan yang berada di Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, tersebut hanya tersisa sedikit air.

Bahkan, tanah yang berada di bagian barat bendungan terlihat mengering dan tanahnya pecah-pecah. Padahal, kapasitas air bendungan yang selesai dibangun tahun 1989 tersebut sebanyak 8 juta m3.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Pemukiman Jembrana I Wayan Darwin mengakui bahwa saat ini dua bendungan di Jembrana mengalami penurunan volume air yang cukup drastis.

“Sekarang masuk stok, tidak boleh diambil, waktunya palawija. Tidak bisa dihabiskan semuanya,” ungkap Darwin.

Darwin menjelaskan, Bendungan Palasari volume air saat ini hanya tersisa sekitar 5 juta m3. Sekarang posisinya di elevasi 70.

Jadi air sekarang untuk stok 5 juta m3. Di level kritis pada level 5,8 juta m3. Diukur dengan plat seperti penggaris ditempel, karena yang kritis 5,8 juta m3, tidak bisa diambil 300.10.000 m3 di elevasi 58, sudah kritis.

Karena mengalami penyusutan volume air tersebut, sedimentasi sebelah barat bendungan memang terlihat dan mengering.

“Air bendungan tidak boleh sampai kering, air yang tersisa sekarang tidak boleh dipakai,” terangnya. Penyebab menurunnya volume air tersebut selain akibat kemarau, juga lantaran sumber mata air yang kecil.

Disamping itu, air dimanfaatkan masyarakat untuk air minum dengan pipa-pipa hingga ke sumber mata airnya. Kondisi tersebut sama seperti Bendungan Benel yang juga mengalami penyusutan volume air.

Karena volume air saat ini semakin sedikit dan jarang terjadi hijau, petani padi saat ini beralih ke tanaman palawija di lahan sawah.

Petani yang sudah terlanjur menanam padi, sebagian besar terdampak kekeringan dan mengalami gagal panen, seperti di Banjar Ketiman, Desa Manistutu, Kecamatan Melaya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/