TABANAN – Sejak beberapa hari belakangan, BMKG memasang puluhan alat untuk mengetahui tingkat getaran gempa bumi di Bali.
Selain Buleleng dan Karangasem, pemasangan alat bernama Intensity Meter inijuga dilakukan di wilayah Tabanan.
Pemasangan alat ini mengingat Tabanan memiliki nilai indeks risiko gempa bumi tertinggi di Bali berdasarkan indeks informasi dan risiko bencana Indonesia yang dirilis BNPB tahun 2013 lalu.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Tabanan, I Putu Trisna Widiatmika, mengatakan, secara teknis alat ini nantinya akan mendeteksi
tingkat guncangan gempa skala Modified Mercalli Intensity(MMI) atau satuan untuk mengukur kekuatan gempa, dari I MMI hingga XII MMI.
Digitizer pada intensitas meter akan muncul skala intensitas. Untuk skala I-II MMI getaran tidak dirasakan atau dirasakan hanya oleh beberapa orang tetapi terekam oleh alat sehingga akan muncul warna putih.
Intensitas meter berwarna hijau atau III-V MMI dengan getaran gempa dirasakan oleh orang banyak tetapi tidak menimbulkan kerusakan.
Benda-benda ringan yang digantung bergoyang dan jendela kaca bergetar. Kemudian, jika warna kuning muncul di alat intensitas meter atau VI MMI,
bagian non struktur bangunan mengalami kerusakan ringan, seperti retak rambut pada dinding, genteng bergeser ke bawah dan sebagian berjatuhan.
Selanjutnya, VII – VIII MMI atau muncul berwarna jingga di alat digitizer pada intensitas meter, gempa yang terjadi menyebabkan banyak retakan terjadi pada dinding bangunan sederhana,
sebagian roboh, kaca pecah, sebagian plester dinding lepas serta hampir sebagian besar genteng bergeser ke bawah atau jatuh. Struktur bangunan mengalami kerusakan ringan sampai sedang.
Jika di alat digitizer pada intensity meter berwarna merah atau IX-XII MMI, maka getaran gempa tersebut menyebabkan sebagian besar dinding bangunan permanen roboh.