26.2 C
Jakarta
22 November 2024, 3:14 AM WIB

Pemkab Badung Rampungkan Restorasi Pura Luhur Giri Kusuma Blahkiuh

MANGUPURA-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung telah merampungkan pembangunan/restorasi Pura Kahyangan Jagat Luhur Giri Kusuma yang berada di Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal.

 

Rampungnya restorasi pura yang masuk dalam salah satu cagar budaya tersebut, Minggu (9/2) dilaksanakan upacara pemelaspas sebagai upaya penyucian bangunan.

 

Upacara melaspas madya yang dipuput Ida Pedanda Gria Carangsari ini dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa.

 

Turut mendampingi anggota DPRD Badung asal Blahkiuh I Gst. Ngurah Saskhara, Camat Abiansemal IB Putu Mas Arimbawa yang juga selaku Pj. Perbekel Blahkiuh, Ketua PHDI Badung Gede Rudia Adiputra, Polres Badung, Bendesa Adat Blahkiuh IB Bajra serta tokoh masyarakat setempat. 

 

Pura Luhur Giri Kusuma yang berstatus Pura Kahyangan Jagat ini mendapat bantuan dana Pemkab. Badung untuk restorasi di tahun anggaran 2019, dengan nilai sebesar Rp 5 miliar.

 

Seluruh bangunan pelinggih termasuk kori agung, bale kulkul dan tembok penyengker telah selesai diperbaiki, serta penataan kolam yang mengitari pura.  

 

Wabup Suiasa merasa senang dapat melihat bangunan Pura Luhur Giri Kusuma yang telah berhasil direstorasi dan dibangun kembali seperti semula.

 

Dukungan dari pemerintah ini sebagai bentuk komitmen dalam upaya melestarikan seni, adat, agama dan budaya yang telah menjadi salah satu prioritas program pembangunan di Kabupaten Badung.

 

Diharapkan, masyarakat Blahkiuh khususnya selalu merawat pura ini dengan baik, selalu ingat/eling dan ngrastiti bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang berstana di Pura Luhur Giri Kusuma, terlebih pura ini telah masuk cagar budaya.  

 

Sementara Bendesa Blahkiuh, IB Bajra atas nama krama Desa Adat Blahkiuh menyampaikan terima kasih kepada Pemkab Badung yang telah membantu pembangunan restorasi Pura Luhur Giri Kusuma.

 

Dengan selesai restorasi, dilanjutkan dengan upacara Melaspas Madya. Dan pada piodalan yang akan datang akan direncanakan melaksanakan karya dengan tingkatan yang lebih besar. 

 

Dijelaskannya, bahwa keberadaan Pura Luhur Giri Kusuma, berdasarkan Purana Wana Sari. Diceritakan, sekitar abad ke-13 ada sekelompok krama tinggal di selatan Alas Sari (Sangeh).

 

Pekerjaannya berburu. Suatu saat ketika berburu mereka menghadapi suasana mencekam terjadinya hujan dan angin.

 

Dengan  ketakutan mereka mohon kehadapan Ida Bhatara dan mendengar sabda alam, agar dibuatkan pelinggih disana. Mereka menyepakati membuat pelinggih menyerupai candi, namun bingung namanya. Kembali nunas ica dan diberi sabda nama Pura Giri Kusuma sebagai Stana Hyang Toh Langkir, yang melinggih di Gunung Agung. Nama desapun diberikan dengan nama Desa Singasari. 

 

Lama kelamaan hidup masyarakat Singasari bahagia dan sejahtera namun mereka melupakan pura yang sudah ada. Saat pemerintahan Gusti Pacung pada abad ke-15, terjadi musibah, yang mengakibatkan masyarakat kehidupannya menjadi berat (keweh). Sejak itu Singasari berubah menjadi Blahkiuh.

 

“Cerita ini memberikan pelajaran kepada kita semua bahwa kita harus ingat dengan Pura Luhur Giri Kusuma, kalau tidak kehidupan kita akan hancur, ” tambahnya. (rba)

MANGUPURA-Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung telah merampungkan pembangunan/restorasi Pura Kahyangan Jagat Luhur Giri Kusuma yang berada di Desa Blahkiuh, Kecamatan Abiansemal.

 

Rampungnya restorasi pura yang masuk dalam salah satu cagar budaya tersebut, Minggu (9/2) dilaksanakan upacara pemelaspas sebagai upaya penyucian bangunan.

 

Upacara melaspas madya yang dipuput Ida Pedanda Gria Carangsari ini dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Badung I Ketut Suiasa.

 

Turut mendampingi anggota DPRD Badung asal Blahkiuh I Gst. Ngurah Saskhara, Camat Abiansemal IB Putu Mas Arimbawa yang juga selaku Pj. Perbekel Blahkiuh, Ketua PHDI Badung Gede Rudia Adiputra, Polres Badung, Bendesa Adat Blahkiuh IB Bajra serta tokoh masyarakat setempat. 

 

Pura Luhur Giri Kusuma yang berstatus Pura Kahyangan Jagat ini mendapat bantuan dana Pemkab. Badung untuk restorasi di tahun anggaran 2019, dengan nilai sebesar Rp 5 miliar.

 

Seluruh bangunan pelinggih termasuk kori agung, bale kulkul dan tembok penyengker telah selesai diperbaiki, serta penataan kolam yang mengitari pura.  

 

Wabup Suiasa merasa senang dapat melihat bangunan Pura Luhur Giri Kusuma yang telah berhasil direstorasi dan dibangun kembali seperti semula.

 

Dukungan dari pemerintah ini sebagai bentuk komitmen dalam upaya melestarikan seni, adat, agama dan budaya yang telah menjadi salah satu prioritas program pembangunan di Kabupaten Badung.

 

Diharapkan, masyarakat Blahkiuh khususnya selalu merawat pura ini dengan baik, selalu ingat/eling dan ngrastiti bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang berstana di Pura Luhur Giri Kusuma, terlebih pura ini telah masuk cagar budaya.  

 

Sementara Bendesa Blahkiuh, IB Bajra atas nama krama Desa Adat Blahkiuh menyampaikan terima kasih kepada Pemkab Badung yang telah membantu pembangunan restorasi Pura Luhur Giri Kusuma.

 

Dengan selesai restorasi, dilanjutkan dengan upacara Melaspas Madya. Dan pada piodalan yang akan datang akan direncanakan melaksanakan karya dengan tingkatan yang lebih besar. 

 

Dijelaskannya, bahwa keberadaan Pura Luhur Giri Kusuma, berdasarkan Purana Wana Sari. Diceritakan, sekitar abad ke-13 ada sekelompok krama tinggal di selatan Alas Sari (Sangeh).

 

Pekerjaannya berburu. Suatu saat ketika berburu mereka menghadapi suasana mencekam terjadinya hujan dan angin.

 

Dengan  ketakutan mereka mohon kehadapan Ida Bhatara dan mendengar sabda alam, agar dibuatkan pelinggih disana. Mereka menyepakati membuat pelinggih menyerupai candi, namun bingung namanya. Kembali nunas ica dan diberi sabda nama Pura Giri Kusuma sebagai Stana Hyang Toh Langkir, yang melinggih di Gunung Agung. Nama desapun diberikan dengan nama Desa Singasari. 

 

Lama kelamaan hidup masyarakat Singasari bahagia dan sejahtera namun mereka melupakan pura yang sudah ada. Saat pemerintahan Gusti Pacung pada abad ke-15, terjadi musibah, yang mengakibatkan masyarakat kehidupannya menjadi berat (keweh). Sejak itu Singasari berubah menjadi Blahkiuh.

 

“Cerita ini memberikan pelajaran kepada kita semua bahwa kita harus ingat dengan Pura Luhur Giri Kusuma, kalau tidak kehidupan kita akan hancur, ” tambahnya. (rba)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/