29.3 C
Jakarta
22 November 2024, 10:12 AM WIB

Pendangkalan Saluran Irigasi di Banjarasem Parah, Distan Kewalahan

SINGARAJA – Dinas Pertanian Buleleng agaknya kewalahan menangani masalah pendangkalan irigasi yang terjadi di Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt.

Padahal, saluran irigasi itu digunakan oleh petani yang ada di Kecamatan Seririt dan Kecamatan Gerokgak.

Masalah pendangkalan di saluran irigasi yang terletak di Desa Banjarasem memang cukup pelik.

Permasalahan bersumber dari pendangkalan di bagian hulu, tepatnya di terowongan BS-5 yang terletak di Desa Lokapaksa.

Pendangkalan di saluran tersebut cukup parah. Selain itu saluran irigasi juga sudah tertutup dengan pemukiman warga.

Kondisi diperparah dengan kondisi pendangkalan yang terjadi di Desa Banjarasem. Tambang galian C yang ada di Desa Banjarasem, kerap menyebabkan pendangkalan.

Sebab sisa-sisa tambang luruh ke arah saluran irigasi, dan menutup saluran. Maklum saja, posisi tambang memang lebih tinggi dari saluran irigasi.

Plt. Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, penanganan pendangkalan di saluran irigasi itu sebenarnya menjadi

kewenangan Balai Wilayah Sungai Bali-Penida yang notabene perpanjangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPU-Pera).

Pihaknya pun sudah beberapa kali melakukan penjajagan ke lokasi tersebut.

“Permasalahannya memang cukup kompleks di sana. Sebenarnya air dari hulu itu besar sekali. tapi setelah masuk terowongan BS-5 di Lokapaksa itu,

debit airnya turun drastis. Sebab endapan sedimennya di sana sudah tebal sekali. mau penanganan juga sulit, karena di atasnya itu sudah ditutup beton. Sudah jadi pemukiman,” kata Sumiarta.

Solusi yang paling mungkin diambil ialah melakukan pengerukan sedimentasi di saluran irigasi yang ada di Desa Banjarasem.

Tepatnya saluran irigasi yang terletak di bawah tambang galian. Apabila endapan di saluran tersebut ditangani, setidaknya petani di Banjarasem dan Kalisada bisa kebagian air untuk mengairi sawah mereka.

Rencananya Distan Buleleng akan membeli satu unit ekskavator senilai Rp 750 juta. Ekskavator itu nantinya akan dipinjamkan pada subak, untuk menangani masalah pendangkalan.

“Selama ini teman-teman subak di sana hanya menangani manual, dan hasilnya tidak maksimal. Mudah-mudahan dengan ekskavator ini lebih efektif,” imbuhnya.

Sementara untuk penanganan permanen, Sumiarta menyatakan dirinya telah berkoordinasi secara intens dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Buleleng Ketut Suparta Wijaya.

Sumiarta pun meyakini Kadis PU sudah intens berkoordinasi dengan Dinas PU Bali dan BWS Bali-Penida untuk menangani masalah tersebut.

“Kami sudah sering bertemu Kadis PU bicara soal masalah ini. Saya juga yakin Kadis PU sudah terus menyampaikan masalah ini pada instansi teknis di provinsi maupun pusat.

Posisi kami sekarang ya hanya bisa menunggu, mudah-mudahan bisa segera ditangani,” katanya. 

SINGARAJA – Dinas Pertanian Buleleng agaknya kewalahan menangani masalah pendangkalan irigasi yang terjadi di Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt.

Padahal, saluran irigasi itu digunakan oleh petani yang ada di Kecamatan Seririt dan Kecamatan Gerokgak.

Masalah pendangkalan di saluran irigasi yang terletak di Desa Banjarasem memang cukup pelik.

Permasalahan bersumber dari pendangkalan di bagian hulu, tepatnya di terowongan BS-5 yang terletak di Desa Lokapaksa.

Pendangkalan di saluran tersebut cukup parah. Selain itu saluran irigasi juga sudah tertutup dengan pemukiman warga.

Kondisi diperparah dengan kondisi pendangkalan yang terjadi di Desa Banjarasem. Tambang galian C yang ada di Desa Banjarasem, kerap menyebabkan pendangkalan.

Sebab sisa-sisa tambang luruh ke arah saluran irigasi, dan menutup saluran. Maklum saja, posisi tambang memang lebih tinggi dari saluran irigasi.

Plt. Kepala Dinas Pertanian Buleleng I Made Sumiarta mengatakan, penanganan pendangkalan di saluran irigasi itu sebenarnya menjadi

kewenangan Balai Wilayah Sungai Bali-Penida yang notabene perpanjangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPU-Pera).

Pihaknya pun sudah beberapa kali melakukan penjajagan ke lokasi tersebut.

“Permasalahannya memang cukup kompleks di sana. Sebenarnya air dari hulu itu besar sekali. tapi setelah masuk terowongan BS-5 di Lokapaksa itu,

debit airnya turun drastis. Sebab endapan sedimennya di sana sudah tebal sekali. mau penanganan juga sulit, karena di atasnya itu sudah ditutup beton. Sudah jadi pemukiman,” kata Sumiarta.

Solusi yang paling mungkin diambil ialah melakukan pengerukan sedimentasi di saluran irigasi yang ada di Desa Banjarasem.

Tepatnya saluran irigasi yang terletak di bawah tambang galian. Apabila endapan di saluran tersebut ditangani, setidaknya petani di Banjarasem dan Kalisada bisa kebagian air untuk mengairi sawah mereka.

Rencananya Distan Buleleng akan membeli satu unit ekskavator senilai Rp 750 juta. Ekskavator itu nantinya akan dipinjamkan pada subak, untuk menangani masalah pendangkalan.

“Selama ini teman-teman subak di sana hanya menangani manual, dan hasilnya tidak maksimal. Mudah-mudahan dengan ekskavator ini lebih efektif,” imbuhnya.

Sementara untuk penanganan permanen, Sumiarta menyatakan dirinya telah berkoordinasi secara intens dengan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Buleleng Ketut Suparta Wijaya.

Sumiarta pun meyakini Kadis PU sudah intens berkoordinasi dengan Dinas PU Bali dan BWS Bali-Penida untuk menangani masalah tersebut.

“Kami sudah sering bertemu Kadis PU bicara soal masalah ini. Saya juga yakin Kadis PU sudah terus menyampaikan masalah ini pada instansi teknis di provinsi maupun pusat.

Posisi kami sekarang ya hanya bisa menunggu, mudah-mudahan bisa segera ditangani,” katanya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/