AMLAPURA – Sekitar 400 warga Dusun Galih, Desa Jungutan, Bebandem terisolir. Ini, karena jalan pelintasan lewat sungai yang mereka lalui sehari-hari rusak diterjang banjir.
Sungai tersebut sekarang dipenuhi material batu dan pasir. Dengan kondisi ini warga sulit untuk lewat, terlebih lagi menggunakan sepeda motor dan mobil.
Sungai ini tertimbun material batu saat hujan lebat. Saat itu terjadi banjir besar akan menghayutkan material Gunung Agung yang ada di bagian hulu.
Dusun Galih sendiri sangat dekat dengan puncak Gunung Agung, yakni dengan radius 5 km dari kawah. Ini merupakan Desa teratas dan terdekat dengan Gunung Agung di Bebandem.
Sementara jalan itu merupakan jalan pelintasan satu- satunya. Gawatnya lagi, ketika terjadi erupsi maka akan mengancam keselamatan warga.
Selain itu, jalan tersebut juga satu-satunya akses jalan anak-anak ke sekolah. Kalau kondisi hujan banjir dan sangat berbahaya buat anak-anak.
Bahkan, kalau terjadi banjir dusun ini kerap terisolir karena warga tidak bisa kemana-mana. Jalan ini juga merupakan jalan utama dan satu-satunya sebagai jalur evakuasi.
Karena di sisi kanan dan kiri Desa tersebut ada dua sungai yang cukup besar. Di timur ada Tukad Nangka yang juga tidak mungkin dilalui.
Saat ini Gunung Agung pada level III. Kondisi ini juga membuat warga ragu-ragu untuk berusaha. Di Desa ini sebelumnya dikenal dengan peternakan sapi Bali.
Namun, sekarang ini sudah sebagian besar habis karena dijual murah. Ini juga di benarkan warga lainnya berfnama Komang Simpen.
“Dulu saat ngungsi sapi kami jual murah. Petani disni banyak yang rugi,” ujarnya. Sementara warga Galih saat itu mengungsi di wilayah Desa Sibetan.
Saat ini warga mulai ada yang berani memelihara sapi. Hanya saja tidak banyak. Kalau sebelumnya satu keluarga bisa pelihara lima sampai 10 ekor sapi, kini hanya satu ekor.
Selain tidak punya modal, warga juga takut kalau erupsi terjadi sapi akan terjual murah. Ketua DPRD Karangasem I Wayan Sumadi yang meninjau lokasi tersebut mengaku cukup prihatin.
Dirinya juga berharap Pemkab Karangasem bisa mendengar keinginan warga disana agar dibantu dibangunkan jembatan.
Kadus Galih Wayan Lunga juga membenarkan kalau jalan tersebut merupakan jalan satu-satunya untuk evakuasi. “Warga berharap agar bisa dibagun jembatan,” ujar Lunga.
Kasi Pembangunan dan Pemeliharaan Jembatan Dinas PUPR I Ketut Suratana mengakui kalau bentangan sungai tersebut sekitar 40 meter.
“Ya dengan bentangan seperti ini memang cocok jembatan. Untuk kontruksinya kita akan kaji,” ujarnya.
Sumardi berjanji akan mengusulkan kepada pemerintah untuk membagun jembatan.
“Untuk keselamatan warga memang harus dibagun jembatan,” kata Sumardi.