25.2 C
Jakarta
22 November 2024, 7:38 AM WIB

Tak Ada Dana Beli Banten, Sekolah-Sekolah di Buleleng Kelimpungan

SINGARAJA – Sejumlah sekolah di Buleleng pengeng. Pusingnya sejumlah sekolah karena mereka mengaku dilema.

 

Dilema karena satu sisi butuh dana iuran untuk pembelian banten saat odalan hari Saraswati, sisi lain mereka takut jika iuran itu justru masuk dalam kategori pungutan liar (pungli).

 

Seperti terungkap saat rapat koordinasi pendidikan di  Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng.

 

Rakor yang digelar menjelang hari raya Saraswati, sebagian besar sekolah yang akhirnya menggalang sumbangan di kalangan guru dan pengurus komite saja.

 

Kepala Disdikpora Buleleng, Gede Suyasa mengatakan, hal itu selalu menjadi masalah dari tahun ke tahun.

 

Dalam petunjuk teknis (juknis) penggunaan dana BOS, hal-hal yang bernuansa local genius, tak dicantumkan.

 

Padahal di Bali, sekolah tiap hari harus membeli canang.

 

Pada rahina purnama dan tilem setidaknya membeli banten daksina dan segehan.

 

Sementara pada rahina Saraswati, wajib menggelar piodalan.

 

“Ini yang sering buat sekolah bingung. Kalau dicarikan di BOS, tidak boleh karena anggaran beli banten dalam juknis itu nggak ada. Kalau dicari ke komite nanti dianggap pungli,” kata Suyasa.

 

Disdikpora Buleleng pun menyarankan agar komite sekolah menggalang sumbangan dari orang tua siswa saat piodalan Saraswati digelar.

 

Dengan catatan, komite tidak boleh menentukan nominal minimal sumbangan. Selain itu komite juga tidak boleh mewajibkan orang tua menyumbang.

 

 

SINGARAJA – Sejumlah sekolah di Buleleng pengeng. Pusingnya sejumlah sekolah karena mereka mengaku dilema.

 

Dilema karena satu sisi butuh dana iuran untuk pembelian banten saat odalan hari Saraswati, sisi lain mereka takut jika iuran itu justru masuk dalam kategori pungutan liar (pungli).

 

Seperti terungkap saat rapat koordinasi pendidikan di  Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng.

 

Rakor yang digelar menjelang hari raya Saraswati, sebagian besar sekolah yang akhirnya menggalang sumbangan di kalangan guru dan pengurus komite saja.

 

Kepala Disdikpora Buleleng, Gede Suyasa mengatakan, hal itu selalu menjadi masalah dari tahun ke tahun.

 

Dalam petunjuk teknis (juknis) penggunaan dana BOS, hal-hal yang bernuansa local genius, tak dicantumkan.

 

Padahal di Bali, sekolah tiap hari harus membeli canang.

 

Pada rahina purnama dan tilem setidaknya membeli banten daksina dan segehan.

 

Sementara pada rahina Saraswati, wajib menggelar piodalan.

 

“Ini yang sering buat sekolah bingung. Kalau dicarikan di BOS, tidak boleh karena anggaran beli banten dalam juknis itu nggak ada. Kalau dicari ke komite nanti dianggap pungli,” kata Suyasa.

 

Disdikpora Buleleng pun menyarankan agar komite sekolah menggalang sumbangan dari orang tua siswa saat piodalan Saraswati digelar.

 

Dengan catatan, komite tidak boleh menentukan nominal minimal sumbangan. Selain itu komite juga tidak boleh mewajibkan orang tua menyumbang.

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/