29.2 C
Jakarta
30 April 2024, 1:19 AM WIB

Jenuh, Rindu Kampung Halaman, Pengungsi Sutasoma Pulang Paksa

RadarBali.com – Tak kuat menahan jenuh dan juga rindu rumah, 18 kepala keluarga (kk) yang terdiri dari 50 orang pengungsi gunung Agung yang berada di posko lapangan Sutasoma memilih pulang paksa pada Minggu (12/11).

Pengungsi asal Banjar Pengalusan Desa Ban, Kecamatan Kubu Karangasem itu diangkut mobil bak terbuka setelah sempat bersitegang dengan petugas posko.

Bendesa Desa Pakraman Pengalusan, I Wayan Lebih, menyatakan rencana 50 pengungsi untuk angkat kaki dari pengungsian ini sudah menjadi kesepakatan diantara sesama pengungsi.

“Kami sudah rapatkan ini sama para pengungsi di sini, akhirnya disepakati dipulih pulang,” ujar Wayan Lebih, sebelum meninggalkan pengungsian, kemarin.

Usai rapat, warga langsung melapor ke petugas jaga di posko. Ketegangan pun muncul di posko. Petugas jaga pun menolak pengungsi pulang karena warga di Banjar Pengalusan ini masuk dalam zona KRB III, atau yang paling dekat terdampak erupsi gunung Agung.

“Kami tidak ada masalah dengan pemerintah dan posko di sini. Kami ingin pulang memang karena rindu rumah,” tegas Wayan Lebih.

Petugas di posko pun tidak bisa berbuat banyak lantaran ini memang menjadi kehendak warga. Sebelum meninggalkan posko, 50 orang ini diminta membuat surat pernyataan jika mereka pulang atas kemauan sendiri.

Selanjutnya, puluhan pengungsi terdiri dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia ini ramai-ramai diangkut 5 kendaraan colt bak terbuka berpagar besi.

Di atas kendaraan yang biasa untuk angkut sapi ini, juga dipenuhi dengan barang-barang pengungsi. Terdata, ada 18 KK yang mengajukan surat ini.

Sementara data pengungsi sebelum mereka pulang paksa tercatat sebanyak 243 orang. Jumlah ini mengalami penurunan secara bertahap pasca status gunung Agung menjadi siaga dibarengi dengan hari raya Galungan dan Kuningan.

Pemulangan pengungsi pun cukup selektif, hanya diperbolehkan bagi warga yang daerahnya di luar KRB.

Saking senangnya akan melihat rumah mereka, rombongan inipun tak khawatir dengan cuaca gerimis yang mengguyur.

“Mau panas, hujan kami tetap pulang. Di sana juga nggak ada pencegatan. Selama ini ada yang bolak balik bisa masuk,” ungkap Wayan Lebih.

Walau ada rasa rindu, diakui Wayan Lebih, warganya masih was-was dengan status gunung Agung. “Kalau meletus keras nanti, kami akan kesini lagi. Ngungsi lagi,” terangnya.

Kepala BPBD Kabupaten Gianyar, Anak Oka Digjaya mengaku tak bisa berbuat banyak mengenai pemulangan paksa ini.

“Diizinkan, dengan catatan menandatangani surat pernyataan bahwa pulang dengan kemauan sendiri,” jelasnya. 

RadarBali.com – Tak kuat menahan jenuh dan juga rindu rumah, 18 kepala keluarga (kk) yang terdiri dari 50 orang pengungsi gunung Agung yang berada di posko lapangan Sutasoma memilih pulang paksa pada Minggu (12/11).

Pengungsi asal Banjar Pengalusan Desa Ban, Kecamatan Kubu Karangasem itu diangkut mobil bak terbuka setelah sempat bersitegang dengan petugas posko.

Bendesa Desa Pakraman Pengalusan, I Wayan Lebih, menyatakan rencana 50 pengungsi untuk angkat kaki dari pengungsian ini sudah menjadi kesepakatan diantara sesama pengungsi.

“Kami sudah rapatkan ini sama para pengungsi di sini, akhirnya disepakati dipulih pulang,” ujar Wayan Lebih, sebelum meninggalkan pengungsian, kemarin.

Usai rapat, warga langsung melapor ke petugas jaga di posko. Ketegangan pun muncul di posko. Petugas jaga pun menolak pengungsi pulang karena warga di Banjar Pengalusan ini masuk dalam zona KRB III, atau yang paling dekat terdampak erupsi gunung Agung.

“Kami tidak ada masalah dengan pemerintah dan posko di sini. Kami ingin pulang memang karena rindu rumah,” tegas Wayan Lebih.

Petugas di posko pun tidak bisa berbuat banyak lantaran ini memang menjadi kehendak warga. Sebelum meninggalkan posko, 50 orang ini diminta membuat surat pernyataan jika mereka pulang atas kemauan sendiri.

Selanjutnya, puluhan pengungsi terdiri dari bayi, balita, anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia ini ramai-ramai diangkut 5 kendaraan colt bak terbuka berpagar besi.

Di atas kendaraan yang biasa untuk angkut sapi ini, juga dipenuhi dengan barang-barang pengungsi. Terdata, ada 18 KK yang mengajukan surat ini.

Sementara data pengungsi sebelum mereka pulang paksa tercatat sebanyak 243 orang. Jumlah ini mengalami penurunan secara bertahap pasca status gunung Agung menjadi siaga dibarengi dengan hari raya Galungan dan Kuningan.

Pemulangan pengungsi pun cukup selektif, hanya diperbolehkan bagi warga yang daerahnya di luar KRB.

Saking senangnya akan melihat rumah mereka, rombongan inipun tak khawatir dengan cuaca gerimis yang mengguyur.

“Mau panas, hujan kami tetap pulang. Di sana juga nggak ada pencegatan. Selama ini ada yang bolak balik bisa masuk,” ungkap Wayan Lebih.

Walau ada rasa rindu, diakui Wayan Lebih, warganya masih was-was dengan status gunung Agung. “Kalau meletus keras nanti, kami akan kesini lagi. Ngungsi lagi,” terangnya.

Kepala BPBD Kabupaten Gianyar, Anak Oka Digjaya mengaku tak bisa berbuat banyak mengenai pemulangan paksa ini.

“Diizinkan, dengan catatan menandatangani surat pernyataan bahwa pulang dengan kemauan sendiri,” jelasnya. 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/