NEGARA – Dibandingkan tahun sebelumnya (2018), jumlah arus mudik dan balik lebaran 2019, mengalami peningkatan.
Meski ada peningkatan, arus mudik lebih lancar dari tahun lalu, bahkan dari tahun-tahun sebelumnya.
Akan tetapi, ada sejumlah kekurangan yang harus dievaluasi agar pada arus mudik tahun mendatang lebih baik lagi.
Seperti disampaikan Kabagops Polres Jembrana Kompol Mahfud Didik Wiratmoko, Jumat (14/6).
Menurutnya, berdasarkan hasil evaluasi arus mudik dan balik lebaran 2019, terdapat penambahan jumlah yang mudik baik, penumpang roda dan roda empat yang jumlah kenaikannya berbeda.
“Secara umum, jumlah arus mudik melalui pelabuhan Gilimanuk ada peningkatan,” jelasnya.
Perbandingan data produksi tahun 2018 dan tahun 2019, angkutan lebaran melalui Pelabuhan Gilimanuk dari H-7 sampai H-1 lebaran.
Arus mudik untuk penumpang, tahun 2018 sebanyak 408.582 orang, tahun ini sebanyak 428.027 orang.
Kemudian untuk roda dua, tahun 2018 sebanyak 84.201 unit, tahun ini sebanyak 85.472 unit.
Sedangkan roda empat, tahun 2018 sebanyak 45.251 unit, tahun ini sebanyak 47.373 unit.
Menurutnya, secara teknis saat arus mudik tidak ada kendala.
Rekayasa lalu lintas dengan penggunaan sejumlah gang untuk mengalihkan arus menuju pelabuhan dan kantong parkir terminal manuver berhasil memperlancar arus mudik.
Pengalihan arus ini karena kantong parkir yang ada dalam pelabuhan hanya mampu menampung sekitar 800 unit mobil.
Lancarnya arus mudik ini, lanjutnya, salah satunya karena ada penambahan loket untuk pembelian tiket penyeberangan.
Sehingga, arus mudik tahun ini dinilai lebih lancar dari tahun –tahun sebelumnya, terutama roda dua.
Sementara, roda empat masih lebih lambat, tetapi lebih lancar dari tahun lalu. “Roda dua lancar. Tapi roda empat memang sedikit lebih lambat,” ujarnya.
Kendala yang dihadapi pada arus mudik tahu ini, sehingga memperlambat kendaraan roda empat yang menyeberang hingga terjadi antrean panjang disebabkan oleh faktor alam.
Angin kencang yang menyebabkan gelombang tinggi di Selat Bali, membuat proses bongkar muat lambat karena kapal lebih lama di tengah laut.
Padahal, proses bongkar muat kapal sudah diuji petik hanya membutuhkan waktu sekitar 12 menit.
Namun, saat kapal sudah cepat bongkar muat muatan, kapal pengganti yang akan melayani penyeberangan berikutnya terlambat datang karena tertahan angin dan gelombang tinggi.
“Waktu bongkar muat cepat, kapalnya belum datang. Jadi pelayanan penyeberangan lambat,” ungkapnya.
Karena itu berdasarkan hasil evaluasi, pihaknya mengusulkan agar ada penambahan kapal yang melayani penyeberangan, sehingga proses bongkar muat akan lebih cepat lagi dan arus mudik akan lebih lancar.
Pada arus mudik tahun ini, ada 56 kapal dan yang melayani setiap hari antara 32 hinga 33 kapal yang melayani penyeberangan.